“Saya sudah menyiapkan air hangat untuk Anda mandi.” Gerry berkata ketika Lexi baru saja selesai menerima telepon dari ayahnya.
Di dalam kamar yang gelap, sunyi dan tenang, Lexi berjalan masuk sambil melepaskan perhiasan dan mantel yang ia gunakan. Saking tenangnya ruangan tersebut, suara helaan napas lelahnya terdengar. Dia memang sangat lelah karena acara ulang tahun Mikhail Group. Dan begitu dia pulang, Ayahnya, Ruben menelponnya. Mendengar suara Ayahnya semakin membuatnya lelah. Kedua hal itu tentu saja tidak akan membuatnya sangat lelah jika saja dia tidak bertengkar dengan asistennya… Tanpa menyalakan lampu kamar, dia memasuki kamar mandi dan berendam di dalam bathtub untuk beberapa menit lamanya.
Di saat dia keluar dengan hanya menggunakan jubah mandi berwarna merah gelap, Lexi berhenti melangkah dan tertegun. Lampu masih dibiarkan tidak menyala. Karena itu hanya ada pencahayaan dari lilin-lilin yang disusun rapi di lantai hingga di meja-meja di ruangan tersebut. Dia berjalan dengan lambat lalu berhenti di depan meja berukuran kecil berbentuk bundar. Ada botol anggur beserta gelasnya yang bersih. Tapi Lexi tidak terlalu peduli karena pandangannya sedang terfokus pada sebuah nampan dengan sepiring makan malam, kue kering dan segelas minuman mineral. Dan, satu tangkai mawar merah yang segar. Lexi mengambil mawar itu dan mencium aroma bunga tersebut.
“Aku tahu kamu tidak makan apapun sebelum pergi. Kamu juga tidak makan di acara tadi. Jadi aku menyuruh pelayan menyiapkan makan malammu yang terlambat.”
Lexi berbalik dan melihat Gerry sedang berdiri.
Pria itu melangkah mendekatinya. Ia mengulurkan tangannya dan memegang tangan kanan Lexi ketika bergumam, “Maaf… Maaf tentang beberapa hari lalu. Aku tahu aku sudah melukai perasaanmu hari itu.”
Lexi mengerjapkan matanya tatkala Gerry membawa tangannya ke bibir pria itu dan mengecupnya cukup lama. “Aku tidak bisa melihatmu berlama-lama mengacuhkanku. Jadi, kumohon maafkan aku, Sayang.”
Ekspresi Lexi mulai dengan perlahan berubah menjadi lebih lembut ketika dia memberikan Gerry sebuah senyuman indahnya. Senyuman yang cukup dipahami Gerry bahwa mereka sudah berbaikan.
“Bagaimana kamu bisa menyiapkan ini semua? Aku merasa aku terlalu lama mandi.”
“Ya, kamu. Kamu memang sangat lama mandi tadi.” Gerry tersenyum sambil mengeluarkan candaan membuat wajah Lexi bersemu.
“Sekarang, makan terlebih dulu.” Dengan lembut, Gerry membawa Lexi untuk duduk di depan meja makan sebelum menyalakan satu lampu di atas Lexi. Kemudian menuangkan anggur ke dalam gelas kosong dan menggeser sedikit ke arah Lexi.
“Thank you.” Lexi berkata. Tangannya yang memegang bunga berganti menjadi sendok emas. Suasana hatinya yang sangat lelah berubah menjadi ringan dengan signifikan.
"Apa... barusan Ayahmu yang menelpon?"
Lexi menatap punggung Gerry. Pria itu sedang merapikan tempat tidur Lexi tanpa berbalik menatapnya ketika bertanya.
"... Ya."
Gerry menunduk. "Pantas saja suasana hatimu lebih buruk setelah menerima panggilan itu."
Itu benar. Tapi mengingat kembali momen malam ini yang telah dibuat oleh Gerry... Lexi menatap mawar di meja kemudian tersenyum. "Itu bukan sesuatu yang serius. Dia hanya mengatakan keinginannya untuk aku dan Bryce datang ke acara ulang tahunnya dua minggu lagi."
Gerry menolehkan kepalanya dan menatap Lexi yang tengah makan dengan bahagia. Dia tidak tahu bagaimana menanggapinya lagi. Jadi, dia hanya tersenyum, duduk di seberang Lexi dan menonton wanita makan hingga selesai kemudian mengajak Lexi ke tempat tidur.
***
Saat itu sudah pukul setengah 2 pagi akan tetapi Bryce masih membaca laporan perusahaan di ruang keluarga dari iPad. Dia bisa mendengar suara langkah kaki sebelum pemilik langkah tersebut muncul dari lorong di mana kamar Lexi berada.
“Saya tidak tahu Anda belum tidur. Apakah Anda membutuhkan minuman? Saya akan menyuruh pelayan menyiapkannya.”
Bersamaan perkataan itu, Bryce mengangkat matanya tanpa mendongak hanya untuk melihat Gerry yang berdiri di kejauhan.
Sebelum dia dan Lexi menikah, Gerry adalah kekasih Lexi. Pria ini berasal dari keluarga yang hidup berkecukupan, yang tidak setara dengan keluarga Morgan. Karena jarak status mereka yang sangat jauh, mereka menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Ruben Morgan. Saat Lexi dan Bryce harus menikah karena bisnis, Lexi sudah mengatakan hal ini dengan terus terang. Dan Bryce juga tidak mempermasalahkannya. Toh dia hanya memanfaatkan Lexi sebagaimana Ruben memanfaatkan Bryce. Bryce bahkan tidak peduli dan tidak ingin tahu bagaimana pertemuan awal dari kisah cinta kedua orang itu.
Datang bersama Lexi di rumah ini tentu saja membuat Gerry menjadi lebih leluasa mengikuti Lexi seperti hewan peliharaan. Itu adalah satu hal yang ingin Bryce lakukan namun tidak bisa…
Sesuai keinginan Nyonya Rumah di rumah ini, Gerry menjadi kepala pelayan di rumah besar yang suram ini. Namun bagi Bryce, Gerry lebih seperti seorang asisten pribadi Lexi daripada kepala pelayan.
Dan melihat dari mana dia datang dan rambutnya yang berantakan, Bryce tidak bisa tidak tertawa di dalam hati. Ternyata mereka sudah berbaikan. Lalu, ucapannya tadi. Mungkin bagi orang awam dia sedang berperilaku sopan, namun Bryce sangat mengerti lebih baik daripada orang lain maksud yang tersirat dari ucapan sopannya itu. Pria ini —hewan peliharaan Lexi— tidak ingin melayani Bryce. Itulah kenapa Bryce berkata bahwa Gerry memang mengkhususkan dirinya menjadi kekasih sekaligus pelayan pribadi Lexi.
Menggulir halaman laporan di iPad, Bryce tidak menatap Gerry lagi. “Tidak perlu merepotkanmu untuk membangunkan pelayan. Jika kau memang memiliki waktu luang, lebih baik gunakan untuk memikirkan cara lain berbaikan dengannya untuk digunakan di waktu berikutnya, bukan?”
Tanpa melirik Gerry, Bryce sudah yakin wajah pria itu menggelap.
Gerry marah dan malu karena Bryce bisa mencium pertengkarannya dengan Lexi padahal mereka tidak pernah menunjukkannya di depan pelayan lain ataupun Bryce sendiri. Dan dia tidak senang. Tatapannya berubah dingin namun tetap saja berbicara sopan, “Kalau begitu saya tidak akan mengganggu waktu Anda lagi.”
Gerry segera menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral kemudian melewati Bryce dan kembali ke kamar Lexi.
***
Setelah hari sebelumnya bertemu dan rapat bersama staff brand pakaian, tibalah hari untuk pemotretan iklan brand lokal pakaian wanita tersebut.
Pakaian-pakaian yang akan Aria kenakan sudah tersedia di stand hanger. Dan dia sedang berpose lucu dan imut di depan kilatan kamera.
“Ya. Bagus. Tahan sebentar. Oke sekali lagi… bagus. Lihat ke kamera. Bagus. Angkat tanganmu seperti tadi… Oke.” Fotografer menunduk melihat hasil potretannya. Kemudian berkata, “Bagus, Aria. Sekarang ganti pakaian berikutnya. Dan teman-teman ganti propertinya cepat.”