“Mas?” Suara Naya ketika Krist tidak menjawab pertanyaannya meski Naya sudah menunggunya cukup lama. Krist bergerak mundur dari posisinya, kembali duduk sebagaimana ia duduk biasanya di atas kursi roda. Pria itu menarik napasnya panjang, bicara asal. “Kamu nggak bisa peluk saya untuk kali ini aja tanpa bertanya?” “H-ah?” Tersenyum tipis—miris lebih tepatnya, Krist menunduk dengan kedua tangan yang saling mencengkram di atas pangkuan, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Kalau nggak bisa ya nggak usah.” Naya terdiam, memperhatikan setiap gerak-gerik pria itu dan merenungkannya panjang. Tak lama gadis itu merubah posisinya yang semula berjongkok jadi berlutut. Iya, Naya menggunakan lututnya sebagai tumpuan hingga posisinya kini menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Setelah itu, per

