bc

Terpaksa Menikahi Calon Menantu (Zian&Elara)

book_age16+
10.5K
FOLLOW
92.0K
READ
others
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
humorous
heavy
serious
like
intro-logo
Blurb

Jangan lupa Tap Love!

IG : marr_mystory

Berawal dari sebuah penggrebekan antara Zian, duda 48 tahun dengan Elara, wanita cantik 27 tahun.

Mereka di fitnah melakukan hal m***m lalu di nikahkan oleh warga.

Photo by Dominika Roseclay from Pexels

Link : https://images.pexels.com/photos/1244700/pexels-photo-1244700.jpeg?cs=srgb&dl=pexels-dominika-roseclay-1244700.jpg&fm=jpg

Font by Text On Photo apps

chap-preview
Free preview
Bab 1 : Awal mula
NOTE: maaf ada penggantian alur cerita jadi di up ulang "Om Zian, ehmm... Setelah ini mau apa? A--aaku..." Elara memilin kebaya putihnya yang ia pakai untuk akad nikah tadi. Dia memperhatikan pria matang nan tampan yang pernah menjadi calon mertuanya saat masih bertunangan dengan Denish Putra Savero, ia adalah anak angkat dari Zian Anggara Savero. Zian yang memiliki wajah jutek tapi sangat keren membuat Elara semakin bingung harus melakukan apa. "Om Zi..." "Jika kau masih memanggil aku 'om' maka aku tidak segan untuk merobek kebayamu," ucap Zian melirik dengan mata elangnya. Zian melepas baju kemeja putih lalu menggantinya dengan kaos putih polos. Dia masih tidak menyangka jika harus menikahi calon menantunya akibat kesalahpahaman. "Om Zi, aku belum siap." "Siap untuk apa? Kau anak kecil jangan banyak bicara!" ucap Zian menusuk hati Elara. Kata-kata itu terngiang-ngiang ditelinga Elara. Dia menggeleng-gelengkan kepala lalu berdiri sangat kesal. Elara mendekati Zian lalu memelototinya. "Om Zi sudah gak perjaka?" tanya Elara. "Siapa bilang jika aku masih perjaka?" "Eh... aku dapat bekas dong?" ucap Elara sangat kesal. Zian tersenyum kecil, ia menggeleng lalu beranjak naik ke tempat tidur. Dia bahkan menarik selimut sampai kepala. Elara yang melihatnya sangat kesal. Huh... Bisa-bisanya aku menikah dengan calon menantuku sendiri? Elara memandangnya dengan sebal, ia melihat calon papa mertuanya. Dia mengambil bantal di sofa lalu melempar pada Zian. "Om Zi malah tidur. Tenang aja Om! Om bisa ceraikan aku kapanpun." Zian mendelik saat mendengar kata cerai dari mulut wanita berusia 27 tahun itu. Elara yang sudah terlanjur emosi tiba-tiba melihat wajah Zian yang marah langsung tertunduk takut. "Aku tidak tahu masalah apa sehingga kau dan Denish membatalkan pertunangan bukan perkara main-main yang bisa seenaknya putus lalu cari pengganti baru," ucap Zian memandang dengan nanar calon menantunya, eh... sekarang menjadi istri sahnya. "Tapi apapun masalah kita kedepannya aku tidak akan menceraikanmu. Walau kita menikah karena kesalahpahaman aku tidak ingin bercerai," sambung Zian. Zian mendekati Elara, wanita itu hanya menelan ludah. Tangan Zian mulai memegang pinggang Elara lalu menariknya untuk berbaring diranjang pengantin penuh bunga. Mereka bertatapan saling memandang penuh kehangatan tapi tiba-tiba... Papa Zian, Elara masak untuk Papa dan Denish. Semur ayam kesukaan kalian. Ucap Elara saat masih menjadi calon menantu Zian. Elara, Papa bawa oleh-oleh untukmu. Ucap Zian yang teringat saat memberikan hadiah untuk calon menantunya. Mereka sama-sama teringat saat masih menjadi dekat sebagai calon mertua dan calon menantu bahkan mereka sering makan bersama-sama sebelum mereka membatalkan pertunangan. Mereka menjadi panik lalu menjauhi satu sama lain. Tidak mungkin 'kan mereka melakukan malam pertama padahal mereka dulu sangat dekat bagai papa dan anaknya. Itu pasti akan sangat canggung. "Eheeem... Papa belum bisa, eh maksudku aku belum siap melakukannya," ucap Zian panik. "Ehmm... Aku juga belum siap. Masak mau anu-anu sama papa dari calon suamiku sendiri?" jawab Elara yang sama paniknya. "Kita jalani pelan-pelan. Semua ini terlalu mendadak." "Baik, om." *** Dua bulan yang lalu. Elara sering menginap di rumah Zian dan Zian mengizinkan. Eits... Putranya dan Elara tidak satu kamar membuat Zian bisa lega. Elara mengemasi bajunya dan memasukkan dalam koper. Setelah itu ia keluar dari kamar untuk segera pergi dari rumah itu. Zian yang akan berangkat kerja heran dengan calon menantunya. "Elara, kenapa menangis?" tanya Zian. "Aku mau membatalkan pertunangan," ucap Denish yang keluar dari kamar. Zian terkejut, ia memandang putranya yang tak main-main. "Kenapa? Ada apa? Semua masalah bisa dijelaskan baik-baik." "Ini urusan kami pah. Papa tidak berhak ikut campur," ucap Denish. Elara menyeret kopernya sambil menangis, Denish juga tidak mencegahnya. Zian hanya memandangi pasangan muda itu padahal kemarin mereka baik-baik saja. Setelah kepergian Elara, kini Zian memandangi putranya. Denish tidak memperdulikannya lalu masuk ke kamar sambil membanting pintu. 2 bulan telah berlalu, hubungan mereka telah selesai dan diselesaikan dengan baik-baik tanpa ada perselisihan. Tapi Zian tetap menyesali perbuatan putranya yang memutuskan pertunangan dengan Elara secepat itu. Zian melihat putranya sedang beberes dikamarnya. Membersihkan sisa barang-barang milik Elara. "Apa sih maumu? Kalian itu sudah lama berpacaran tapi kenapa jadi begini? Ini bukan pertama kalinya. Pertama kau membatalkan pernikahanmu dengan Anggun secara tiba-tiba membuat papa kelimpungan dan kini kau membatalkan pernikahan dengan Elara setelah bertahun-tahun berpacaran," ucap Zian. "Aku sudah 28 tahun, pah. Aku bukan bocah. Aku tahu mana yang terbaik untukku. Papa mending urusin diri papa sendiri, sana cari istri! Sudah 18 tahun papa menduda sejak mama meninggal. Apa gak kasian tuh burung berada di sangkar?" Zian berdecih, putranya memang mirip sekali dengan ibunya yang telah meninggal 18 tahun yang lalu saat Denish masih duduk dibangku sekolah dasar. Ambisi dan keras kepalanya sangat mirip dengan Camelia, sang mantan istri. Kini Zian menatap koper milik putranya yang sudah tertata rapi. Dia heran, mau kemana Denish? "Pa, aku akan berangkat ke Jepang. Ada workshop disana selama 6 bulan. Papa jaga diri disini," ucap Denish. "Kenapa mendadak?" "Tidak mendadak, memang sudah ada jadwalnya." Setelah kepergian putranya, kini Zian tinggal sendirian dirumahnya yang terdapat di perumahan biasa. Walau gajinya sangat besar menjadi seorang asisten bos tetapi ia orang yang sederhana dan suka bergaul dengan warga sekitar. Zian dikenal ramah serta sering berkumpul bersama warga jika ada kegiatan kampung kecuali jika ia harus mengantar bosnya keluar kota maka ia tidak bisa hadir. Hubungan dengan calon menantunya yaitu Elara juga sangat baik karena papa Elara adalah teman Zian. Bahkan Elara sering membawakan makanan untuk orang yang sudah ia anggap papanya sendiri jika ia memasak lebih. Tapi pada saat itu, kesialan menghampiri mereka. Warga mulai curiga melihat Elara sering datang padahal jarang sekali seorang calon papa mertua sangat dekat dengan calon menantu perempuan. *Malam Jumat* Zian malam ini bisa pulang cepat karena pekerjaannya selesai dengan cepat. Saat akan perjalanan pulang, ia bertemu Elara yang sepulang dari mall membeli pakaian dan dalaman. Zian memberinya tumpangan tetapi Elara meminta mampir ke rumah Zian karena ingin mengambil beberapa boneka besarnya yang tertinggal. Zian setuju mereka pada akhirnya menuju ke rumah Zian bersama-sama. Sesampainya disana. Warga yang melihat kedatangan Elara malam-malam tambah curiga. Mereka mengira jika pernikahan Elara dan Denish batal pasti ada hubungannya dengan Zian. Warga mulai berdiskusi dan akan menggrebek mereka malam ini juga. Mereka sudah merencanakan ini jauh-jauh hari, apalagi banyak warga yang tukang kompor membuat penggrebekan ini harus berjalan dengan lancar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
18.1K
bc

The CEO's Little Wife

read
630.1K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
9.0K
bc

BELENGGU

read
65.0K
bc

After That Night

read
9.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.6K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook