BAB 10

2475 Words
Senyuman Sakura menghilang dari wajahnya seperti butiran air yang mengalir turun dari tubuhnya. "Oh." Dalam upaya terakhir untuk tidak kehilangan kehormatan, Sakura berkata, “Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya tidak tahu apa-apa tentang… itu. Saya tidak akan berguna." Tapi, kaisar sepertinya tidak peduli. Dia menengok ke Sakura dan mengangguk. Sakura menoleh kala Yun hadir. Pelayan itu mengetukkan tongkat kayu panjang ke beberapa kotak logam beberapa kali. Para pelayan yang telah pergi, buru-buru memasuki ruangan dengan membawa pakaian. Mereka langsung mendadani Sakura di tempat. Gadis itu menangkap satu lirikan mata kaisar kepadanya. Dia senang, setidaknya ada lima pelayan yang mengelilinginya sehingga dia dapat bersembunyi di balik mereka. Selagi obi Sakura diikat, Xiao Lang bergerak menuju pintu samping tempat ia masuk sebelumnya. Ia berhenti di tengah jalan untuk mengatakan sesuatu kepada Yun sebelum kemudian benar-benar pergi. Ketika Sakura dan Yun mendekati pintu tempat tinggal Sakura, pria itu memanggil, "Selir." Sakura berhenti di ambang pintu dan Yun melanjutkan menggunakan bahasa Jepang yang sederhana. "Huangdi berkata mulai sekarang kaulah yang akan memandikannya." Beberapa malam kemudian, Sakura kembali ke pemandian dengan enggan. Alasan utamanya, Mei Ling menjadi lebih agresif kepadanya sejak panggilan pertama Sakura ke pemandian. Semua yang dia lakukan menjadi masalah bagi Istri Pertama. Bahkan dia dikomplain berupa suara napasnya terlalu keras. Lalu entah bagaimana, Mei Ling mengetahui bahwa Xiao Lang ingin Sakura yang memandikannya secara rutin. Otomatis menciptakan lebih banyak kericuhan. Tiba-tiba saja, para pelayan tampak ‘lupa’ untuk membawakan makan siang untuk Sakura. Jadi dia tidak punya apa-apa untuk dimakan antara jam sarapan dan makan malam, kecuali apa yang berhasil dibawakan Yao Yan untuknya. Pada malam ini, jam mandi Xiao Lang lambat dari biasanya. Membuat Sakura lebih gugup. Dia kembali berdiri dengan para pelayan di sampingnya, menunggu kehadiran sang kaisar. Kakinya sedikit gemetar tapi dia sudah pasrah pada takdirnya. Sakura ingat bagaimana dirinya merasa kerdil tiap kali di berhadapan dengan Xiao Lang. Dia ingat sensasi telapak tangan pria itu yang terasa kasar saat menyentuh kulit dan pantatnya. Lantas, gadis itu bertanya-tanya apakah malam ini akan menjadi malam dirinya dibawa ke tempat tidur oleh pria itu. Ketika Xiao Lang masuk, tiba-tiba saja lantai menjadi objek paling menarik bagi mata Sakura hingga dia tidak ingin mengalihkan tatapan dari sana. "Tinggalkan kami." Atas perintahnya, para pelayan angkat kaki dari hadapannya. Seperti sebelumnya, Xiao Lang melepas jubahnya dan memasuki air. Bagaimanapun, pada malam ini ketika Sakura mendongak dia melihat Xiao Lang sudah duduk di bak seraya mengamatinya dengan cermat. Sakura perlahan menuruni tangga batu bak mandi tanpa melepas handuk, lantas tenggelam di air. Melindungi b*******a menggunakan lengannya, Sakura melepaskan handuk dan meletakannya agak jauh dari jubah Xiao Lang. Kemudian, dia meraih kain lap di meja kecil samping bak mandi. Menggenggamnya, Sakura makin meluncur ke dalam air selagi menatap Xiao Lang. Pria itu memberi isyarat agar Sakura duduk di belakangnya. "Kau bersembunyi lagi," kata Xiao Lang selagi Sakura menggosokkan kain ke punggungnya. "Menjadi wanitaku tidak berarti apa-apa bagimu?" "Ah…," Sakura mencari dan memilih kata-kata yang tepat. "Sejak kecil, saya diajarkan untuk tetap tertutup di hadapan laki-laki.” "Aku suamimu.” Sakura berhenti menggosok punggungnya. "Tapi, Istri Pertama Mei Ling adalah istri Anda. Bukan saya.” Xiao Lang memiringkan kepala ke belakang untuk menatap selirnya. "Kau setuju untuk ikut denganku demi menyelamatkan Okiya. Kau adalah kompensasi atas kejadian tak menyenangkan yang kualami di sana. Aku membawamu di bawah perlindunganku. Anak laki-laki yang kau lahirkan akan diakui. Aku suamimu.” Sakura menelan ludah, wajahnya meledak oleh rona. Kedengarannya aneh, tapi gagasan tentang melahirkan anak adalah sesuatu yang menakutkan. Khususnya, proses mengandung dan melahirkan yang sejak pertama kali dipelajari membuatnya merinding. Xiao Lang dan Sakura jatuh ke dalam keheningan yang menyenangkan. Seperti sebelumnya, gadis itu menyenandungkan lagu sembari memijat kulit kepala Xiao Lang. Denting tetesan air dan aroma manis yang menenangkan membuat Sakura terbuai. Jika yang harus dia lakukan hanya memandikan Xiao Lang, dia akan puas. Itu mudah dan meskipun pria itu terus-menerus bersikap serius, Sakura menyadari dirinya menikmati momen memandikannya tiap sore. Jika Xiao Lang benar-benar menganggap Sakura penting, mungkin suatu hari, dia akan menemukan hatinya jatuh kepada pria itu. Itu keputusan yang terbaik—dia merinding memikirkannya—untuk anak-anak yang akan dia miliki di masa depan. Sakura harus menghormati dan menyukai ayah mereka, bukan? Melodi dari lagu Sakura menjadi rusak saat dia tersendat menyenandungkannya. Karena Xiao Lang telah menyebutkan anak-anak, tampaknya tak terhindarkan bahwa ia akan membawa Sakura ke tempat tidurnya. Gadis itu spontan memikirkan sesuatu di antara kaki Xiao Lang yang dapat mengeras, lantas membayangkan bagaimana rasanya saat sesuatu itu memasuki dirinya. Mungkin tidak akan seburuk yang Sakura pikirkan. Mungkin akan mudah—seperti memandikannya—setelah beberapa saat. Berikutnya, Sakura memikirkan Yukito, bagaimana pria baik hati itu dapat menjadi suami yang baik untuknya. Sakura akan menjadi istri pertama dan satu-satunya baginya. Lantas sadar, itu tidak akan pernah terjadi. Xiao Lang berbalik membuat Sakura membeku, menduga-duga apakah pria itu telah mendengarkan benaknya. Pria itu mengangkat tangan ke arah Sakura dengan mata setengah tertutup. Sakura meraihnya dengan helaan syukur karena benak pria itu masih fokus pada sesi mandinya. Namun, ketika Sakura mengamati buku-buku jari Xiao Lang, matanya membulat. Warnanya merah, memar, dan sedikit bengkak. "Anda terluka!" seru Sakura, membangunkan Xiao Lang dari setengah tidurnya. Sang kaisar mengedip beberapa kali. Ketika matanya sudah sepenuhnya fokus, dia turun untuk menatap tangannya. "Latihan," jelasnya. Menggunakan ujung kain, Sakura mengusap buku-buku jari itu selembut mungkin. "Apa yang Anda pukul?" tanyanya. "Pria." Sakura menatapnya. Tampaknya Xiao Lang tidak memiliki memar di sekujur tubuhnya. Apakah itu berarti ia memenangkan pertarungan?   "Anda menyakiti orang lain?" Xiao Lang duduk tegak dan mengembuskan napas tajam. "Aku berlatih." Sakura mengangguk selagi masih membersihkan buku-buku jarinya secara lembut. Pria itu tidak meringis sama sekali. "S—Saya dengar Anda adalah prajurit yang hebat," tutur Sakura ketika Xiao Lang menaikkan lengannya. Xiao Lang menarik tangannya kembali untuk memberikan tangannya yang lain sambil mengamati Sakura. Sakura menjilat bibirnya lalu menggigit kecil bibir bawahnya. Meskipun tangan Xiao Lang jauh lebih besar darinya, itu tampak tidak begitu mengancam. "Apakah Anda… pernah membunuh sebelumnya?” Pria itu tidak menjawab jadi Sakura meliriknya. Jantung gadis itu berpacu oleh kegugupan di belakang tulang rusuknya. Xiao Lang mengamatinya dengan mata sedikit menyipit tajam. "Itulah yang para pejuang lakukan," jawab Xiao Lang dengan nada tanpa emosi yang biasa digunakan orang ketika membahas cuaca. Namun, bulu kuduk di leher Sakura menegak. Sebuah pikiran yang memuakkan terlintas di benaknya saat dia menyeka telapak tangan Xiao Lang yang hanya berjarak beberapa inci dari lehernya. "Apakah Anda pernah membunuh… perempuan? Sebelumnya?” Sepertinya, dinding yang tak terlihat di antara mereka meruntuh. Perubahan atmosfer secara mendadak membuat darah Sakura dingin. "Kenapa kau menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu?" tanya Xiao Lang tajam lengkap dengan raut mengeras di wajahnya. "Aku memanggilmu ke sini untuk membuatku rileks setelah melalui hari yang melelahkan." "Maafkan saya," sahut Sakura dengan setiap ketulusan yang dimilikinya. "Saya tidak akan mengatakan apa-apa lagi." Sakura membersihkan kuku jari Xiao Lang tapi tetap melirik padanya. Pria itu menatapnya dengan tatapan tidak setajam sebelumnya. Ia marah. Jadi mungkin, setidaknya, itu berarti ia tidak menikmati pembunuhan, berbanding terbalik dari kisah yang Iroha ceritakan. Sakura membawa tangan Xiao Lang ke bibirnya untuk memberikan ciuman lembut di sana. Pria itu lantas menarik tangannya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Xiao Lang terselip kecurigaan. "Pasti tidak mudah–membunuh," ujar Sakura. "Saya mengerti mengapa Anda harus melakukannya pada saat-saat tertentu. Laki-laki di kota saya belajar bela diri untuk melindungi diri mereka di usia muda untuk mengantisipasi peperangan. Saya kira… saya ingin Anda tahu bahwa saya menyadari kita memiliki tugas yang berbeda dan saya tidak bisa menyalahkan tugas Anda.” Tatapan Xiao Lang turun ke hamparan kelopak bunga di permukaan air bak. Dia menekuk lutut dan meletakkan lengan di atasnya saat dia tenggelam jauh ke dalam pikirannya sendiri. Tanpa sadar Sakura memainkan kain lap di dalam air selagi menunggu Xiao Lang bersuara. Ekspresi kaisar itu tidak terbaca tapi Sakura tidak merasakan kegelisahan, jadi dia berpikir itu hal yang bagus. "Misalkan jawabanku atas pertanyaanmu adalah “Ya”,” kata Xiao Lang setelah semua uap menghilang dari permukaan air, “bahwa aku telah membunuh wanita. Lalu, apa?”   Sakura mengalihkan pandangan. "Lalu...," ujarnya, buru-buru memikirkan respon, "lalu saya akan bertanya, apa yang membuat Anda membunuh mereka?" "Aku seorang prajurit. Aku mengikuti perintah mendiang Huangdi." "Mengapa beliau memerintahkan Anda untuk membunuh wanita?" "Jika sebuah rumah tidak loyal," tukas Xiao Lang. "Huangdi lebih memilih untuk menyingkirkan seluruh anggotanya. Turun sampai ke anjing dan merpati keluarga." Napas Sakura tertahan di tenggorokannya. Apakah itu berarti… Xiao Lang membunuh anak-anak juga? Dia ingin menanyakannya, tapi sesuatu di dalam sorot mata pria itu menghalangi niatnya. Dia tidak perlu melakukannya karena dia tahu jawaban mengerikan yang akan datang atas pertanyaan tersebut. "Mengapa beliau tidak bisa memaafkan anak-anak?" tanya Sakura bijaksana. "Anak laki-laki yatim piatu akan menjadi pria pendendam. Itu berbahaya.” Sakura memeras air di kain lap guna mencari kesibukan saja. Xiao Lang berbicara dengan ketidakyakinan dan tanpa kepedulian. Sakura bertanya-tanya apakah Xiao Lang akan mengingatnya selama seminggu jika ia mendorong Sakura ke dalam air dan menahannya di sana sampai dia meregang nyawa. Apakah pria itu tidak terpengaruh oleh kematian? Apakah hidup tidak berarti apa-apa lagi baginya? "Saya… saya mendengar bahwa Anda adalah pria terkejam di medan pertarungan." Sakura tersentak. "Maafkan saya, Huangdi. Tidak seharusnya saya mengatakan desas-desus konyol kepada Anda." "Aku terampil dalam membunuh," tukas Xiao Lang. "Itu benar." Sakura mengerutkan kening, ada kesedihan di dadanya. Sungguh menyayat hati untuk mendengar kata itu keluar begitu dari mulut Xiao Lang tanpa berusaha membela diri. Tanpa berpikir dua kali, Sakura berkata, "Saya mengerti mengapa orang begitu takut kepada Anda." Xiao Lang mengulurkan tangan, telunjuknya menyentuh bawah dagu Sakura. "Jika kau loyal padaku," katanya kepada Sakura, "kau tidak perlu menakuti apa pun." Xiao Lang menyelipkan tangan ke belakang leher Sakura, menariknya mendekat. Lutut gadis itu bergeser di bebatuan dasar bak saat tubuhnya mendekati pria itu. Ia harus meraih pundak Xiao Lang untuk mencegah tubuh polosnya jatuh kepadanya yang sama-sama polos. Memiringkan kepala, kaisar yang menakutkan, menempelkan bibirnya ke bibir Sakura. Mata Sakura membulat. Mata pria itu tertutup jadi Sakura mengikutinya, takut jika mata itu akan terbuka dan memergoki mata terbuka Sakura. Saat kegelapan menyelimuti dirinya, sensasi dari bibir Xiao Lang di bibirnya menyelimutinya juga. Perasaan baru, tidak biasa, basah, dan mendominasi. Sakura tidak bisa mendeskripsikannya, ini membingungkan. Namun kemudian, realisasi dari apa yang bisa ditimbulkan dari kejadian ini memberatkan benak Sakura. Dia mendorong bahu Xiao Lang dan menarik bibirnya melepaskan diri dari bibir pria itu. Sakura nyaris berhasil sepenuhnya menarik diri, tetapi cengkraman Xiao Lang di lehernya sangat kuat. Sakura berpikir sudah terlambat baginya untuk menyesal saat menemukan pancaran emosi dalam sorot mata Xiao Lang. Jadi dia duduk diam, menunggu hukuman apa pun yang akan pria itu berikan. Bahkan di Jepang, itu tidak aneh untuk mendengar seorang istri dipukul oleh suaminya. Dan Xiao Lang bukan sekedar pria biasa, melainkan Kaisar. "Kau menolakku?" tanya pria itu dalam suara impersonalnya yang menakutkan. "Tolong…." gumam Sakura, tidak yakin apa yang ingin dia minta, tapi berasumsi mungkin dia meminta belas kasihan. Tangan Xiao Lang meremas leher Sakura untuk sesaat sebelum kemudian menghilang, masuk ke dalam air.  "Aku tidak memaksa wanitaku," katanya, “aku meyakini aku tidak perlu melakukan hal semacam itu." Sakura menundukkan kepala, tidak begitu meyakini kelonggaran Xiao Lang tapi sangat ingin untuk memercayainya. "Bagaimanapun juga," tukas Xiao Lang, "aku tidak sering memanggilmu. Jadi, aku mengharapkan kepatuhanmu atas sikapku yang tidak terlalu menuntutmu."   Leher Sakura mulai tenggelam ke bahunya karena makin menunduk. Xiao Lang tidak terdengar tak masuk akal ketika mengucapkan kalimatnya, namun tetap saja terasa begitu aneh. Jika Sakura berada di Jepang, dia yakin akan langka untuk menemukan pria yang tidak langsung murka saat istrinya melakukan kesalahan. Ini adalah Li Xiao Lang, Kaisar China, pria nomor satu, melihat sisi tak terduga itu membuat Sakura nyaris tak mampu percaya. "Kau dingin," kata Xiao Lang, setengah bertanya, setengah berucap, "tapi aku masih ingin tinggal di sini lebih lama lagi. Airnya perlu dihangatkan lagi." "Haruskah saya meminta seseorang untuk menghangatkan air, Huangdi?" Setelah dia mengatakannya, Sakura menyadari betapa bodoh kata-katanya. Bagaimana mungkin seseorang bisa menghangatkan air yang telah dituangkan ke dalam bak? Namun, sang kaisar tidak merespon kebodohan Sakura. "Tidak perlu," sahut Xiao Lang serius. Xiao Lang memberi isyarat pada Sakura untuk mendekat yang kemudian langsung dipatuhi. Gadis itu menyadari suhu air semakin turun, tapi anehnya dia merasa panas. Mungkin karena tersisa debaran di jantungnya atas kejadian ciuman pertamanya tadi. Atau mungkin alasan lain yang tidak dia ketahui. Sedikit ragu, Sakura memegang erat lengan Xiao Lang, melupakan fakta ia adalah kaisar yang menakutkan untuk sementara waktu. Xiao Lang tidak bergeming, menikmati percikan kehangatan alami yang dipancarkan oleh lengan polos Sakura. "Bolehkah saya menanyakan sesuatu, Huangdi?" Xiao Lang mengangguk. "Mengapa alasan saya datang ke sini diubah?" tanya Sakura hati-hati. "Maksud saya, saya tidak dijadikan hadiah oleh Tuan Wang, melainkan Anda yang meminta saya." "Agar kau tidak didekati oleh orang-orang t***l," tukas Xiao Lang datar. Sakura mengedip. “Apa maksud Anda?” Xiao Lang menoleh ke Sakura membuat gadis itu juga menoleh. “Kau akan mengerti. Untuk sekarang, kau tidak boleh mendekati Pangeran Pertama dan Putra Kekaisaran Agung.” Apakah Xiao Lang sedang menjauhkan Sakura dari intrik politik atau konflik kerajaan? “Kau hanya perlu diam di Istana Dalam bersama wanita-wanita lain. Jangan mencolokkan diri ke pria lain, termasuk kasim.” Tidak punya alasan untuk menolak, Sakura mengangguk. “Saya mengerti.” Mereka duduk bersama di air yang kian dingin, tidak merasa terusik oleh dingin yang hinggap. Untuk sesaat, Sakura mengingat omelan Xiao Lang sebelumnya, saat dia menolak ciuman pria itu lebih jauh. Gagasan tentang dirinya ditarik ke tempat tidur membuat Sakura cukup berminat untuk segera melakukannya, semata-mata agar segalanya segera berakhir dan dia tidak perlu gelisah setiap kali memandikannya. Namun kemudian, Sakura belum sepenuhnya siap bersama pria. Terutama, pria asing. "Sudah waktunya kau kembali ke istanamu," ujar Xiao Lang bernada tegas. "Aku akan menemuimu di sore berikutnya." Sakura mengira dia telah membuat kaisar marah, tapi dia melihat ekspresi lelah di wajahnya. Sebuah kelelahan yang hanya dia lihat di wajah pria-pria tua yang telah hidup lama. Dengan ragu-ragu, Sakura meletakkan tangan di lekukan pundak Xiao Lang, merasakan otot lembut di sana. Pria itu tampak tidak menyadari tindakan Sakura. Berikutnya, secara tidak mencolok, Sakura keluar dari bak mandi dan membungkus tubuhnya dengan handuk. Dia memanggil pelayan di pintu utama tanpa setenang mungkin. Mereka datang dan mendandaninya. Kali ini, Xiao Lang mengalihkan perhatian sepenuhnya dari Sakura. Ketika Sakura kembali ke kamarnya, dia melihat Shu Wan keluar. Satu-satunya tempat yang akan ia tuju pada malam seperti ini adalah Huangdi. Karena Sakura baru saja memandikannya, Shu Wan pasti datang untuk memenuhi kebutuhannya yang lain. Rasa kecewa bergema di d**a Sakura. Apakah Sakura begitu mudah untuk digantikan? Sulit untuk memahami alasannya, ketika dia tidak ingin terlibat hubungan intim dengan sang kaisar, namun dia merasa tersakiti memikirkan dia memandikannya agar ia bisa bersih untuk wanita lain. Kontradiksi perasaan Sakura itu terlalu aneh. TO BE CONTINUED 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD