bc

ALGA

book_age0+
1.0K
FOLLOW
13.2K
READ
love after marriage
arranged marriage
comedy
sweet
Girl Power Counterattack
Multi-professional Billionaire Writing Contest
Writing Challenge
like
intro-logo
Blurb

Note: Follow dulu sebelum membaca!

⚠️ BAPER STORY ⚠️

Sudah hampir 27 tahun Zander menantikan ini, menantikan seorang gadis yang bisa merobohkan kerasnya dinding hatinya. Dan itu semua terjadi sekarang, gadis itu adalah Ainun Syahara.. Gadis cantik dan polos yang ia temukan di Yayasan sang kakak itu berhasil membuat Zander terpesona dalam sekali tatap, rasa memiliki langsung menguasai hatinya.

Untuk.mendapatkan Ainun, Zander harus menghadapi tiga orang laki-laki yang sangat posesif. Yang pasti, perjalanan Zander mendapatkan gadis mungil kesayangannya itu tidak mudah, walau begitu Zander tidak akan menyerah ia harus mendapatkan gadis yang sangat dicintainya itu.

Tapi dilain sisi, ada perjanjian masa kecil yang dibuat oleh kedua orangtua Zander dan tentunya berhubungan dengan kisah cinta Zander. Akankah perjanjian itu merobohkan kisah cinta Zander dengan Ainun?

chap-preview
Free preview
Awal pertemuan
"Abang ngapain sih minta temenin segala? Kaya anak kecil aja." Sang adik—Zander menggerutu kesal, hari ini ia cukup sibuk. Apalagi harus mendatangi beberapa rumah sakit dan juga rumah sakit pusat yang baru beralih tanggung jawab ketangannya. Dan sang kakak dengan seenak jidat menariknya paksa untuk kesini. Raka melirik sekilas, lalu kembali menatap kearah depan. "Ya emang kenapa sih? Kamu-kan udah peresmian, jadi free dong?" "Free dari mana sih? Za itu harus kerumah sakit pusat, ada rapat sama petinggi rumah sakit Bang!" Tekan Zander kesal. Mendengus kepada sang kakak yang keras kepala.  Dan Raka cuek, tidak lagi membalas ucapan Zander. Toh adiknya itu akan tetap menemaninya disini walau menangis darah sekalipun, oke itu berlebihan. Melihat Raka yang acuh dengan segala gerutuannya membuat Zander lagi-lagi mendengus, merutuki peresmian warisan yang tidak dilangsungkan secara bersamaan atau selang satu hari saja. Kalau selang waktunya sampai sebulan seperti ini, apalagi Zander yang pertama diresmikan Kakaknya itu pasti dengan mudah menariknya kemana-mana. Mengenai warisan, Zakaria—Ayah Zander atau yang biasa disebut Abah oleh Kakak beradik itu memilih pensiun kerja lebih awal. Bukan karena sudah renta atau-pun sakit-sakitan, Ayahnya itu sepertinya sudah malas memegang kendali berbagai aset miliknya. Dan memilih mewariskannya kepada kedua anak-anaknya, dan untungnya kedua anaknya itu laki-laki. "Pak Raka sudah datang." Sapa pria berjas hitam itu, yang diketahui namanya adalah Yahya. Tangan kanan Zakaria. Raka tersenyum menerima tangan Yahya, begitupun Zander. "Iyah Pak, saya mampir sebentar kesini untuk melihat-lihat keadaan Yayasan." "Wah, bagus kalau begitu. Ada beberapa gedung baru juga yang akan diresmikan, siapa tau Pak Raka mau meracik atau merombaknya lagi." Yahya menuntun perjalanan mereka, mengelili Yayasan atau sekolah besar salah satu aset milik Zakaria. Yayasan luas ini cukup membuat Zander manggut-manggut, salah satu yang termewah dari Yayasan lainnya. Dalam hati menertawai Raka, ternyata bukan hanya dia yang pusing karena mengurusi berbagai rumah sakit tapi juga Raka. Sepertinya, Yayasan ini akan lebih merepotkan ketimbang rumah sakit. Apalagi, untuk ukuran Raka yang sangat emosian dan cepat jenuh.  Semua murid disini memakai baju muslim, hijab yang dipakai murid perempuan-pun menjuntai menutupi d**a. Yang lelaki-pun, katanya diwajibkan untuk memakai peci. Tidak ada seragam seperti SMA pada umumnya, karena Zakaria membuat seragam yang jauh berbeda dengan mungkin jauh lebih bagus lagi. "Ini taman kedua ya Pak?" Zander bertanya, lantas berdecak kagum pada taman baca yang berada dipojok sekolah ini. Sangat cantik dengan kolam ikan dan juga rumput yang hijau, pohon-pohon yang rindang-pun semakin mendukung mengapa taman ini cocok menjadi taman baca. Ayah-nya memang selalu mempunyai ide cemerlang untuk investasi apapun. "Iyah Pak, ini baru dibuat satu tahun kemarin. Taman baca inu salah satu permintaan dari beberapa wali murid, katanya tanah kosong ini jauh lebih kalau dijadikan taman baca." "Memang awalnya tanah ini mau dijadikan apa, Pak?" Raka bertanya. "Awalnya, para petinggi yayasan ingin untuk membuat labolatorium fisika Pak. Tapi ketika rapat wali murid, enam puluh persen tidak setuju. Jadi dibatalkan dan dijadikan taman baca ini, dan lab fisika dibangun digedung yang baru." Zander manggut-manggut. Ia kira, Ayahnya itu bertangan besi tidak menghiraukan para petinggi yayasan apalagi wali murid tapi ternyata, untuk sekedar membangun lab fisika saja diadakan rapat wali murid juga. Penduduk sekolah, bahkan diajak berkontribusi untuk pembangunan sekolah ini. Yahya kembali menuntun mereka ketempat berikutnya yaitu taman utama, taman yang luasnya dua kali lipat dari taman baca. Lagi-lagi Zander berdecak kagum, Yayasan elit milik Ayahnya ini sangat luar biasa. Ini adalah pertama kalinya Gema kemari, jadi wajar saja ia terkejut. Karena sebelumnya Zander sangat ogah untuk diajak kemana-pun oleh Zakaria, berbeda dengan Raka yang mau-mau saja diajak kemana-pun, entah itu bertemu kolage bisnis ataupun peresmian sesuatu. "Ini taman utama Pak, kalau ditaman ini kita meletakan satu jembatan kecil. Dan juga satu pancuran, disini biasanya diadakan berbagai perlombaan untuk membuat hiasan taman. Taman ini juga biasanya dijadikan latar lomba, mengingat tempatnya yang cukup luas." Yahya menjelaskan. Ketika sedang fokus melihat interior taman, Zander dialihkan fokusnya kepercakapan beberapa gadis yang berada satu langkah dari tempatnya berdiri. Yang Zander dengar dengan jelas sih, mereka sedang mengobrolkan mengenai make up dan skincare tahun 2020. Mata Zander tak berkedip, jantungnya seolah merasakan sensasi baru. Entah sugesti tentang jatuh cinta atau apa, tetapi jujur melihat gadis dengan pipi tembam itu membuat tubuh Zander bergetar halus. Tangannya tanpa sadar berkeringat, hati yang selama ini diragukan oleh keluarganya karena tidak pernah menyukai seseorang seolah marah, mencoba membuktikan bahwa akan ada seseorang yang singgah dihati ini. Dan orang itu adalah gadis ini, gadis mungil sipipi tembam. "Kemarin sih, gue ke Drugstore nyari facewash itu kaga ada. Eh pas liat instastory-nya Tasya Farasya facewash itu emang belum ada diindonesia. Dia produksinya baru di Itali sama Arab doang." Ucap salah satu gadis. "Gue juga nyari primer yang kayak si Tasya susah bener, sekali-nya ada malah mahal banget. Masa primer harganya lima juta? Mending beli set make upnya kyle jenner gue!" Gadis yang lainnya membalas. Mati-matian Zander menahan tawa karena tidak mau didengar oleh gadis-gadis itu apalagi posisinya berdiri hanya sejauh satu langkah dengan para gadis itu, alasannya tertawa ialah gadis tembam yang kini menjadi kesayangan Zander itu mengeluarkan ekspresi yang sangat menggemaskan. Menatap bingung kedua temannya yang membicarakan sesuatu yang sepertinya tidak gadis itu mengerti, apalagi gadis itu duduk ditengah-tengah keduanya. "Nah bener tuh, eh.. tapi kalau liat review-nya diyoutobe sih kebanyakan pada jeleknya. Gue jadi ragu sih, soalnya nyokap gue nawarin oleh-oleh set make upnya kyle jenner. Tapi kalau jelek mendingan gue beli skincare disini. Gue pengen beli skII, biar glowing kaya si Ainun." "Iyah nih Nun, lo mukanya kok bisa glowing jangka panjang begini sih? Gak pernah jerawatan pula, apa itu karena lo gak pernah make-up-an ya?" Tanya salah satu diantara mereka. Oh.. ternyata namanya adalah Ainun. Sangat bagus, cocok untuk tubuh mungil dan wajahnya yang imut menggemaskan. Tangan Zander menjadi gatal sendiri, ingin cepat-cepat mengorek informasi tentang gadis kesayangannya itu. "Ainun gak pernah pake apapun, Ainun gak paham sama skincare apalagi make-up. Cuma pake air wudhu sama cahaya matahari doang." Bibir Zander tersenyum tipis, mendengar jawaban gadis kesayangannya itu. Wajahnya memang menyinarkan cahaya berbeda, cahay-cahaya dari orang yang tak pernah lepas dari wudhu-nya. Tepukan dipundaknya membuat Zander langsung menoleh. Ekspresi wajahnya langsung dikendalikan ketika menatap Raka. "Apa?" "Dipanggilin juga." Zander meringis sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ayok pulang. Abang udah selesai, mungkin lain kali aja ngobrolin tentang gedung peresmian soalnya hari ini ada rapat dadakan diperusahaan." Raka berpamitan dengan Yahya lalu berlalu pergi. Zander yang berjalan dibelakangnya menghela napas lesu, padahal Zander masih ingin berada didekat gadis kesayangannya. Mereka memasuki mobil dan mulai meninggalkan Yayasan. Raka menatap aneh gerak-gerik sang adik, wajahnya lesu dan tertekuk berbeda dari biasanya. Gatal karena penasaran, akhirnya Raka bertanya. "Kenapa kamu?" Zander melirik sekilas, lalu menggeleng kecil. Setelah itu menghela napas, membuat Raka gemas dengan jawaban dan gerak-gerik mencurigakan sang adik. "Kenapa sih? Kamu kecapean?" Lagi, Raka bertanya. "Gakpapa." Seperti perempuan yang labil dan misterius, seperti itu pula Zander menjawab pertanyaannya. Kata sakral yang dibiasa dilontarkan mantan pacarnya itu kini dilontarkan oleh sang adik, membuat Raka memutar bola matanya jengah. Lagi-lagi kata itu, 'gakpapa' itu seolah persoalan matematika yang tidak ada rumusnya. "Besok kamu mau ke Bandung ya?" Raka membuka pembicaraan. Setelah beberapa saat sunyi. Kepala Zander mengangguk kecil, dengan lesu. "Iyah, mau ke Restaurant disana sekalian jenguk panti asuhan." Jawabnya. "Yaudah kalau kamu mau ke Bandung, Abang besok ke Yayasan sama Abah aja. Seka-" "Abang besok mau ke Yayasan itu lagi?!" Potong Zander dengan cepat, menatap sang kakak yang sepertinya terkejut itu dengan mata berbinar. Hilang sudah kelesuannya. Mata Raka mengerjap beberapa kali karena terkejut, setelah itu ia menghembuskan napas pelan. Melotot kesal kepada sang adik yang malah cengengesan. "Sue kamu! Untung Abang kagetnya gak lebay, kalau lebay kita bisa kecelakaan!" Omelnya. Zander meringis. "Ya maaf, aku-kan exited. Bener gak besok Abang mau ke Yayasan?" Tanya Zander lagi. Anggukan kepala Raka membuat Zander berseru senang, dalam hati. "Besok aku temenin Abang pokoknya! Tenang aja, besok aku bakal berserah diri nemenin Abang ke Yayasan itu." Dahi Raka mengerut bingung. "Kenapa tiba-tiba gitu? Besok Abang kayaknya bakal sampai sore Zan, kamu bakal ketinggalan pesawat. Udahlah, Abang sama Abah aja." Sampai sore? Itu bahkan lebih bagus! Zander bisa sepuasnya mengikuti dan menjadi stalker gadis kesayangannya itu. "Ya gakpapa, aku bakal batalin rencana-ku ke Bandung. Restaurant dan panti asuhan kayanya lagi baik-baik aja, gak ada laporan aneh-aneh." Zander berujar senang, nada axitednya sangat kentara sekali. Membuat Raka semakin penasaran. "Kamu kenapa sih Zan? Kok aneh sih, kesambet setan disana ya!" Seloroh Raka cepat. Zander melotot. "Enak aja, ya enggaklah! Akukan cuma mau berbakti sama Abang aja, bukannya Abang pengennya aku yang temenin-kan?" Mata Raka melirik sang adik sekilas dengan mata memincing. Sangat-sangat mencurigakan, sejak kapan adiknya itu mau berbakti secara suka rela begitu? Biasanya-kan selalu meminta imbalanan. Walau penasaran, Raka tetap mengiyakan. "Iyah deh, seterah kamu aja." Dalam hati Zander bersorak senang, ah...rasanya Zander benar-benar jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dan Gema baru tahu, jika jatuh cinta seluar biasa ini. *** Tidak berhenti sampai dimobil, sikap aneh Zander yang sangat absurd dan menggelikan itu berlanjut sampai kerumah. Bahkan, kedua orangtuanya ikut kebingungan melihat tingkah putera bungsu mereka.  Saat ini, keluarga kecil itu tengah berkumpul diruang keluarga. Itu hukumnya wajib, karena bagi Nyonya rumah ini alias Melia. Family talk itu sangat penting, sebagai ibu dari dua anak laki-laki Melia maupun sang suami tidak mau melewatkan cerita dari anak-anak mereka. Seperti sekarang, Melia maupun Zakaria dibuat kebingungan oleh sikap Zander yang tiba-tiba berubah. Anak bungsunya yang biasanya pendiam dan berwibawa, kini malah bersenandung kecil seraya sekali-kali tersenyum.  Dahi Melia langsung mengernyit kala melihat putera bungsunya tertawa pelan. Apa yang lucu? Bahkan mereka sedang tidak mengobrol sama sekali, film yang ditonton-pun bergenre action. Lalu, Melia menoel paha Raka. Bertanya lewat sorot mata kepada putera sulungnya, sebenarnya apa yang terjadi?  Raka mengangkat bahunya, bahkan ia yang sedari siang bersama Zander-pun masih belum mengetahuinya. Rasa penasaran masih berputar-putar dalam dirinya, sungguh adik-nya ini benar-benar aneh.  "Zander.." akhirnya Zakaria bersuara, gemas dengan sang isteri dan juga Raka yang penasaran tapi hanya diam saja.  Yang merasa terpanggil-pun menoleh, dengan wajah yang sumringah dan jangan lupakan senyuman kebahagiaan itu. "Iya Bah?"  "Gimana dunia baru kamu? Susah gak mengemban tanggung jawab besar?" Zakaria bertanya dengan nada seperti biasa, pelan tapi sangat tajam.  Helaan napas terdengar dari Melia maupun Zakaria, mereka kira Zakaria akan menanyakan perihal tingkah aneh dari Zander. Tapi malah bisnis yang lagi-lagi jadi bahan obrolan.  Zander terdiam sesaat. Dunia baru? Ah, rasanya dunia barunya akan sangat-sangat sempurna karena kehadiran gadis kesayangannya itu. "Sempurna Bah, pokoknya all it's perfect! Pokoknya aku seneng banget bisa dapet tanggung jawab ini, apalagi bisa nemenin Bang Raka ke Yayasan-yayasannya." Jawab Zander semangat.  Alis Zakaria bertaut bingung. "Maksudnya? Apa yang harus disenengin dari nganterin Abang kamu yang manja itu ke Yayasan-yayasannya?" Tanyanya.  Bibir Raka langsung mengerucut kesal mendengar nada ledekan untuk dirinya. "Abah, Raka itu bukan manja. Gak ada salahnya-kan minta temenin sama Zander? Toh dianya mau mau aja." Balasnya membela diri.  Zakaria hanya melirik sekilas, lalu melengos. Alasan, putera sulungnya hanya cover saja yang bagus, mau diseret kemana-pun untuk urusan kantor tapi aselinya pemalas. Berbeda dengan Zander yang sangat anti dengan keramaian, apalagi soal tek-tek bengeknya, tapi soal kinerja Zander sangat cekatan dan profesional.  "Emangnya Yayasan Abang kamu sebagus itu? Perasaan belum ada perubahan dari yang dulu Abah kamu pegang." Kini Melia yang bersuara.  Zander menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bibirnya sedikit kelu menceritakan soal ini. Ya wajar saja, ini pertama kalinya Gema jatuh cinta setelah bertahun-tahun selalu disangka gay. "Em.. ya masih sama sih.." jawabnya remang-remang.  Alis Melia terangkat. "Ya terus? Yang bikin kamu semangat banget itu apa? Tingkah kamu itu aneh sepulang dari sana, beda dari biasanya Zan.." Akhirnya Melia mengeluarkan unek-uneknya.  Mata Zander mengerjap, dia tidak sadar jika tingkahnya akan seaneh itu didepan keliarganya. Mata Zander melirik kearah Zakaria dan Raka, keduanya juga tengah menatapnya seolah menunggu jawabannya. "Gim-gimana ya ceritanya.." Zander gagap, entah kenapa.  "Ceritakan Zander." Tekan Zakaria, kalau putera bungsunya sampai gagap seperti itu berarti dia sangat gugup. Hal apa yang disembunyikan Zander sampai dia segugup itu? Sebelum menjawab, Zander kembali menggeruk tengkuknya. "Karena, Zander jatuh cinta sama salah satu murid Yayasan." Jawab Zander pelan seraya menunduk, tak berani melihat respon keluarganya.  Satu detik.. dua detik.. tiga detik.. sampai sepuluh detik berlalu suasana masih sunyi. Jantung Zander langsung berdegup kencang, tetapi dia sendiri tidak tahu kenapa bisa begini. Untuk apa Zander takut, jika ia hanya mengatakan jika dirinya jatuh cinta? Bukan-kah itu yang diharapkan oleh keluarganya.  "ALHAMDULILLAH YA ALLAH!" Teriakan Melia memecah keheningan, dengan kebahagiaan yang luar biasa. Ibu satu anak itu langsung mengucap syukur kepada Allah sebanyak-banyaknya, setelah itu memeluk Zander dengan gemas.  "Alhamdulillah kamu udah menemukan pujaan hati kamu, Umi seneng banget!" Melia mencium kening Zander, cukup lama seolah menyalurkan kebahagiaan. Akhirnya putera bungsunya itu tidak perlu mendapat tekanan mengenai isu ke-gay-annya.  Raka masih diam, menatap adiknya itu dengan pandangan antara bingung, tak percaya, senang, dan terkejut. Semuanya bercampur aduk. "Adek gue jatuh cinta?" Monolognya.  Berbeda dengan Zakaria, lelaki iti masih diam dengan ekspresi andalannya. Datar, dan tajam. Walau dalam hati ia juga bahagia mendengarnya, ada juga gadis yang berhasil menarik perhatian putera bungsunya itu. Tapi, rasa bahagia Zakaria bercampur dengan khawatir dan juga.... takut. Memikirkan hal yang kemungkinan besar merusak kisah cinta puteranya, tapi Zakaria langsung menepisnya. Itu pasti bisa diselesaikan, ia harus fokus kepada puteranya yang sedang kasmaran untuk yang pertama kalinya itu.  "Kamu yakin Zan?" Suara bariton Zakaria kembali membuat suasana hening.  Melia menoleh dengan wajah kesal. "Gak yakin gimana sih Bah, anaknya dapet jodoh bukannya alhamdulillah malah digituin!" Tukasnya kesal.  "Bukan begitu Umi, perbedaan umur mereka itu dipastikan sangat jauh. Zander itu dua puluh tujuh tahun, sedang anak SMA? Paling tua aja sembilan belas tahun." Mata Zakaria langsung menatap Gema.  "Kamu yakin bisa ngehadepin sikap kekanak-kanakannya perempuan itu? Ini pengalaman pertama kamu Zander, jangan gegabah dan jangan lupakan juga kalau Abah itu benci sama laki-laki yang kasar dan suka menyakiti perempuan." Tekan Zakaria.  Demi meyakinkan sang Ayah, Zander tersenyum. Mencium tangan kedua orangtuanya. "Zan udah yakin insyaallah, Abah sama Umi doakan saja ya. Semoga Gema dan juga Dia bisa berada diakad secepatnya."  "Perjalanan kamu itu gak mudah, kamu harus meluluhkan hati perempuan itu dan juga menumbuhkan kepercayaan dihatinya. Kamu harus bener-bener paham dia, hati perempuan itu adalah sesuatu yang suci dan jangan pernah merusak kesucian itu dengan kebodohan kamu." Zakaria kembali bersuara.  "Abah! Bukannya diaminin malah ditakutin, jangan begitu dong! Anak kita ini-kan baik, mana mungkin kayak begitu." Omel Melia.  "Bukannya ditakutin Umi, Abahkan cuma mengingatkan saja. Cewek-kan baperan dan sensitif." Tukas Zakaria mengejek, membuat Melia menggerutu kesal.  Zander tersenyum, lebih tepatnya tersenyum yakin. "Abah tenang saja, perempuan itu akan jadi yang pertama dan juga yang terakhir untuk Gema. Insyaallah Zan akan membahagiakan dia dan tidak akan menyakiti dia."  Zakaria tersenyum tipis. "Abah pegang janji kamu."  Raka merangkul pundak sang adik. "Kamu emang rajanya jomblo Indonesia, memegang rekor kejombloan selama dua puluh tujuh tahun hidup. Tapi.. sekalinya jatuh cinta nyeremin juga ya?" Ledeknya.  "Yaiyalah, awas ya Raka. Kalau Umi masih pergok kamu pacaran, Umi bakal jodohkan kamu sama Arumi." Celetuk Melia.  Raka meringis. "Iyah Umiku..." lalu setelah itu mendengus kesal karena ditertawai oleh Ayah dan juga adiknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Touch The Cold Boss

read
241.9K
bc

Stuck With You

read
75.6K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
58.8K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.8K
bc

Skylove

read
115.0K
bc

Istri Simpanan CEO

read
214.4K
bc

I Love You, Sir!

read
270.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook