Keberatan Dosa

1424 Words
Deon tak memberi ruang untuk cinta dan wanita di hidupnya, itu sebabnya dia hanya menjadikan mantan-mantannya untuk bahan status semata agar tidak dicurigai penyuka sesama jenis. Masa cowok ganteng gay, nanti para kaum hawa merasa kecewa dan kekurangan cowok ganteng satu di dunia. Mau ada gadis secantik apapun, semenarik apapun, belum ada yang pas di hatinya. Andreas dan Riko saja sampai bingung mau sahabatnya ini yang bagaimana. Dicarikan yang oke-oke paling dilirik sedikit lalu dicampakkan. Dua mantan Deon yang mereka comblangkan dan jadi pacar Deon cuma sebulan dua bulan adalah Anna dan Tata saja. Itu juga jalan bersama Deon paling sekali dua kali kalau dari pihak ceweknya gak peped-peped abang dosen yang satu ini seperti perangko, mana si abang mau jadi yang nyamper duluan, semuanya dari pihak wanita yang menghampiri Deon lebih dulu. Wanita yang Deon sayangi di hidupnya yang pertama adalah almarhum mamanya, yang kedua adalah Endang.  Deon memang cerdas dalam urusan mata kuliah ekonomi dan bisnis tapi tak pandai memahami jalan pikiran lawan jenis. Bagi Deon, perempuan itu adalah bentuk nyata kerumitan. Tak ada rumus yang bisa memecahkan rumitnya jalan pikiran perempuan. Mau pake rumus statistik atau rumus apapun sulit dipecahkan, apalagi wanita seringnya main kode-kodean, mana dia ngerti! Riko si tukang ceplas ceplos mau menceramahi Deon lagi malam ini tapi Andreas tahan. Baru aja bibirnya manyun lima senti langsung Andreas tabok pakai lima jari. Apa enggak jijik ya Andreas telapak tangannya kena jigong Riko. Lalu bibir Riko auto langsung merah karena ditabok agak keras biar mulutnya diem. “Udah diem lu. Kagak tau kalau dia marah itu kayak apa? Diem aja udah menyeramkan. Belum lagi kalau ngomong nyeletuk nyumpahin orang dikit aja langsung kejadian.” Andreas jadi ingat kejadian Riko rewel karena mengatai sahabatnya sendiri gay, Deon langsung bilang, “Ati-ati kalau ngomong, ntar lo dikejar-kejar bencong baru tau rasa!” Besoknya Riko langsung dikejar bencong ancol yang ngebet banget suka sama dia. Mengerikan! “Lo mau ceramahin dia cari cewek, atau mau lanjutin body shaming si Milia itu ntar yang ada kena semprot.” Bulu kuduk Andreas langsung berdiri semua, dia sih gak mau kena sumpah serapahnya Deon jadi main aman aja. “Oke, oke. Gue diam!” Dua jari Riko bergerak dari bibir kanan ke ujung kiri seolah sedang menutupkan resleting, iya agar mulutnya diam dan tidak ngomong kesana kemari lagi. Mereka berdua seolah melihat malaikat pencabut nyawa yang sedang duduk mengamati mangsa yang akan diambil ruhnya. Begitu seriusnya Deon melihat-lihat foto Milia sampai di zoom satu persatu. Riko dan Andreas cuma bisa pandang-pandangan. Di otak mereka, akankah gadis yang mereka remehkan ini bakal jadi penakluk hati si abang cool yang satu ini. Rumus hidup adalah, tak boleh meremehkan orang lain, belum tentu yang kita bangga-banggakan bakal berhasil, siapa tau yang kita remehkan malah yang jadi melejit. “Itu anak kinyis-kinyis kayak lidi sekarang kabarnya gimana, ya? Apa dia balik bae-bae aja? Kan tadi Deon nyumpahin dia.” Tiba-tiba saja Riko jadi ingat Milia, tadi aja body shaming, sekarang malah dia kengenin! “Kagak tau gue, emang gue enyaknya dia!” Andreas pun melirik sinis, apa urusannya dia sama makhluk yang tak ia kenal itu, ketemu ada belom pernah. “Kita doakan baik-baik aja deh.” Riko berharap Milia baik-baik saja sekarang, kalau tidak kena sekarang ya berarti besok pagi. Entah kenapa kalau Deon nyeletuk nyumpahin orang kenapa bisa langsung kejadian, gak tau punya ajian dari mana, yang jelas emang langsung sih. Buktinya Milia tengah malam begini sedang berada di sumur belakang rumahnya sendiri. Rasain tu Mil! Sapa suruh lu kabur. Anak gadis yang sebentar lagi mau masuk fakultas ekonomi ini malah terkena musibah, entah hidupnya antara hidup dan mati ini. Kalau tidak ada yang menolong, mana mungkin sampai pagi dia bisa naik ke atas daratan dan masih bisa renang agar sedikit ngambang, mengambil napas dalam-dalam dan menjaga kehangatan. Lama kelamaan di dalam sumur yang ada kedinginan lalu kaki kram, nanti kelelep lalu mati ga ketahuan, nanti tiba-tiba sudah pagi ada yang teriak, “Ada mayatttt …… Ada mayat perempuan di dalam sumur!” Kan gak lucu. Bisa geger seantero jagad raya dan masuk berita, bukan terkenal karena prestasi tapi terkenal karena mati konyol di dalam sumur, nanti disangka ada yang bunuh padahal jatuh sendiri. “Brrrr …. Dingin.” Ya ialah dingin. Air langsung dari tanah dan sekarang Milia berada jauh di bawah. Milia gosok-gosok tangan kanan dan kirinya agar tetap hangat, sementara kaki masih bisa ia gerakan untuk tetap membuat kepala sedikit mengambang.  Milia tak mau menyerah. Dia coba lebarkan kakinya yang tinggi semampai alias semeter tak sampai. Kali aja kalo dilebarin bisa napak ke dinding kanan dan kiri, merayap lalu bisa naik, daripada di bawah aja nanti bakal kram. Eh ternyata sampai dong. Tangan Milia pun ikut ditempelkan ke dinding. “Bismillah. Mau nyobain ngerayap kali aja bisa!” Ini anak kuntet badannya ringan kali aja bisa naik dikit-dikit. “Ya Tuhan bantu Milia, ya. Maafin Milia yang suka salah dan sering bikin dosa ini. Milia janji mau tobat ya Tuhan.” Biasanya tobat sebentar doang, besok-besoknya bikin dosa lagi, paling gitu aja terus sampe Tuhan murka ke Milia. Kali ini dia beneran tobat gak ya? Percuma dia masuk pesantren tapi pas keluar boro-boro jilbaban, bahasa masih ceplas ceplos ga ada saringan, ibadah juga jarang-jarang. Milia ini saat Deon numpang di rumahnya, dia masuk pesantren sempat beberapa tahun tinggal bersama paman dan bibinya di sukabumi, jelas jadinya dia sama sekali tak mengenal Deon yang padahal sudah dianggap anak sendiri oleh Endang. “Aduh ….” Kaki Milia terpeleset, dinding sumur kan dari batu dan bata-bata yang licin sudah ditumbuhi banyak lumut, mana ada cacing iiiii, jijik! Milia sampai kelelep dan minum air sumur karena kejadian kepleset itu. Ya ampun, ternyata karma di dunia saja langsung terasa berat, apalagi di akhirat.  “Enyak tolongggg ….” Teriak Milia lagi. Milia pun berjanji dalam hati, kalau dia selamat bakal nurut apa saja yang diperintahkan oleh ibunya, jika dia tidak selamat ya minta dosa-dosanya di dunia dihapuskan. Endang benar-benar sedang menjaga gawang. Dia duduk di bangku paling depan di ruang tamunya dekat pintu masuk sampai ketiduran menunggu Milia datang. Kalau saja perutnya tidak mules, mungkin dia tidak akan bangun. Sambel lado entah level berapa yang ia campurkan dengan terasi medan dan cabai jablai membuat ususnya melilit. Mendadak Endang bangun dan buru-buru ke toilet. Dia lupa tadi belum isi bak mandi sehabis dikuras. Wanita paruh baya ini pun menyalakan sanyo tapi hasilnya sanyo tidak menyala. Penyakit sanyo ini pun kambuh, kalau lama tidak dinyalakan bakal mati, maklum sanyo airnya juga sudah ikut berumur.   Terpaksa Endang harus menimba air. “Mau boker aja ribet banget dah.” Endang pun membuka pintu belakang rumahnya. “Lho kok gak ke kunci? Ada maling masuk ta?” Dia pun tidak jadi ke luar rumah, jadinya periksa semua kamar dan ruangan barangkali ada barang yang hilang. Nyatanya semua ada dan aman. “Lalu? Ini pintu kebuka kenape?” Lampu di belakang rumah kebetulan remang-remang. Jiwa detektif Endang pun jadi meronta-ronta ingin dibangunkan bak detektif Conan. Endang ambil senter di lemari gantung lalu ia nyalakan untuk menyorot area sumur. Netranya melihat jejak bekas sendal orang, ada jejak lurus menapak di plesteran seperti bekas ada orang yang terpeleset pula. “Tolong ….” Suara teriakan minta tolong yang terdengar sangat kecil di indra pendengarannya Endang otomatis membuat bulu kuduknya merinding.  Tengah malam begini ada teriakan minta tolong dari orang atau setan? Sungguh membingungkan. Kira-kira Endang kalau lihat ke sumur bakal syok tidak ya? Tapi dia memberanikan diri saja untuk lihat penampakan setan yang minta tolongnya. Endang intip sedikit demi sedikit takut ia liat kunti. Eh ternyata yang dilihat benar-benar kepala orang. “Tolong ….” Ada suara teriakannya makin jelas. Alhasil Endang sorot saja ke bawah sumur. “Ya ampun Miliaaa ….. Anak gue kenapa bisa ada di dalem sumur?” Bukannya khawatir anaknya kenapa-napa, ini Endang malah ketawa ketiwi, habisnya dia kira setan, ternyata anaknya sendiri. Dari tadi ditunggu pulang, orangnya malah ada di dalam sumur. Ibu yang julid memang, anaknya kena musibah dia malah senang. “Kepeleset Enyak. Tolongin Mili!” Endang buru-buru ke rumah Sukimin, cowok yang satu itu kan punya tangga dari bambu yang panjang. Alhamdulillahnya Milia masih bisa diselamatkan. Dia naik berkat tangga milik Sukimin, tersangka yang nyatanya benar-benar tak membersihkan sisa oli motornya di plesteran dekat sumur Endang. “Brrrr …..” Milia berjongkok sambil memeluk lututnya lantaran dia kedinginan. Endang memberikan handuk tebal dan besar agar putrinya tak terlalu kedinginan sambil menyiapkan air panas. “Ya ampun Mili. Keberatan dosa kali lu, makanya Tuhan ceburin elu ke dalem sumur!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD