-5-

995 Words
Rafeilla menutup pintu kamarnya menggunakan tendangan kakinya dengan terburu-buru. Hoshea sudah melepaskan semua kancing kemejanya, dan kini tengah membantu wanita itu melepaskan blazernya lalu dibiarkan di lantai begitu saja saat sudah terlepas. Hoshea menggendong tubuh wanita itu, dengan kedua kaki jenjangnya melingkar di pinggang. Pria itu menengadahkan wajah, membalas ciuman Rafeilla yang terkesan begitu dalam dan bernapsu memagut bibirnya hingga membengkak. Lingkaran kaki Rafeilla otomatis terlepas saat Hoshea menidurkan tubuh wanita itu dengan cara setengah membanting ke kasur. Sebelum merangkak naik ke kasur, Hoshea melepaskan celananya panjangnya sendiri, menunjukkan brief boxer hitamnya yang tampak menonjol di bagian intimnya. Rafeilla menelan ludahnya, seraya mengerjap lemah. Baik dirinya maupun Hoshea, sama-sama diliputi gairah yang membara. Tatapan pria itu terasa panas saat menyusuri setiap lekuk tubuhnya, hingga akhirnya berhenti di celana panjang Rafeilla yang masih membungkus kedua kaki indahnya. Hoshea melepas kemejanya, melemparkannya ke sembarang arah sebelum kemudian beranjak melepaskan celana Rafeilla. Kedua kaki jenjang yang bersih tanpa noda, membuat Hoshea kesulitan menelan ludahnya sendiri. “Ah...” Rafeilla meloloskan desahan, saat merasakan ciuman Hoshea mendarat di paha dalamnya. Kedua tangan pria itu mengusap kedua kakinya dengan lembut, sementara bibirnya beberapa kali meniupkan udara yang membuat Rafeilla melengkungkan punggungnya demi menahan ledakan gairahnya sendiri. Rafeilla terkesiap, begitu ujung hidung Hoshea menyentuh muara kenikmatannya yang masih terlindungi celana dalamnya. Dalam satu gerakan cepat, Hoshea melepaskan kain berwarna merah itu, lantas mengembuskan napas panjang saat melihat bagian intim Rafeilla yang telah basah dan memerah. Hoshea menindihi Rafeilla, menciumi lehernya yang harum sementara tangannya mengusap muara kenikmatan wanita itu. Rafeilla tidak tinggal diam, jemarinya perlahan meraih milik Hoshea di dalam brief boxer pria itu. Hoshea mengerang merasakan bagaimana Rafeilla menyentuh dirinya di bawah sana. Sesekali Rafeilla akan mengusap dan meremas, bahkan menggelitik buah zakarnya. “s**t!” umpat Hoshea, sebelum meraup bibir Rafeilla. “Mmmh!” Pekikan Rafeilla teredam oleh belaian lidah Hoshea di lidahnya, saat ia merasakan sesuatu memasuki selubung kenikmatannya. Jemari Hoshea membelai setiap titik kenikmatan Rafeilla dengan sempurna. Mendorong, menekan—membuat wanita itu semakin lemah dalam kendali Hoshea. Hoshea menarik Rafeilla untuk duduk di atas pangkuannya. Pria itu melepaskan satu per satu kancing blus Rafeilla menggunakan giginya, sementara kedua tangannya meremas p****t wanita itu. Rafeilla membiarkan Hoshea melepaskan kaitan ­bra­-nya, meloloskan penopang payudaranya itu dari tubuhnya dan dibiarkan teronggok di lantai. Sekali lagi, ia kembali menunjukkan tubuh telanjangnya di hadapan Hoshea. Rafeilla begitu menikmati cara pria itu memandang tubuhnya dengan tatapan mendamba. Rafeilla bergerak naik turun, menggesekkan miliknya ke bagian intim Hoshea yang masih mengenakan brief boxer. Ia ingin pria itu segera memasuki dirinya, tapi Hoshea seperti tidak ingin terburu-buru. Pria itu masih ingin menggoda Rafeilla, membuat wanita itu semakin menginginkan dirinya hingga batas maksimal yang tidak bisa ia Rafeilla bayangkan. Hoshea ingin Rafeilla memohon atas dirinya. Hoshea menangkupkan tangannya ke p******a kanan Rafeilla yang tidak bisa tertampung seutuhnya. Lidahnya menyapu puncak p******a kiri Rafeilla, mengulum sekaligus menghisap sementara tangan kanannya memainkan puncak p******a Rafeilla dengan usapan melingkar telunjuknya.             “Hoshea....” Desah napas Rafeilla semakin tidak beraturan. Gerakan menekan di bagian intim Hoshea, menghantarkan rasa lembab dari cairan kenikmatan Rafeilla yang membuat Hoshea semakin tidak tahan menahan keinginannya untuk menyatukan tubuh mereka.             Namun sebelum Hoshea bertindak lebih dulu, Rafeilla selangkah lebih cepat menjatuhkan pria itu. Sementara Hoshea terbaring di kasur dengan Rafeilla yang duduk di atas pangkuannya, Rafeilla segera melepaskan brief boxer yang menghalangi dirinya untuk mencapai puncak kenikmatannya.             Rafeilla menjilat bibir bawahnya saat melihat milik Hoshea hanya beberapa senti jauhnya dari wajahnya. Perlahan kedua belah bibirnya terbuka, lidahnya memberikan rasa hangat yang menyenangkan di bagian intim pria itu.             “Oh...fuck. Keep going....” Hoshea memegangi kepala Rafeilla, menyuruh wanita itu melanjutkan aksinya di miliknya. Sesekali ia meremas rambut Rafeilla, menaikturunkan kepala wanita itu demi menambah kenikmatan di antara kedua pahanya. Rafeilla benar-benar membuat Hoshea kehilangan kendali atas gairahnya.             Rafeilla mempercepat permainan lidahnya, saat merasakan remasan Hoshea di rambutnya semakin menguat. Tak berselang lama, mulutnya dipenuhi cairan kenikmatan pria itu.             Hoshea menatap takjub saat melihat Rafeilla menelan cairan panasnya dengan cara yang sangat sensual. Oh, astaga...dia benar-benar menginginkan wanita ini!             “So, are we done yet?” Rafeilla menyeringai, sambil mengigit bibir bawahnya.             “The hell no.” Hoshea memegangi pinggang Rafeilla, membanting wanita itu ke kasur kemudian membuka lebar kedua pahanya. Hoshea memegangi miliknya yang masih keras dan berdenyut, mendekatkan bagian itu ke muara kenikmatan Rafeilla.             Rafeilla memejamkan matanya begitu merasakan sesuatu tumpul yang besar dan panas perlahan memasuki tubuhnya. Hoshea tampaknya tidak ingin kalah seorang diri, sekarang pria itu sedang membalas Rafeilla yang baru saja memainkan gairahnya.             “Hoshea....” Rafeilla mendesah, melayangkan tatapan memohon saat Hoshea sama sekali tidak melakukan pergerakan yang ia inginkan. Pria itu hanya diam, alih-alih berkelana lebih dalam untuk mencapai kepuasan, ia justru menarik miliknya hingga nyaris meninggalkan Rafeilla.             Hoshea mengangkat sebelah alisnya, mengulas senyuman yang lebih pantas disebut seringaian. “What do you want?”             “Oh, God, please....”             “Say it, Rafeilla.”             “I want you inside me!”             Rafeilla meneriakkan kenikmatannya, saat Hoshea serta merta mendorong miliknya dalam satu gerakan cepat tak terduga. Selubungnya terasa penuh, Rafeilla merasa ia akan kehilangan kesadarannya cepat atau lambat.             Hoshea bergerak; mendorong, menarik, dengan ritme yang berbeda. Sesekali ia akan melakukannya dengan cepat, dan sesekali ia akan membuat Rafeilla memohon saat gerakannya melambat atau justru terhenti.             Saat Hoshea mencium bibirnya, Rafeilla merasakan gairah yang lebih meledak-ledak. Oh, bahkan kedua tangan pria itu tidak diam sama sekali. Rafeilla merasakan remasan di p******a dan pantatnya yang membuatnya merasakan kenikmatan yang lebih dari sekadar luar biasa.             Semakin tidak sabaran, Rafeilla mengubah posisi mereka. Kali ini wanita itu yang memegang kendali atas semuanya. Rafeilla bergerak di atas Hoshea, melakukan gerakan memompa, menaikturunkan tubuhnya dengan tergesa-gesa. Rafeilla sudah begitu dekat dengan puncaknya, ia bisa melihat bagaimana cahaya kenikmatan itu mendekat dan membutakan pikirannya sendiri. Kemudian, wanita itu terkulai jatuh menimpa Hoshea.             Hoshea membelai lembut wajah Rafeilla yang berkilat karena peluh. Ia lalu membaringkan wanita itu di sampingnya. Rafeilla mengerjapkan kedua matanya dengan lemah.             “Well, I guess I’ll do the rest....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD