Bab 2 : Penggrebekan

1012 Words
Warga yang melihat kedatangan Elara malam-malam tambah curiga. Mereka mengira jika hubungan retak Elara dan Denish pasti ada hubungannya dengan Zian. Warga mulai berdiskusi dan akan menggrebek mereka malam ini juga. Disisi lain, Zian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan Elara menuju ke kamarnya dulu lalu mengambil 3 buah boneka besar. Elara juga mengambil beberapa barang kecil yang tertinggal seperti aksesoris dan beberapa pernak pernik kesukaannya. Sorot matanya menyapu ke seluruh sudut kamar, hubungannya bersama Denish membuat ia sangat trauma. Hidupnya selalu tragis, ia yang dulu mengidap penyakit kejiwaan, mamanya meninggal karena dibunuh, papanya bukan papa kandungnya dan ia sempat masuk rehabilitasi untuk penyembuhan kejiwaannya waktu masih ABG. Kini, Elara sudah menata hidupnya jauh lebih baik dan berharap pada sebuah pernikahan tetapi itu semua kandas ditengah jalan sebelum menikah dengan sah. Untung saja orang disekitarnya selalu menyemangatinya. Dia bisa bangkit pasca kejadian itu. Elara bekerja menjadi sekertaris di perusahaan besar. Dia lulus kuliah dengan IPK terbaik membuatnya mudah diterima di perusahaan manapun. Ia yang sangat cantik dan bertubuh langsing membuat siapapun terpana apalagi dengan dirinya yang sangat ramah membuatnya banyak sekali yang menyukai. Setelah beberapa menit berberes, ia segera menuju keluar untuk menghampiri Zian. Dengan kesusahan ia membawa semua barangnya. "Papa Zi, Elara pulang dulu ya?" teriak Elara dari depan kamar Zian. Ceklek Pintu terbuka, Zian yang hanya menggunakan lilitan handuk dan rambutnya masih basah menghampiri Elara. "Tidak mau makan dulu? Nanti Papa antar pulang." "Tidak, Papa Zi. Aku bisa pesan taksi." Zian menepuk bahu Elara, ia tahu hati wanita itu sangat sedih saat hubungannya hancur dengan putranya. Bahkan Zian masih berharap supaya mereka bisa kembali bersama lagi walau tidak mungkin. Braaaak Pintu luar didobrak dan terdapat riuh warga. Zian dan Elara saling memandang bingung, mereka turun ke lantai satu untuk melihat keadaan. Langkah penasaran terus menuruni tangga satu persatu sampai mata melihat sorot banyak mata memelototi mereka dengan kesal. "Ayo bawa mereka ke kantor polisi! Bisa-bisanya m***m dikampung kita. Kami sudah curiga jika Pak Zian ada hubungan khusus dengan calon menantunya," ucap salah satu warga. Warga yang lainnya menggeledah seisi rumah sampai mereka menemukan beberapa pasang baju haram atau lingeri di tas belanja milik Elara yang tergeletak dilantai. "Ada baju lingeri dan bikini di tas ini. Wah ... kalian memang parah, pantas saja putramu memutuskan pertunangan ternyata papanya sendiri yang merusak hubungan anaknya," sahut warga yang lain. "Pak ... ini ada kesalahpahaman. Tidak seperti yang kalian pikirkan," jawab Zian. "Ah... Sudahlah! Mau ditelanjangi lalu diarak keliling komplek atau mau dibawa ke kantor polisi?" bentak Pak RT. Elara kebingungan, tubuhnya mulai bergetar karena mendapat sorot mata jijik dari ibu-ibu disana. Kenapa menjadi seperti ini? Dia bahkan tidak ada hubungan apa-apa dengan Zian. Mereka lalu diseret keluar tetapi Zian meminta untuk memakai pakaiannya dulu tetapi warga tidak mau tahu, mereka membawa Zian yang masih menggunakan handuk karena sehabis mandi dan Elara juga dibawa ke rumah lurah terlebih dahulu. Saat keluar dari rumah, warga begitu banyak menonton mereka. Bahkan banyak yang melemparinya sampah, Elara hanya bisa menangis pasrah sementara posisi Zian semakin terdesak bingung. Di rumah Pak Lurah. Beberapa orang penting datang dan ada salah satu pihak dari kepolisian untuk menengahi masalah ini. Papa Elara yaitu Bara juga didatangkan, ia syok mengetahui putrinya digrebek warga dengan calon mertua sendiri yaitu Zian. Zian dan Elara duduk bersebelahan, Elara hanya bisa menunduk pasrah dan sangat malu akan kejadian ini walau hanya sebuah fitnah belaka. "Kalian sudah membuat resah di kompleks ini apalagi Pak Zian yang selama ini sangat baik kepada warga sekitar justru melakukan hal tak senonoh di kompleks ini," ucap Pak Lurah. "Nikahkan saja mereka!" teriak salah satu warga membuat suasana semakin panas. Bara menyahut seolah memberi pembelaan kepada putrinya. "Mana buktinya jika putri saya melakukan itu kepada Pak Zian? Saya sudah mengenal mereka dengan baik bahkan Pak Zian sudah menganggap Elara seperti putrinya sendiri." "Sudah jelas buktinya, Pak Zian hanya mengenakan handuk saja lalu ada baju bikini dan lingeri di tas milik Elara," jawab Pak RT. Zian yang sedari tadi diam kini mulai bersuara. "Saya tadi bertemu dengan Elara di jalan lalu Elara ingin mengambil beberapa barangnya yang tertinggal di rumah saya. Saat kalian menggerebek kami, saya sehabis mandi makanya saya hanya menggunakan handuk saja." "Halah... Sudah ketahuan berzina masih mengelak saja. Nikahkan saja mereka lalu kalian harus angkat kaki dari kompleks ini!" teriak warga. "Iya benar." "Dasar sampah masyarakat!" ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Keesokan harinya. Pernikahan dadakan diselenggarakan dirumah Pak Lurah dengan sederhana. Para warga dan anggota keluarga yang lain menjadi saksi pada akad nikah kali ini. Didalam mobil, Bara menyetir mobil sambil kebingungan, ia juga tidak bisa membantu banyak. Sudah ada bukti jika putrinya ada hubungan khusus dengan Zian. Bara melirik Elara yang duduk dibangku belakang melalui kaca spion atas. Dia sedari tadi memainkan jemarinya sampai lecet. Nampak raut kesedihan di wajah Elara, ia harus menahan malu seumur hidup akibat nikah karena digrebek warga apalagi orang yang menikahinya adalah calon mertuanya sendiri. "Ela, Papa dulu pernah bilang saat kau masih berpacaran dengan Denish. Papa menyuruhmu untuk jangan sering menginap di rumah Denish. Kau ini perempuan, walau Zian sudah menganggapmu sebagai putrinya sendiri namun dia tetap pria dewasa," ucap Bara. "Papa percaya juga dengan omongan mereka?" teriak Elara. "Bukan begitu...." Elara menangis tersedu-sedu, ibu tiri Elara yaitu Sarah mengelap air matanya. Dia juga sangat syok melihat putri tirinya bernasib tragis. "Sudahlah, Elara. Mungkin ini adalah cara Tuhan yang terbaik. Pasti ada hikmahnya," ucap Sarah sambil mengelap air mata Elara yang jatuh tanpa ampun. Setelah sampai di rumah Pak Lurah. Semua saksi sudah hadir. Zian terlihat sangat tampan memakai setelan jas dengan dasi loreng untuk menambah kewibaannya. Walau menikah karena digrebek tetapi ini tetap fitnah. Ketika Elara masuk, Zian menatap Elara yang sembab dan riasannya sedikit pudar. Elara lalu duduk disebelahnya, ia menunduk dan tidak mau menatap calon suaminya. "Pengantin sudah datang, jadi kita mulai saja pernikahan ini." Mereka mendatangkan pendeta setempat lalu melakukan proses pernikahan menggunakan adat Zian yang notabenya beragama Hindu. Mereka diantar ke pura terdekat untuk melakukan prosesi akad nikah secara kusyuk. Zian melirik Elara yang sedari tadi hanya bisa menahan air matanya. Zian sangat merasa bersalah telah menikahi wanita malang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD