Kisah Masa Lalu

1499 Words
Coba bayangkan jika punya suami ganteng, berkacamata, tubuh atletis dan wajahnya seperti Massimo, wuah … idaman cewek-cewek banget. Gadis ini membayangkan bagaimana jika dia benar-benar tengah berjalan di pelaminan bersama pria yang sama sekali tidak dia kenal ini, apakah akan membuat mulut netizen menjerit? Sepertinya bakal seru. Sayang Milia sudah terlanjur kabur. Dunia itu memang sempit, sepertinya sesempit celana dalam tetangga yang ukurannya S. Kenapa bisa Milia bertemu dengan si abang yang bakal jadi suaminya itu. Sayang-sungguh sayang, baru aja mau nguping abang yang satu ini ngajar dimana Milia malah dikagetkan dengan kedatangan bebegig sawah sahabatnya Yayuk. Buset dah ini Yayuk ganggu suasana banged, bikin emoseh merajalela. Badan Yayuk berisi dan dia ini atlet Sumo, bukan deng. Dia ini suka ikutan Taekwondo. Jelas dong tepukkan tangannya di pundak Milia syakietnya bukan main. “Astaga naga. Pelanin dikit napa, Yuk.” Suara Yayuk nyaring banget, bisa merusak gendang telinga kalau dosisnya tidak di kurangi. “Lo bilang OTW tapi kagak nongol-nongol. Makanya gue datengin aja kesini.” Yayuk ini sudah bulukan nunggu Milidi alias Milia kelamaan, yang lain udah pada kumpul tapi anak yang satu ini belum nongol juga. Sebagai sahabat yang setia sehidup semetong, Yayuk mau nungguin Milia, yang ditunggunya malah santuy banget dong. Bikin gemesh! “Eh berisik. Sini-sini!” Milia malu kalau gengnya Deon mendengar obrolan mereka. Yayuk suaranya macam pakai toa, kenceng banget, ntar yang ada malu-maluin, mending ajak dia mojok buat bisik-bisik tetangga. “Apaan lo tarik-tarik gue segala?” Yayuk malah nyolot, gak suka ditarik-tarik paksa sama Milia, arahnya juga bukan ke lift malah ke semak belukar, eh salah, malah ke deket bar. “Lo ganggu gue sumpah.” Milia emosi karena lagi kepo banget sama si abang. Seenggaknya Deon udah tau username ** dia, la kalo Mili, kagak tau Deon itu siapa, kerja dimana, orangnya kayak gimana. Kalau mau kawin ya harus tau bibit dan bobotnya juga to, jangan main asal kawin. Yang taaruf aja mengenal dulu dengan baik meski pertemuannya singkat. “Gue balik yang mau narik lo.” Yayuk dengan tenaganya yang powerfull tarik Milia masuk ke dalam lift. “Yayuk bentaran. Gue masih mau di sini.” Milia berusaha melepaskan genggaman tangan Yayuk. “Buruan naik, ah!” Yayuk malah mencet tombol lift. Cewek satu ini udah kayak emak-emak yang menjemput anaknya paksa karena malah nyangkut entah dimana. Eh ngomongin emak-emak. Tadi kan enyak Mili udah kirim pesan bahwa dia malu sama Deon. Sekarang si enyak kirim WA nih. Isi pesannya bikin serangan jantung deh. Masa bunyinya kek gini. “Milia, balik kagak lu. Udah jam berapa ini? Udah mah lo tadi kabur pas Deon kesini, sekarang lo malah belum pulang-pulang. Kalo gak pulang sekarang, Enyak apus lo dari kartu keluarga.” Panik gak tuh? Panik lah! Ancaman enyak Endang Jubaedah bukan main. Yang jadi anaknya auto langsung pengen balik sekarang juga. Buibu kalau lagi muak sama anaknya bisa mengalahkan kegalakkan dan keganasan macan tutul cuy! Mungkin Enyak muak karena kedatangan tamu spesial, anak yang mau dia kenalkan malah menghilang. Kurang ajar kan Milia! Kurang baek apa Enyak, mau kasih jodoh tampan dan bodynya aduhai menggoda, bikin hareudang. “Gawat, Yuk. Gawat.” Milia langsung menoleh pada Yayuk sambil menunjuk ponselnya yang bermerek apel gigit kw alias merek tempelan. Aslinya gawai cina tapi biar gaya jadi ditempelin stiker apple. “Ngapa, Mil?” tanya Yayuk santuy. “Enyak gue.” Milia bingung mau bilang apa, Yayuk belum tau nih kalau dia ke sini kabur dari sebuah perjodohan. “Enyak lo kena serangan jantung gitu?” tebak Yayuk asal tapi ini bikin hati nyelekit sih, main nyeletuk aja bilang ibu orang kena serangan jantung, kek doa buruk aja. “Idih amit-amit. Bukan!” Milia sampai memukul pelan kepalanya beberapa kali. Ibuk Endang Jubaedah cuma satu di dunia, namanya sih pasaran tapi orangnya istimewa dan tak tergantikan. Kalau kena serangan jantung kan bisa metong. “Terus?” Yayuk liat Milia sampe keringetan dingin, kalau panik kayak gitu ya pasti dia nyangkanya Enyak Milia terkena kecelakaan. “Enyak gue nyuruh gue balik karena udah larut malem. Dia ngancem nama gue diapus dari KK!” O ternyata ini to, Yayuk kira apa. Kolot banget Enyaknya Mili, masa jam segini anak udah disuruh pulang. Maklum Milia hidupnya tak bebas kayak anak lain, Jubaedah kan jandes, dia takut anak gadisnya hamidun di luar nikah, jadi sebisa mungkin jangan pulang kemaleman dan bergaul sembarangan. Si Enyak gak tau ini anak abis minum miras dikit, duh. “Hemmm …. Ya apa boleh buat. Cinderella harus balik.” Untungnya Yayuk mengerti keadaan Milia, syukur ini anak udah mau mampir bentaran doang juga, kan tadinya gak mau hadir. Sepanjang jalan pori-pori Milia mengeluarkan keringat dingin. Dia takut Enyak megang sapu lidi sambil marah-marah. *** Endang Jubaedah, janda yang punya dua anak ini pernah mengabdikan dirinya pada sebuah keluarga kaya raya. Dia pernah mengurus anak kecil dari bayi sampai balita, karena menikah dan punya anak, dia keluar lalu masuk kerja lagi. Bukan tak mau mengurus anak sendiri, Endang kan butuh uang untuk beli pampers, s**u dan keperluan anaknya yang lain. Suaminya meninggal kena serangan jantung pas anaknya umur satu tahun dan anak pertamanya umur empat tahun tahun. Jadi dua anaknya yang masih kecil sekali ia titipkan di kampung, kebetulan lingkungan kampung tempat tinggal saudaranya sangat agamis dan memiliki pondok pesantren, lumayan kan anaknya jadi mengerti tentang agama sedikit demi sedikit. Endang mengurus rumah serta anak kecil yang berjenis kelamin laki-laki. Anak ini ia sayang sampai ia anggap putranya sendiri. Wajah sang anak yang saat itu berumur dua belas tahun sungguh tampan dan seperti malaikat. Suatu insiden terjadi saat Endang sibuk mengurus keperluan sekolah anak asuhnya ini. Dia pergi untuk menjemput anak itu yang saat ini sedang menginap di rumah neneknya. Esok kan hari senin, jadi harus sekolah. Majikannya ini harus dijemput agar tak lupa bahwa besok libur telah berakhir. Pada sore itu Endang Jubaedah hanya di temani oleh pak supir saja, anggota keluarga pemilik rumah mewah ini sedang sibuk dengan dunianya masing-masing. Sekelompok perampok yang penampilannya sama sekali tak mencurigakan masuk ke dalam rumah. Saat itu karena penampilan mereka layaknya warga sekitar dan terlihat tidak mencurigakan, mereka diizinkan masuk dan satpam pun tiba-tiba di serang. Keamanan bagian depan berhasil dikendalikan oleh kawanan perampok tersebut. Keadaan rumah benar-benar sepi, penjaga rumah dua orang lainnya sedang cuti karena yang satu ibunya sakit, yang satu istrinya sedang melahirkan. Pak supir dan Endang juga sedang keluar untuk menjemput anak majikannya. Yang punya rumah saat itu kebetulan lengkap semua terkecuali satu orang. Mereka tengah melakukan kegiatannya masing-masing sampai tak tau jika ada orang asing yang masuk. Sistem keamanan pun diretas oleh perampok tersebut, ditambah lagi mereka tau dimana pemilik rumah saat ini lewat rekaman CCTV. Empat orang perampok pun berpencar sesuai targetnya masing-masing. Yang satu menuju tempat anak remaja, yang tiganya lagi menuju tempat kedua orang tua dari anak tersebut. Semua anggota di rumah ini dikumpulkan pada ruangan yang sempit dan pengap, gudang yang dipenuhi hewan laba-laba, tikus juga kecoa. Perampokan ini berujung membuat satu brankas isi emas batangan dan uang tunai ratusan juta raib serta tiga nyawa menghilang. Tak ada ventilasi udara, tak ada jendela dan pintu dikunci sangat kuat, bahkan mau didobrak dari dalam pun susah. Akhirnya tiga orang yang disekap pada ruangan tersebut meninggal dunia karena menghirup gas beracun yang dimasukkan lewat lubang pintu bawah oleh para perampok. Mobil hitam mewah pun masuk ke parkiran rumah yang sangat sepi. Gerbang terbuka lebar, pintu masuk rumah juga sama keadaannya. Supir, Endang dan satu anak laki-laki pun masuk. Mereka kaget melihat keadaan rumah yang berantakan. Endang segera mencari anggota rumah yang lain sementara pak supir mencari satpam rumah tersebut. Pak satpam ditemukan dalam keadaan pingsan di ruangan jaganya sementara Endang belum menemukan anggota keluarga majikannya sampai detik ini. Mereka menghubungi polisi. Setelah dilakukan pencarian, barulah ditemukan tiga orang mayat di gudang sempit ruangan bawah dekat tempat koleksi mobil-mobil yang tidak dipakai. Sejak saat itu, anak laki-laki yang berusia dua belas tahun menjadi trauma dan tau mau tinggal di rumahnya. Anak itu tinggal selama satu tahun di rumah neneknya. Sayang sungguh sayang nenek tua yang umurnya sembilan puluh tahun pun menghembuskan napas terakhirnya. “Ibu mau ya jadi ibu angkat Deon?” Ini kata Deon kecil pada Endang. Tak ada yang mengurus anak ini dengan tulus, semua gila akan harta peninggalan dari keluarganya. Hanya Endang yang mengurus anak tersebut dengan tulus sampai ia besar. Tangan mereka selalu bergandengan, walau hidup ini sulit tapi harus tetap dijalani demi bertahan sampai akhir. Calon mantu sekaligus anak Endang datang, langsung saja Endang sambut dengan senyuman. “Selamat datang anak ibu. Apa kabarmu?” tanya Endang pada seorang pria yang tingginya kurang lebih seratus delapan puluh sentimeter dan wajahnya begitu menawan. “Baik Ibu. Maaf anakmu ini baru sempat berkunjung lagi.” Dia mencium punggung tangan Endang, bersujud serta mengusap punggung kaki ibu angkatnya itu. “Tak apa, Nak. Kamu sudah mau ke sini pun ibu merasa bahagia.” Pelukan hangat ia berikan pada anak yang sedari kecil ia urus seperti anaknya sendiri. “Maaf, Nak. Anak ibunya kabur!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD