Suasana kampus begitu ramai seperti biasanya, tampak beberapa mahasiswa pun tengah memarkirkan kendaraan masing-masing.
Bukan hanya mahasiswa yang parkir, ada seorang dosen tampan yang juga baru selesai meletakkan kendaraan di tempat seharusnya.
Ervan keluar dari mobil dan langsung menerima sapaan dari mahasiswanya. Pria itu menaiki lift khusus dosen, bersama dengan beberapa dosen lain.
“Pagi, Pak Ervan.” Sapa Joko, dosen mata kuliah pengantar ekonomi yang terkenal cukup santai jika mengajar.
“Pagi, Pak.” Ervan membalas dengan tidak kalah sopan.
“Masih bimbing Keyla, Pak? gimana perkembangannya?” tanya Joko basa-basi, sambil menunggu lift sampai di tujuan.
“Masih, Pak. Kebetulan karena baru mulai, jadi saya belum bisa pastiin perkembangannya.” Jawab pria itu dengan tenang.
“Pak Ervan cukup berani ya ambil tanggung jawab itu, saya doain semoga lancar dan bisa berubah ya si Keyla itu.” Balas Joko yang hanya diberikan senyuman oleh Ervan.
Mereka berdua sampai di lantai tujuan, lantai ruangan dosen berada. Joko pamit ke ruangannya sendiri, begitu pula dengan Ervan.
“Kemana dia, apa dia menghindari hukumannya?” Gumam Ervan, sembari melirik jam di pergelangan tangannya.
Ervan membuka pintu ruangannya, kemudian langsung masuk. Kening pria itu mengkerut melihat 2 tumpukan buku yang masing-masing berbeda halaman.
“Yang ini saya salin semua isi bukunya, dan satu lagi saya rangkum aja. Terserah mau pake yang mana.”
Tulisan itu berada tepat diatas salah satu tumpukan buku di meja Ervan.
Ervan menghela nafas. “Jadi dia beneran berpikir sesuai otaknya sendiri, padahal nggak ada yang suruh dia salin isi bukunya.” Ucap Ervan keheranan.
Ervan pun cukup bingung, ini masih cukup pagi namun kenapa gadis itu sudah datang bahkan menyerahkan tugasnya sebelum waktu nya habis.
Pria itu tak mau ambil pusing, dia lantas membuka laptop untuk menyiapkan bahan ajarnya hari ini. Kebetulan, ia akan mengajar di kelas Keyla.
Pukul 8.45 tepat, Ervan sudah masuk ke dalam kelas manajemen keuangan semester 6 itu, ketika dia masuk, ia bisa melihat seorang gadis tertidur dengan kepala diatas meja.
Bisik-bisik kedua temannya terdengar, berusaha membangunkan gadis penerima julukan ‘tukang bikin onar’.
“Key, bangun. Pak Ervan udah dateng!” Bisik Kiran.
Sherly melirik Ervan yang terus memperhatikan mereka bertiga.
“Keyla, bangun!!” Sherly ikut berusaha membangunkan Keyla.
Ervan sendiri bisa melihat jika Keyla sulit untuk bangun, lantas pria itu mendekat, membuat Kiran dan Sherly sama-sama ketakutan jika sahabat mereka akan kena hukuman lagi.
Dosen itu mengetuk meja Keyla beberapa kali, berharap Keyla akan bangun, namun hasilnya nihil.
“Keyla, bangun!” Ucap Ervan dengan tegas.
“Kalo kamu nggak bangun, hukuman–” ucapan Ervan langsung terhenti begitu Keyla membuka matanya.
Gadis itu menghela nafas, memasang wajah yang tidak suka. Tanpa menatap Ervan, dia langsung meraih bukunya, dan tetap memasang wajah datar.
Wajah Ervan yang dingin dan datar seketika berubah melihat wajah Keyla pagi ini. Gadis itu tampak pucat, bawah matanya menghitam dengan kantung mata yang cukup mengganggu. Dia terlihat seperti kurang tidur, atau bahkan tidak tidur.
“Saya nggak suka ada yang tidur dikelas saya!” Ujar Ervan dengan tegas.
“Iya.” Balas Keyla singkat.
“Lo pasti begadang ya, Key? sayang banget, pagi-pagi udah ngantuk.” Nesya dari barisan depan membuka suara.
“Bukan urusan lo.” Balas Keyla ketus.
Ervan menghela nafas. “Keluar, cuci mukamu dulu.” Kata Ervan penuh perintah.
Tanpa membantah apapun, gadis itu bangkit dari duduknya. Saat melewati meja Nesya, Keyla tidak lupa memberikan tatapan sinis padanya.
“Kita mulai perkuliahan hari ini, silahkan buka materi minggu lalu.” Ujar Ervan, sembari melangkah kembali ke kursinya.
10 menit kemudian, Keyla kembali ke kelas dan langsung balik duduk di kursinya. Gadis itu memperhatikan materi yang dibahas oleh Ervan, dengan wajah yang datar.
“Gue benci banget sama lo pak Ervan, benci banget.” Batin Keyla, dengan wajah menahan kesal.
Pagi ini mood Keyla benar-benar berantakan, tidak ada yang mau mengerti dan mendengar penjelasannya, hanya terus menyalahkan.
Dia lelah semalaman harus mengerjakan tugas yang Ervan berikan, ditambah lagi tadi pagi seluruh fasilitas yang orang tuanya berikan diambil begitu saja oleh papanya.
“Mobil, sama kartu ATM kamu Papa sita, jadi selama kamu dihukum sama pak Ervan, kamu cukup naik ojek online.”
Keyla marah, dia menangis bahkan sampai memohon namun hasilnya sia-sia. Sang papa tetap mengambil mobil dan kartu ATM yang setiap bulan tidak pernah kekurangan saldo miliknya.
Kini dia hanya punya uang untuk makan siang, dan juga naik ojek untuk pulang pergi ke kampus.
“Key, lo dari pagi murung banget. Lo nggak apa-apa?” tanya Kiran, setengah berbisik.
“Nggak apa-apa.” Jawab Keyla singkat.
Setelah perkuliahan selesai, dan mahasiswa bubar, Ervan tak langsung pergi dari kelas. Pria itu meminta Keyla untuk datang ke ruangannya, dan gadis itu menurut.
“Saya nggak suruh kamu salin materinya, saya cuma minta rangkum.” Ujar Ervan, sambil memberikan kode melalui pandangan matanya.
Keyla tidak langsung balas, gadis itu mengambil buku hasil salinan materi. “Kalo gitu anda bisa pakai yang rangkuman, ini biar saya buang.” Balas gadis itu.
Ervan mengerutkan keningnya, dia biasa menghadapi sikap seenaknya Keyla, namun hari ini berbeda.
“Kamu baik-baik saja, Keyla?” tanya Ervan, akhirnya dia mengeluarkan kata yang sejak tadi ia tahan.
“Tugas saya abis ini apalagi?” bukan menjawab pertanyaan Ervan, Keyla bicara yang lain.
Ervan memberikan setumpuk kerta berisi jawaban mata kuliah yang pria itu ajarkan, analisis laporan keuangan.
“Tolong bantu saya koreksi hasil tugas mandiri mahasiswa saya, kamu samakan dengan jawaban di kertas ini.” Ucap Ervan, sembari menyodorkan selembar kertas kunci jawaban.
Keyla menerimanya. “Baik, saya permisi.” Balas gadis itu.
Keyla langsung keluar dari ruangan Ervan, kemudian menyusul teman-temannya yang sudah duluan ke kantin.
Saat sampai di kantin, Keyla melihat jika kedua temannya duduk di temani pria tampan yang sangat ia kenali.
“Tumben kesini.” Ujar Keyla, sembari mengambil tempat di sebelah Radit.
“Soalnya kangen sama lo.” Balas pria itu dengan senyum manisnya.
Keyla hanya mendengus mendengar jawaban dari temannya itu.
“Nanti malem free nggak? temenin gue balap lagi yuk, nanti gue traktir bakso lagi deh.” Ajak Radit.
Wajah Keyla menekuk, kemudian menggelengkan kepalanya. “Nggak bisa, sorry ya. Lo nggak lihat nih tumpukan kertas.” Tolak Keyla.
“Ini tugas dari pak Ervan, dia nyuruh gue koreksi ini, besok harus ada di mejanya.” Tambah gadis itu menjelaskan.
“Gila, banyak banget ini Key. Satu kampus lo yang koreksi ini ya?” Kiran berujar sedikit heboh.
“Tunggu, kenapa itu dosen kasih lo hukuman?” tanya Radit, jelas dia tidak tahu apa yang terjadi di Fakultas ekonomi bisnis ini.
Sherly pun menceritakan apa yang terjadi, dan Radit yang mendengar itu tampak prihatin.
“Mau gue bantu nggak?” tawar Radit lembut.
“Lo kan mau balapan nanti malem.” Ujar Keyla, masih dengan wajah murung.
“Nggak apa-apa, gue bisa cancel. Nanti malem gue ke rumah ya, kita kerjain ini bareng biar cepet selesai.” Tutur Radit, sembari mengusap kepala Keyla.
“Ciee, udah sih jadian aja kalian. Gue gemes banget!!” Celetuk Sherly.
Keyla melempar gulungan tisu ke arah temannya itu. “Sembarangan, gue sama Radit itu cuma temen.” Timpal Keyla.
Radit hanya tersenyum mendengar ucapan Keyla.
To be Continue