Kaizan semakin mendekat pada kamar Yasmin dan suara desahan itu semakin kencang kedengarannya, membuat Kaizan merasa hidupnya penuh dengan tantangan.
Semenjak proses perceraian telah dilakukan, Kaizan dan Sarah memang tak pernah lagi melakukan hubungan suami istri pada umumnya. Tentu saja hal itu membawa sepi dalam hati Kaizan, karena hanya Kaizan yang tidak memiliki hubungan gelap dengan siapapun.
Saat ini Kaizan sudah berdiri di depan kamar Yasmin, pintu kamar Yasmin terbuka sedikit membuatnya bisa mengintip apa yang terjadi di dalam sana, mengapa suara desahan itu semakin kuat? Kaizan adalah pria yang normal sudah pasti akan tergoda mendengar hal-hal seperti itu, ketika ia hendak mengintip suara deheman terdengar, membuat jantung Kaizan hampir saja copot karena ketahuan oleh Nur.
“Tuan? Tuan buat apa di sini? Tempat ini kan kotor,” tanya Nur membuat Yasmin mendengar pertanyaan Nur pada majikan mereka, Yasmin buru-buru bangkit dari pembaringannya dan memperbaiki penampilannya.
“Oh saya tadi anu … itu … saya salah jalan,” jawab Kaizan dengan jawaban yang konyol, karena ini adalah rumahnya sendiri. Jadi, ia tidak mungkin tidak tahu jalan di rumahnya.
“Memangnya Tuan mau ke mana tadi?” Nur kembali bertanya.
“Saya mau toilet deh kayaknya, makanya saya tiba-tiba keinget mau kemari. Kayaknya dulu di sini ada toilet juga.”
‘Tuan, toilet tamu ada di sana, kalau di sini ada toilet juga tapi toilet khusus asisten rumah tangga, jadi kotor tuan.”
“Oh begitu ya? Oke deh,” angguk Kaizan. “Kalau begitu saya ke toilet dulu, makanan yang diatas meja bereskan saja, saya sudah selesai sarapan.”
“Baik, Tuan,” angguk Nur.
Kaizan lalu pergi meninggalkan area kamar ART. Lalu tak lama kemudian, Yasmin keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi.
“Ada apa, Nur? Tadi kamu ngobrol sama siapa?” tanya Yasmin.
“Tadi itu Tuan kemari, dia berdiri di depan pintumu. Apa kamu melakukan hal itu lagi?”
“Ya begitulah namanya juga sensasi wanita dewasa.” Jawaban Yasmin selalu saja seperti itu.
“Pantas saja Tuan kemari, suaramu itu loh terlalu nyaring. Terus, penampilanmu ini kamu seperti menjual badan saja di depan Tuan. Untung saja Tuan masih bisa menahan diri kalau pria lain mungkin saja sudah menerkammu, setiap hari mengenakan pakaian terbuka.” Nur menggeleng.
“Kamu kan tahu sejak dulu aku memang sudah berpakaian seperti ini, bukan hanya di rumah ini.”
“Iya aku tahu, tapi sebaiknya kamu tidak mempertontonkan pada Tuan. Tuan itu tak akan tergoda deh.”
“Bagiku semua laki-laki sama saja, tidak ada yang baik dan tidak ada yang setia begitupun dengan ayahku dulu.”
“Tapi Tuan itu baik loh, buktinya Tuan sendiri yang diselingkuhi sementara Tuan tidak memiliki pasangan gelap, kan? Kita sering dengar apa yang mereka bahas.”
“Karena Tuan belum menemukan pasangan gelap yang cocok, makanya dia masih sendiri.”
“Jadi karena itu kamu menggodanya?”
“Lagian dia kan calon duda, siapa tahu saja aku jadi Nyonya rumah ini dan tujuanku memang ingin menjadi Nyonya di rumah ini.”
“Kamu terlalu berangan-angan tinggi. Takutnya nanti tidak berhasil, kamunya sendiri yang sakit.” Nur menggeleng, sejak dulu ia tahu tujuan Yasmin.
“Tapi aku tidak akan tahu berhasil atau tidak kalau aku tidak mencobanya.”
“Ya sudah terserah kamu, lakukan saja seperti yang ingin kamu lakukan tapi jangan memperlihatkan dendammu.”
“Iya tenang saja sampai sekarang tidak ada yang tahu kok tujuanku bekerja di sini, hanya kamu satu-satunya teman baikku.”
“Ya sudah tadi aku lupa bawa catatan makanya tadi baru sampai di lampu merah, aku langsung balik.”
Yasmin mengangguk Nur lalu pergi ke kamarnya.
Yasmin tersenyum simpul karena pada akhirnya apa yang dia lakukan membuat tuannya penasaran, Yasmin memang candu akan hal itu karena dia lebih baik memuaskan diri sendiri, daripada memuaskan diri pada pria.
Nur kembali menghampiri Yasmin dengan membawa catatan di tangannya.
“Oh ya aku mau mengingatkan kamu, jangan sampai kamu ketahuan oleh Nyonya. Jika kamu ketahuan mungkin saja kamu tidak akan berhasil pada tujuanmu.”
“Tenang saja kalau ada Nyonya juga aku tidak berani palingan ngambil tipis-tipis. Kan aku sudah kena peringatan.”
“Ya itu sama aja, udahlah aku pergi dulu. Nanti aja ngontrolnya,” kata Nur lalu melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Yasmin.
Yasmin kembali ke dapur dan menuju ruang makan dan melihat makanan yang tadi dimakan tuannya masih ada di atas meja. Jadi, Yasmin membereskannya dan menaruh piring kotor di atas wastafel.
Tak lama kemudian Kaizan datang membuat Yasmin tersenyum tipis.
“Tuan butuh sesuatu?” tanya Yasmin pura-pura tak tahu kalau tuannya tadi berada di depan pintu kamarnya.
“Iya buatkan saya kopi.”
“Baik, Tuan, akan saya buatkan. Sekalian dengan cemilannya tidak?”
“Boleh,” jawab Kaizan walaupun di dalam hati ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Yasmin sehingga ada suara-suara seperti itu di dalam kamarnya, bahkan yang ada di pikiran Kaizan kemungkinan ada pria lain yang Yasmin sembunyikan di dalam kamarnya.
Yasmin melihat tuannya itu masih berdiri di antara meja dapur dan belum pergi.
“Ada apa, Tuan? Tuan butuh sesuatu selain kopi dan cemilan?” tanya Yasmin lagi membuat Kaizan akhirnya sadar dari lamunannya.
“Oh tidak, saya hanya butuh itu.”
“Baiklah akan segera saya buatkan,” kata Yasmin kembali melempar senyum cantiknya dan berusaha menggoda dengan caranya.
Kaizan kembali ke ruang tengah lalu tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang mengenakan high heels menghampiri kaisan.
Siapa lagi jika bukan Sarah istrinya yang sejak kemarin tidak pulang dan malah bersama pria lain.
Kaizan tidak mengatakan apapun apalagi bertanya kepada Sarah. Kaizan seolah-olah sudah terbiasa dengan sikap istrinya, ia tidak peduli lagi dengan apa yang Sarah lakukan di luar sana. Lagian mereka sudah dalam proses perceraian tak baik jika Kaizan masih ikut campur pada urusan Sarah.
“Sayang, kangen,” lirih Sarah menghampiri Kaizan dan memeluknya, namun Kaizan langsung menghempaskan tangannya.