PART 7

1235 Words
Aura, Lifa, dan Raya saat ini mendapatkan kesempatan untuk bergabung di team penelitian hibah Pak Farhan. Mereka sedang disibukkan dengan jalannya penelitian yang ada dan akhirnya menjadikan mereka terpaksa banyak menghabiskan waktunya di Laboratorium Penelitian Jurusannya.  "Ra, Ray mau makan malam apa nih kita?" tanya Lifa yang sudah selesai dengan pekerjaannya.  "Ngikut aja sih. Yang jelas aku nggak bisa beli di luar. Masih riweuh banget nih," jawab Aura tanpa mengalihkan pandangannya dari objek yang sedang ia amati di balik mikroskop nya.  "Oke, Ra. Kamu Ray?" tanya Lifa sembari mencuci tangannya di wastafel.  "Ok-food aja gimana? Kan pilihannya banyak tuh," jawab Raya yang lagi mencuci peralatan yang baru selesai ia gunakan.  Tiba-tiba hand phone Aura berbunyi dan pada layarnya terlihat nama 'Pak Farhan Dosen' dalam panggilan telepon. Ia langsung meminta Lifa yang tangannya sudah bersih untuk mengangkat telpon tersebut dan mengaktifkan mode loud speaker pada panggilan tersebut agar mereka bertiga tahu apa yang akan dibicarakan oleh Pak Farhan.  "Assalamu'alaikum, Nduk" ucap Pak Farhan setelah telpon tersebut diangkat.  "Wa'alaikumsalam, Pak. Mohon maaf ini saya mode loud speaker jadi suaranya menggema, Pak, " jawab Aura yang menghentikan sejenak pengamatannya dari mikroskop di depannya.  "Udah sampai mana hari ini?" tanya Pak Farhan.  "Ini sudah pengamatan objek di sembilan puluh enam jam, Pak, " jawab Aura lalu membacakan rentetan hasil yang ia amati.  "Nggak ada kendala kan kalian? Rencananya kalian mau menginap atau tidak malam ini?" ucap Pak Farhan dengan lembut. "Sepertinya mboten, Pak. Mungkin jam sepuluhan ini sudah selesai, hehe," jawab Aura dengan cengengesan.  "Ya wes. Lha wong sudah tiga malam menginap juga kan kalian bertiga," ujar Pak Farhan, "kalian sudah makan malam?". "Hehe, iya Pak. Baru mau pesan Ok-Food, Pak" jawab Aura dengan menatap kedua temannya.  "Nggak usah pesan Ok-Food, Nduk. Ini kebetulan Bapak sedang makan di daerah dekat kampus. Kalian nasi goreng mau? Nanti Bapak mampir ke kampus," ucap Farhan.  "Wahduh. Mboten usah, Pak. Malahan kadose ngerepotin," jawab Aura dengan tidak enak.  "Rapopo, sekalian saya ambil rekapan hasil dua hari pengamatan kalian," ujar Pak Farhan, "Pedes opo ora nasi gorengnya?" Aura menatap Lifa dan Raya dengan gelisah dan mendapatkan bisikan dari mereka "aku pedes" emang ya duo sahabatnya ini kalau tentang makanan memang paling tidak bisa menolak. Dengan santainya mereka tanpa basa basi memberikan ACC nasi goreng dari dosennya. "Terlebih lagi gratisan pula ya pastinya gercep mereka mah, ckck" batinnya.  "Maaf nggih, Pak. Untuk nasi gorengnya pedes semua, Pak," ucap Aura. Dari seberang telponnya terdengar Pak Farhan melafalkan pesanan mereka dan meminta seseorang untuk memesan. "Sudah Bapak pesankan. Mungkin dua puluh menit lagi sampai di sana. Wes dilanjut lagi pengamatannya," jawab Pak Farhan.  "Nggih, Pak. Terimakasih," jawab Aura dengan cerianya.  Panggilan telpon itu sudah selesai. Aura langsung menatap malas kedua temannya.  "Mayan lah, Ra. Setidaknya kita saving money di akhir bulan," jawab Lifa dengan tawanya.  "Iya, Ra. Kata Pak Farhan kan tidak boleh menolak rezeki," ujar Raya dengan geli.  "Kurang yang mana nih? Ku bantuin sini biar cepat selesai. Jadi pas Pak Farhan dateng udah kelar semua," ucap Lifa sembari duduk di samping Aura dan mengamati sampel-sampel pengamatan yang berada di meja Aura.  "Kamu kerjain yang ulangan empat ya, Ray. Kamu yang ulangan lima ya, Ray. Ternyata populasinya nambah banyak banget sampel E ini. Mataku sampai pedes ngamatin nya," ucap Aura dengan memelas.  "Emang sampel E dari kemaren yang pertumbuhannya cepat sih. Jadi populasinya padat banget," jawab Lifa sembari menyiapkan mikroskop nya untuk mulai mengamati preparat ulangan empat sampel E tersebut.  Keadaan Laboratorium hening karena ketiga manusia di dalamnya fokus berkutat dengan mikroskop nya masing-masing. Hingga akhirnya semua selesai dan yang ditunggu-tunggu datang juga. Namun Pak Farhan tidak sendirian. Ada lelaki jangkung yang mengikuti di belakangnya. Aura mengusahakan ekspresinya tidak berubah saat bersalaman dengan Arka.  "Sudah selesai pengamatannya?" tanya Farhan yang sudah duduk di kursi kosong di sekitar mereka bertiga.  "Ini hasilnya, Pak. Tapi masih coret-coretan belum kami rekap di Excel, hehe," jawab Aura sembari memberikan hasil pekerjaan mereka bertiga selama empat hari ini.  "Wes nggak papa. Nanti tak susunnya digabung pengamatan minggu pertama kemaren," jawab Pak Farhan, "Nasi gorengnya ndang di makan aja. Mumpung masih panas, Nduk!" "Nggih, Pak. Terimakasih untuk nasi gorengnya," ucap Aura mewakili kedua sahabatnya. Emang dia menjadi juru bicara dari teman-temannya selama ini karena hanya dia yang sering dihubungi oleh Pak Farhan.  Aura dan kedua sahabatnya langsung berjalan ke arah ruangan kecil yang disekat dengan partisi dinding kaca atau biasanya disebut dengan ruang transit yang disediakan di dalam laboratorium penelitian karena ruangan untuk penelitian harus dalam keadaan steril. Sedangkan Pak Farhan masih berada di dalam ruang penelitian untuk mengamati sampel pengamatan mereka terlebih dahulu. Nasi goreng mereka diletakkan oleh Arka di situ dan sang pelakunya juga sedang menonton televisi dengan es teh dalam plastik di tangan kanan nya.  Setelah melepaskan jas lab mereka, Lifa dan Raya langsung berjalan ke arah dapur kecil di ruangan tersebut untuk mengambil peralatan makan mereka. Aura menghampiri kumpulan tas mereka untuk mengambil charge hand phone nya. Ia mengisi daya baterainya di stop kontak yang ada di dekat televisi. Kemudian ia akan mengambil bungkusan kresek yang berisi tiga nasi goreng dan tiga es teh di dalamnya. Namun dicegah dengan lelaki satu-satunya di ruangan itu.  "Makan di sini saja!" ucap Arka dengan lempeng.  "Hah?" kaget Aura saat bungkusan kresek tersebut sudah berada di tangan Arka.  "Itu temen-temen kamu pada ambil peralatan makan kan? Ya sudah makan disini aja. Daripada kamu bawa ini ke dapur mendingan kamu ambil dua peralatan makan lagi buat saya sama Bapak makan," ucap Arka yang lebih tepat disebut perintah.  "Lho, Mas sama Pak Farhan belum makan?" tanya Aura dengan kening berkerut.  "Antri banyak tadi. Bapak takut kalau makan di sana tambah kemalaman ke sini nya," terang Arka, "titip es teh saya. Saya ambil nasi goreng sama minumnya dulu di mobil." Sembari memberikan es teh nya kepada Aura dengan enteng.  Aura mencebik saat Arka langsung keluar dari ruang transit setelah dengan santainya memberikan es teh nya tanpa menunggu persetujuan dari diri nya kemudian ia berjalan ke dapur untum menuruti perintah Arka.  "Curang banget. Udah minum es teh aja," ucap Lifa setelah melihat Aura menuang es teh di tangannya ke dalam salah satu gelas yang sudah ia siapkan.  "Bukan punyaku ini. Ini es teh punya Mas Arka. Katanya tadi belum makan di sana jadi disuruh nyiapin alat makan dua," jawab Aura dengan malas.  "Oalah. Ku kira itu punyamu. Santai aja kali jawabnya, Ra," ucap Lifa dengan tawa gelinya.  "Fix sih ini. Bakal ada sesi berjilid selanjutnya sih. Ciyee! Nggak usah benci-benci gitu, Ra. Ntar malah jadi cinta kapok kamu," ucap Raya dengan geli.  "Apaan sih kalian? Nggak jelas banget!" jawab Aura kemudian meninggalkan kedua sahabatnya ke meja depan televisi dan ternyata lelaki yang mereka rasani tadi sudah duduk manis di posisinya tadi dengan bungkusan kresek dan lima botol air mineral di meja besar tersebut.  "Makasih!" ucap Arka saat Aura meletakkan peralatan makan untuknya, "By the way kalau ngerjain sesuatu tuh harus ikhlas nggak pandang-pandang siapa orangnya yang minta tolong. Cemberut terus kalau sama saya kamu."  Dan dibelakangnya terdengar tawa tertahan dari kedua sahabatnya yang melihat komuk wajah Aura yang terlihat kesal sekali dengan lelaki di hadapannya dan mereka berdua juga mendengar perkataan Arka yang mengkritik Aura dengan pedas. Pantas saja sahabatnya itu sebal sekali dengan first impression nya dengan Arka kemaren. Ternyata lelaki itu seperti itu kepada Aura. Sedangkan jarang sekali ada lelaki yang mengkritik Aura kecuali Dirga yang mereka tahu. Ternyata ini tunggalane tapi versi lebih dark karena didukung dengan ekspresi datar dan nada dinginnya.  TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD