Hari pertama hukuman

1086 Words
Keyla mematut diri di depan cermin sambil terus menghela nafas. Ini adalah hari pertamanya menjalankan hukuman dari dosen yang paling dia benci di kampus. Wanita itu dendam? sudah pasti, dia menaruh rasa balas dendam pada Ervan dan juga Yasiska yang sudah membuatnya terjebak dalam hukuman dosen menyebalkan itu. “Mana masih pagi, not my style banget.” Gumam Keyla. Tangan seputih s**u itu terulur, mengambil tas kuliah miliknya dengan lesu. Kakinya mulai melangkah keluar, meninggalkan kamar yang menjadi tempat ternyaman menurutnya. Suara langkah antara pantulan sepatu dan keramik berhasil menyita perhatian orang yang ada disekitarnya. Pelayan rumah menatap heran pada anak majikan mereka yang sudah rapi dan siap pergi ke kampus, tidak seperti biasanya. “Kemarin katanya ada masalah lagi di kampus, tuan sama nyonya juga dipanggil. Heran banget, anak orang kaya kebanyakan suka bikin onar ya.” Bisik art yang memegang gagang sapu itu. “Hust .. udah jangan ribut, nanti tuan sama nyonya dengar kita bisa dipecat. Lanjutin aja pekerjaanmu,” balas art satu lagi tak kalah berbisik. Sedangkan Keyla, gadis itu langsung duduk di kursi. Biasanya kedua orang tuanya sudah duluan di meja makan untuk sarapan, namun hari ini tidak. Keyla orang pertama yang sampai di meja makan. Para pekerja dapur yang melihat Keyla sudah duduk tentu saja kaget, apalagi masakan mereka belum matang semuanya. “Apa kalian cuma bakal ngeliatin aku? nggak niat kasih sarapan?” tanya Keyla, terdengar nada tidak suka. “Maaf, Non. Bukan nggak mau, tapi masakan kami belum matang semua, ini masih pagi.” Jawab salah satu art disana. Keyla berdecak. “Menurut kalian sarapan itu siang-siang hah? yang namanya sarapan itu udah pasti pagi, kalian aja nggak becus makanya makanan belum ada yang matang!” ketus Keyla. Gadis itu melangkah pergi dengan perasaan kesal, tidak lupa juga dia membawa tas kuliahnya dengan hentakan kaki yang terdengar. “Buka pagarnya!” pinta Keyla dengan nada kesal. Satpam yang berjaga pun sama terkejutnya dengan yang lain begitu melihat anak majikan mereka sudah mau pergi pagi-pagi. “Baik, Non.” Satpam itu langsung membuka pagar dengan cepat sebelum mendapat amarah dari anak majikannya itu. Keyla pergi dengan mengendarai mobil, tentu dia akan mencari sarapan dulu. Dia sadar bahwa dia butuh tenaga sebelum nanti berurusan dengan semua orang di kampus menyebalkan itu. “Kenapa sih semua orang nyebelin banget, mana hari ini pertama gue mulai hukuman tuh dosen sialan!!” geram Keyla, sambil terus mencaci maki dosennya. Keyla pun membeli sarapan bubur pinggir jalan. Soal makanan, Keyla tidak pernah pilih-pilih, yang terpenting dia tidak harus memasak sebelum memakannya. “Seenggaknya bubur ini rasanya enak, ngurangin rasa kesel gue sedikit.” Gumam Keyla begitu suapan pertama masuk ke mulutnya. Keyla duduk tidak terlalu pojok, sehingga dia bisa melihat pelanggan lain yang sedang menikmati bubur itu. Ketika masih memperhatikan sekitar, tiba-tiba saja pandangan Keyla bertabrakan dengan seorang pria yang sejak tadi namanya terus disebut olehnya dalam ujaran kebencian. Mereka saling pandang sesaat, namun selanjutnya Keyla memilih untuk tidak peduli dan melanjutkan sarapannya dengan tenang. Bahkan saat Ervan melewati Keyla, gadis itu masih diam dengan tatapan dinginnya. Dia benar-benar acuh, karena menurutnya hubungan dosen dan mahasiswa hanya sebatas sampai di lingkungan kampus. “Nggak akan gue tegur mau lo dosen juga, kalo di luar kampus kita sama. Sama-sama manusia!” batin Keyla, tak lupa memutar bola matanya malas. 30 menit kemudian, Keyla pun sampai di kampus setelah menikmati sarapan paginya dengan tenang. Dia keluar dari mobil mewahnya, dan langsung disambut oleh tatapan tajam Ervan. Entah sejak kapan, seakan sudah bisa menebak posisi Keyla parkir sehingga membuat Ervan sudah ada disana ketika gadis itu sampai. “Saya harap kamu ingat kalo hukuman kamu itu dimulai hari ini!” Ervan langsung menginterupsi, tatapannya dingin seperti biasanya. Tidak ada tatapan hangat seorang dosen yang ingin mendidik, hanya ada tatapan kebencian. “Saya tahu.” Ketus Keyla kemudian berniat untuk pergi, namun suara Ervan menghentikannya. “Kamu nggak bisa pergi sebelum saya kasih tau apa tugas pertamamu.” Ucap Ervan. Keyla berusaha menahan kesal. “Baiklah, Pak Ervan. Apa tugas pertama saya, supaya segera saja kerjakan!” kata Keyla. “Oh, kamu udah nggak sabar banget kayaknya ya.” Balas Ervan. “Langsung intinya aja, Pak. Apa yang Bapak butuhkan!” Pinta Keyla yang malas berbasa-basi. Ervan mengangguk, mengantongi tangannya di celana kemudian melangkah pelan mendekati mahasiswanya itu. “Ambil beberapa buku untuk referensi mengajar saya untuk semester 2, materinya adalah materi yang sudah pernah saya sampaikan di kelas kamu.” Kata Ervan. “Judulnya?” “Materi ini sudah pernah saya jelasin di kelas kamu, jadi kamu harusnya tau apa. Saya tunggu 30 menit, kalo kamu nggak datang maka hukuman saya tambah jadi 2 bulan.” Ancaman Ervan semakin membuat Keyla kesal, namun dia memilih untuk tidak membalas daripada ancaman itu terbukti. “Dosen sialan, pantes belum nikah. Siapa coba yang mau sama cowok modelan kayak dia!” gerutu Keyla sambil terus jalan menjauhi Ervan. “Gila banget, mana gue inget dia pernah ngajar apaan pas gue semester 2, dasar dosen nggak punya adab berpikir.” Sambil terus menggerutu, Keyla pun sampai di perpus yang pagi itu masih cukup sepi. Dia melangkah masuk, dan mulai mencari materi Akuntansi yang akan ia berikan kepada Ervan. Berbekal informasi dari google, Keyla berhasil menemukan 5 buku dengan perbuku nya berisi ratusan halaman. “Biarin, sukurin lo gue cari halaman yang banyak. Biar rasain!” geram Keyla sambil tertawa pelan. Ketika masih memilih buku, Keyla dikejutkan dengan kedatangan Nesya dan kedua temannya. Entah sejak kapan, tapi mereka menatapnya dengan tajam. “Ada badai apa hari ini sampe si ratu onar ke perpus?” tanya Nesya, tidak ketinggalan membawa julukan Keyla. Keyla memilih untuk tidak membalas, dia tidak mau menguras tenaganya mengurusi orang gila. “Jadi selain ratu onar, lo juga budek ya.” Nesya kembali bicara. Keyla masih diam, membaca satu persatu buku yang ia ambil. Nesya mendekat, kemudian merebut buku di tangan Keyla dengan kasar. “Balikin!” pinta Keyla dengan tenang. “Akuntansi? lo mau belajar ini? mau caper sama pak Ervan lo hah? atau mau nyaingin gue?’ Tanya Nesya. “Balikin, sebelum lo gue jambak!” pinta Keyla, dan kali ini Nesya memberikannya. Keyla pun memutuskan untuk pergi dari sana, dia sudah malas mencari buku untuk dosennya. Sebelum keluar, Keyla sempat berhenti dan menoleh ke belakang. “Nggak akan ada orang di dunia ini yang mau jadi perempuan kayak lo, Nes. Dan satu lagi, gue nggak akan pernah minat sama dosen kesayangan lo itu!” ucap Keyla. Gadis ber-cardigan hitam itu langsung pergi meninggalkan perpustakaan. To be Continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD