BAB 9

3014 Words
"Wǒ... bù... míng...bái?" "Ya, seperti itu," sahut Shu Wan, acuh tak acuh selagi dia menyesuaikan salah satu cincin emas di jarinya. Alis Mei Ling yang dirias sempurna terangkat karena kepayahan Sakura dalam mengatakan salah satu bentuk “Aku tidak mengerti” dalam bahasa Mandarin. "Aku tidak percaya Wang Wei membawa pulang seekor anjing kampung untuk Xiao Lang-ku.” cemooh Mei Ling dalam bahasa Jepang kepada pelayannya yang sedang memijat tangannya. "Rambutnya kusam dengan warna yang lebih kotor dari gubuk rakyat jelata. Dan matanya seperti warna muntahan yang menjijikkan.” Sakura semakin goyah dalam pengucapannya, bahunya sedikit bergetar. "Kenapa repot-repot, Yao Yan?" cibir Mei Ling dengan suara ringan dan tidak simpatik. "Dia bukan orang China. Biarkan dia disingkirkan karena keterbelakangannya.” Kening Sakura berkerut. Mengapa Mei Ling mengatakan hal seperti itu? Salah satu dari hal paling mengerikan yang bisa menimpa seorang wanita adalah diasingkan. Mayoritas wanita akan bunuh diri lebih awal. Tidak ada kesempatan atau masa depan bagi mereka setelah itu. Jika Sakura dapat pulang ke tanah airnya, dia akan melakukannya tanpa berpikir dua kali. Dia ingin bertemu dengan Okami, para geisha dan maiko di Okiya. Dia juga ingin mencari keberadaan ayah dan kakak kembarnya yang telah lama terpisah darinya. Sayangnya, itu tidak akan pernah terjadi. Air mata kecil dan panas merembes di sudut mata Sakura. Sekarang setiap hari dia harus mendengarkan Mei Ling yang setia mencaci dan menghinanya penuh kesinisan. Semua karena Istri Pertama mengira dia mencoba mencuri suaminya. Padahal tidak, tidak sama sekali. Padahal, Yao Yan senantiasa mengisyaratkan Sakura secara tidak langsung bahwa mencuri perhatian kaisar bukanlah ide yang buruk—jika dia mampu melakukannya. Pintu utama terbuka dalam kemuliaan kemudian pelayan utama sang Kaisar, Yun, memasuki ruangan. Dia pernah mendatangi ruang utama Istana Dalam sebelumnya untuk membawa Mei Ling ke Kaisar. Gadis itu tidak tinggal lama seperti yang diprediksi oleh Shu Wan. Mei Ling pergi hanya sekitar dua jam. Mei Ling duduk tegak, penuh harap. Yun membungkuk kepada setiap tiga wanita di hadapannya. "Huangdi memanggil Anda," ujarnya kepada Sakura. Mei Ling langsung bangkit, api tersorot di matanya. "Kau pasti salah dengar!" Yun mengulangi ucapannya, kali ini kepada Mei Ling. "Huangdi memanggil selirnya. Dengan segala hormat, saya tidak salah dengar, Istri Pertama." Mei Ling melotot pada Yun dengan cara yang mengancam akan membelah tubuhnya menjadi dua. Akan tetapi, pria itu tampak tidak gelisah seperti kucing yang berkecukupan. Mei Ling mungkin seorang putri, tapi Sakura tahu bahwa ada otoritas yang dimiliki oleh Yun—sesuatu yang membuatnya tidak takut pada Mei Ling. Itu pasti posisinya di dalam kehidupan kaisar. "Dia baru berada di sini selama 20 hari," tunjuk Mei Ling dengan gigi terkatup. Sakura menatapnya, Mei Ling menghitung? Apakah kehadirannya begitu mengerikan dan membuat sang Putri China merasa frustasi? Sakura pergi ke Yun hanya setelah menerima dorongan lembut bertubi-tubi dari Yao Yan. "Jangan biarkan Huangdi menunggu," bisik Yao Yan di telinga Sakura. Yun mengawal Sakura keluar dari ruangan lantas mereka pergi dengan Yao Yan mengikuti di belakang. Agar pikirannya tetap terjaga tenang, Sakura mengamati punggung Yun. Ia adalah seorang pria dewasa dengan sedikit sikap lesu. Auranya serius namun tidak begitu mengintimidasi. Detak jantung Sakura berpacu cepat ketika memikirkan tentang apa yang akan terjadi padanya sebentar lagi. Yun menoleh ke belakang, secara otomatis Sakura menyunggingkan senyuman gugup. Dia menggelengkan kepala dan membuang muka. "Senyuman Anda untuk Huangdi," Yao Yan menegur dengan hormat. "Tidak ada pria lain. Kecuali mungkin Putra Kekaisaran Agung." Sakura menundukkan kepalanya oleh rasa kelelahan. Bahkan tersenyum juga terlarang. Itu adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Yun melambat saat mereka mencapai paviliun merah megah di pemandian, mirip dengan yang ada di aula yang Sakura datangi di hari pertamanya menginjakkan kaki di Kota Terlarang. Yun memberi isyarat kepada Sakura agar ia masuk melalui pintu ganda yang dibiarkan terbuka oleh dua pelayan laki-laki. "Masuklah," ujar Yun. Sakura dan Yao Yan berjalan memasuki pintu menuju pemandian yang jauh. Lantainya terbuat dari batu bata abu-abu berpotongan persegi panjang, disusun dalam pola yang rumit. Di tengah ruangan terdapat baskom besar berisi air yang dibangun di atas tanah menggunakan bebatuan yang sama. Kedalamannya cukup dalam, terisi oleh air—jauh lebih mewah dibandingkan dengan bak kayu besar yang diizinkan untuk dimasuki oleh Sakura dahulu. Ada dua set anak tangga batu menuju air mengepul yang dihiasi ratusan kelopak bunga berwarna merah dan kuning. Pemandian itu beraroma minyak manis dan wewangian yang meskipun samar tercium, itu berhasil memberikan efek menenangkan. Sakura menemukan wajah familiar. "Ayaka!" "Kinomoto-san." "Tolong, panggil aku Sakura," tegur Sakura untuk kesekian kalinya. Ayaka tersenyum. "Kita harus bergegas." Gadis pelayan itu segera menanggalkan pakaian Sakura dan membungkusnya dengan handuk. Ayaka menunjukkan padanya seluruh perlengkapan mandi yang ditempatkan di tepi pemandian batu. "Aku harus mandi lagi?" tanya Sakura, teringat dirinya telah dibersihkan secara menyeluruh pada pagi hari ini.  Ayaka tampak sedikit bingung dengan kata-kata Sakura. "Tidak. Huangdi sedang mandi. Kau harus—" Xiao Lang—dan Yao Yan pernah sekali menyebutkan bahwa namanya diterjemahkan menjadi Syaoran dalam bahasa Jepang, yang menurut Sakura tidak terlalu menakutkan—melangkah masuk melalui sepasang pintu samping ruang pemandian. Ketegangan berat yang seolah menghentikan jantung masuk bersama pria itu. Semua orang berlutu. Sakura memerhatikan, lututnya yang diletakkan di lantai batu terasa sakit, saat kaki telanjang Xiao Lang mendekatinya. Jantung Sakura berdetak lima kali lebih kencang. "Tinggalkan kami." Para pelayan sigap berbalik dan bergegas pergi, meninggalkan mereka berdua sendirian di ruangan besar tersebut. Perlahan Sakura mengangkat tubuhnya selagi matanya tetap tertuju ke lantai.  Xiao Lang berjalan ke air dan menanggalkan jubah mandinya. Sakura menelan ludah saat pria itu mengangkat jubah itu dari pundaknya. Tak bisa menahan pandangan dari pemandangan wujud polos laki-laki—sebuah pemandangan langka bagi wanita yang belum menikah—Sakura menatap. Bahkan dalam cahaya yang redup, dia dapat melihat betapa tegasnya otot-otot kekar di punggung dan kaki Xiao Lang. Dia memerah saat ia memasuki air dengan tenang. Pantat Xiao Lang terbentuk kokoh dengan kesan sangat jantan yang kemudian terlihat menarik bagi Sakura. Tapi, sebelum dia dapat memikirkan alasan dari ketertarikan anehnya, tubuh bawah Xiao Lang menghilang ke dalam air yang dipenuhi kelopak bunga. Tunggu dulu, ada hal yang lebih penting yang harus Sakura bicarakan dengan Xiao Lang! "Kau," panggil Xiao Lang tanpa menoleh. "Kemari." Dengan gemetar, Sakura mengambil kain lap dari meja kecil yang Ayaka tunjukkan sebelumnya. Dia berlutut di tepi pemandian batu lalu mencelupkan kain lap ke dalam air yang wangi. Diperasnya ke salah satu pundak Xiao Lang, tidak sekali pun memandangnya. Sakura mencelupkannya lagi ke dalam air dan mengangkat tangan untuk memerasnya tepat saat tangan Xiao Lang mencengkram pergelangan tangannya. Xiao Lang menarik tangan Sakura sehingga ia tidak memiliki pilihan selain meluncur ke dalam air. Handuknya segera terlepas dari tubuhnya. Gadis itu sigap menutupi buah dadanya menggunakan tangan kiri yang bebas. Pandangan sang Kaisar membuat jalur melalui tangan Sakura menuju leher, bibir, hidung, dan terakhir, sepasang matanya. Dia menarik gadis itu ke arahnya, lantas melanjutkan pengamatannya seolah ia adalah lukisan atau vas yang dibuat dengan sangat baik. Wajah pria itu sangat serius, nyaris tampak seperti dirinya sedang marah. Sebuah percakapan tidak senonoh di hari pertama perjalanan kapalnya bersama Iroha membuat darah berlari ke wajah Sakura, menimbulkan rasa hangat meski dia berada di dalam air. "Tolong maafkan saya, jika saya melakukan kesalahan,” cicit Sakura dalam campuran bahasa Jepang dan Mandarin. "Saya tidak pernah memandikan seseorang sebelumnya." Xiao Lang beringsut mendekati Sakura, d**a mereka nyaris saling bersentuhan. Kemudian tiba-tiba, dia melepaskan gadis itu. Dia mencari sesuatu di dasar air, lantas menarik keluar handuk Sakura. Dia berbalik dan berdiri, berjalan ke tepi bak mandi, otot-otot di pantatnya menegang. Xiao Lang meletakkan handuk basah di lantai. Kemudian dia tenggelam kembali ke dalam air dan berbalik ke arah Sakura. "Duduk di belakangku." Perlahan, Sakura bergerak ke arah Xiao Lang, berhati-hati untuk menyembunyikan tubuh polosnya. Dia memosisikan diri di belakang pria itu. Kain lap berada dalam genggamannya, dia mengingat-ingat bagaimana saudara lelakinya biasa memandikannya dahulu di masa kecil mereka. Yao Yan telah mengatakan untuk memenangkan hati Xiao Lang, dan meskipun Sakura berhati-hati terhadap Mei Ling, gadis itu tidak semenakutkan sang Kaisar. Jadi pada detik ini, mungkin yang terbaik adalah membuat Xiao Lang dalam suasana hati yang bagus. Sakura mremas kain lap secara perlahan di atas kepala Xiao Lang. Air menetes di wajah, leher, dan kedua pundaknya, menimbulkan suara denting yang paling damai dalam kesunyian mutlak. Sakura menggunakan kain lap tersebut untuk menggosok punggung Xiao dalam lingkaran kecil seraya memberi tekanan kecil pada otot-ototnya. Dia terpesona oleh tubuh pria itu yang kencang dan padat dengan lemak yang cukup di seluruh sisinya. Sakura mengusap kain di sekitar punggung bawah dan lengan Xiao Lang secara bergantian. Tangan gadis bermata hijau itu melingkari sekitar d**a Xiao Lang dan dia menggosokkan kain itu di atas perutnya yang kaku. Diam-diam, Sakura menyenandungkan melodi Jepang yang pelan nan lembut. Sakura merasakan tubuh Xiao Lang rileks melalui tangannya hingga lantas secercah kebanggaan menyala dalam dirinya. Tanpa disadari, dia turun dari d**a pria itu dalam tugas pembersihannya. Kain itu tergelincir di sekitar sesuatu yang panjang dan lembut, sangat jauh dari toleransi seorang wanita. Sakura tersentak keras, spontan melepaskan kain tersebut karena terkejut. Pipinya merekah tak terkendali. Mengabaikan kain yang menghilang, Sakura memisahkan diri dari Xiao Lang untuk mengambil sebotol kaca kecil berisi minyak melati. Dituangkannya beberapa tetes ke telapak tangannya dan memijatkannya ke rambut Xiao Lang. Sakura masih malu atas kejadian yang barusan terjadi. Sehingga mencoba membuat pria itu melupakannya dengan cara membersihkan kepalanya. Xiao Lang sedikit memiringkan kepalanya saat Sakura terus memijat kulit kepalanya. Ia telah tenggelam lebih dalam ke air dan benar-benar nyaris membuat punggung atasnya beristirahat ke d**a Sakura. Ujung d**a gadis itu menegang saat bersentuhan dengan kulit Xiao Lang. Sakura mengambil napas yang mantap dan melanjutkan senandung ringannya guna mengalihkan pikirannya dari apa yang akan terjadi pada sisa malam hari ini. Menangkup air di kedua tangannya, Sakura menuangkannya ke kepala Xiao Lang untuk membilas minyak berlebih. Ketika dia selesai, Xiao Lang berbalik ke arahnya dan mengulurkan tangannya. Paham, si selir mencuci tangan pria itu juga sebelum kemudian memijatnya seperti yang dilakukan pelayan kepada Mei Ling sebelumnya. Kaisar senantiasa mengawasi Sakura sepanjang waktu, membuatnya tersipu. Ia sangat tampan, dia melihatnya dan mengulangi penilaiannya lagi. Tetap saja, Sakura takut padanya. Orang yang tidak pernah tersenyum membuatnya merasa demikian, takut. Mungkin ia marah atau sedih. Sakura tidak dapat membayangkan apa yang dapat membuat kaisar merasakan apa pun selain kepuasan seksual. Ia adalah pria kaya yang memiliki gelar. Ia dapat melakukan apa pun yang ia inginkan. Wajah Sakura memucat karena benaknya, gerakannya goyah. Dia sedang polos tak memiliki sehelai kain. Apakah dia harus membiarkan Xiao Lang memasukkan kejantanannya ke dalam dirinya ketika dia sudah selesai? Sesekali, mata pria itu akan fokus pada air yang berada tepat di atas d**a Sakura, mencari-cari. Okami dan Iroha pernah berkata untuk berekspektasi tubuhnya akan terasa sakit saat melakukannya untuk pertama kalinya. Sakura tidak ragu bahwa itu memang akan terasa sakit, menilik dari tubuh kekar Xiao Lang. "Kenapa kau ingin menjadi seorang geisha?" Xiao Lang tiba-tiba bertanya dalam bahasa Jepang yang sempurna meski aksen Mandarinnya terselip. Sebuah kalimat yang terakhir kali Sakura dengar beberapa bulan lalu di Okiya. Sakura memfokuskan diri ke dalam benaknya untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Xiao Lang. Berbeda dari Putra Kekaisaran Agung, ia tidak langsung marah kala Sakura tidak tanggap menjawab. "Saya tidak begitu tahu alasan spesifiknya. Yang jelas, saya tidak memiliki pilihan selain menjadi geisha karena saat itu saya ditinggalkan di Okiya di usia belia. Mungkin itu didasarkan oleh rasa sungkan kepada Okami yang telah merawat dan mendidik saya dengan baik." Sakura berpindah untuk membersihkan lengan Xiao Lang yang lain. "Jika itu tidak menyenangkan Anda, saya tidak akan melakukan apa pun yang berkaitan dengan geisha." Xiao Lang terdiam untuk beberapa saat. "Dalam hal ini, kau dapat melakukan apa pun yang kau inginkan." Sakura tidak pernah menyangka, di tempat yang melarang segalanya ini, dia diizinkan untuk memilih sesuatu. Dia tersenyum kepada Xiao Lang. "Terima kasih, Huangdi!" Dan dia menundukkan kepalanya dengan hormat. Gadis itu berpindah ke kaki Xiao Lang di bawah air, memastikan untuk tidak naik terlalu jauh. Sekarang dia lebih perhatian dalam memandikannya. Hatinya penuh rasa terima kasih kepada karena diizinkan untuk menjaga sesuatu dari masa lalunya yang bersifat pribadi. Saat Sakura selesai, Xiao Lang tidak bergerak. Dia ingin menanyakan sesuatu tapi berpikir itu lancang sehingga ragu-ragu untuk menyuarakannya. "Ada apa?" Xiao Lang bertanya. Sakura menggelengkan kepala. "Jawab," ia memerintah dengan indikasi tak menerima pembangkangan. "Mengapa mereka menyebut tempat ini “Kota Terlarang”? Saya berniat menanyakannya kepada Yao Yan tapi saya selalu melupakannya." "Dilarang untuk orang luar, baik orang China atau lainnya," jawab Xiao Lang. "Tidak ada yang boleh masuk tanpa seizin Huangdi.” Pria itu berbalik, dan ketika dia berbicara suaranya lebih pelan dan tidak terkesan mendominasi. "Cuci rambutku lagi seperti yang kau lakukan sebelumnya bersama senandungmu." Sakura mengangguk lantas mengulangi apa yang sebelumnya dia lakukan dengan lebih percaya diri dan kecemasan yang berkurang. Sebelum selesai, Xiao Lang kembali bersandar pada Sakura dengan mata tertutup dan tubuh tak bergerak. Mereka tetap dalam posisi itu untuk beberapa waktu. Sakura mengawasi tempo napas Xiao Lang, cukup kagum bahwa pria itu membiarkan lehernya terbuka lebar kepada siapa pun. Jika Sakura seorang pembunuh, akan mudah baginya untuk merampas nyawanya. Tapi, bahkan jika dia memang demikian, dia mungkin tidak akan bisa menyakitinya. Kekuatan yang terpancar dari tubuh Xiao Lang seakan mampu menghancurkan bangunan dan harus Sakura akui, bahwa dia merasa agak tertarik ke dalam radar bahaya. Jemari Sakura mengusap lengan kanan Xiao Lang begitu lembut, membuat mata pria itu terbuka. Ia mengembuskan napas berat selagi mendorong dirinya untuk bangkit. Sakura mengalihkan pandangannya agar tidak menatap pantatnya lagi yang tegang kala ia melangkah menjauh. Xiao Lang menaiki tangga batu di bak mandi untuk mengambil jubah mandinya. Sakura keluar dari bak mandi saat Xiao Lang tidak menatapnya lantas segera mengambil handuk basahnya. Air membuatnya menjadi berat, jadi itu meluncur dari tubuhnya. Sakura menggenggam handuk dengan satu tangan dan menutupi dadanya menggunakan tangan yang lain. Dia menatap Xiao Lang, memerah. Yang membuat gadis itu cemas, pria itu menatapnya intens. "Kenapa kau menyembunyikan dirimu sendiri dariku?" tanya Xiao Lang, bergerak ke arah Sakura sembari mengikat jubahnya. "Kau adalah wanitaku. Tidak salah bagiku untuk melihat tubuh polosmu. Jika aku ingin…." Xiao Lang menarik Sakura cukup kasar menggunakan handuk yang menutupi tubuh bawahnya. Sontak, bagian dalam gadis itu tergeliat oleh simpul teror yang menakutkan. Sakura tahu ini adalah titik di mana dia benar-benar memelajari posisinya di negeri ini. Dunia pria itu. Tahu bahwa ia memiliki Sakura. Ia bisa melakukan apa pun yang ia inginkan dengannya dan tidak ada yang akan peduli. Tidak akan ada yang menyelamatkan Sakura dari apa pun keinginan Xiao Lang. Dan dari apa yang Yao Yan isyaratkan dari waktu ke waktu, pria bisa memiliki keinginan yang paling jahat. Xiao Lang melepaskan handuk Sakura lalu kian mendekatinya. Sakura dapat mendengar suara napasnya yang gugup. Juga, dadanya yang terasa naik saat dia mengembuskan udara ke dalam paru-paru yang membatu oleh kegugupan. Xiao Lang menatap ke balik pundak Sakura yang secara otomatis membuat bulu kuduknya meremang karena dia tahu pria itu dapat melihat punggung polos serta pantatnya. Tetap saja, Sakura berpikir itu lebih baik daripada Xiao Lang menatap bagian kewanitaannya di depan. "Kulitmu sedikit lebih gelap dari wanita lain. Kau orang biasa? Atau itu efek perjalanan panjang kapal?" Sakura tersipu malu atas perbandingan cepat Xiao Lang antara Sakura dan Iroha.   "Y—ya." "Kau sering bekerja di luar Okiya?" "Di d—dapur dan kebun sayuran Okiya," tutur Sakura tepat saat merasakan hembusan napas Xiao Lang menerpa pelipisnya. "Mencuci, menjemur pakaian di halaman. Tapi, saya suka berada di luar, j—jadi….” Sesuatu dalam ekspresi Xiao Lang terkesan menunjukkan ketertarikannya memuncak. “Aku mengetahui banyak hal tentang Jepang." Bahkan dalam keadaan tertekan, Sakura menangkap kesadarannya kembali. Spontan teringat momen pertemuan pertamanya dengan Xiao Lang beberapa bulan lalu di Okiya Wagataki. "Lalu… apa pendapat Anda tentang Jepang? Huangdi?” Sorot tegas terpancar dalam tatapannya tapi sirna dalam sekejap tanpa menunjukkan perubahan raut yang signifikan. Membuat Sakura tidak yakin apakah ketegasan itu sebelumnya ada di sana atau tidak. "Biasa saja," pungkas Xiao Lang. "Tidak begitu berbeda dari China." Xiao Lang meletakkan telapak tangan di kulit tulang belikat Sakura, membuat napas gadis itu tersendat. Perlahan, tangannya bergerak menelusuri punggung polos, turun sampai p****t, di beberapa titik tangan itu memberikan tekanan ringan yang membuat Sakura meremang. Gadis itu tersentak, berusaha menahan diri sekuat tenaga. Setelah bertahun-tahun dilindungi oleh Okami, Sakura tiba-tiba sendirian bersama pria yang memiliki kendali atas seluruh tubuh dan hidupnya tanpa mengenakan sehelai kain. Sekelebat memori buram masa kecil melintas di benak Sakura, otomatis ingin menangis. Ayahnya pernah berjanji bahwa ia tidak akan menikahkannya dengan seseorang yang tidak Sakura pilih. Sekarang, hal itu tidak akan pernah terjadi. Sakura harus menerima pria jangkung dan mengesankan yang berdiri di hadapannya, yang mungkin menganggap Sakura tidak lebih dari seorang wanita lain dalam koleksinya. Seharusnya Sakura tahu, ini adalah keputusannya untuk menyelamatkan Okiya Wagataki. Melindungi mimpi teman-teman dan adik-adiknya di sana, sekaligus sang Okami yang sudah seperti ibunya sendiri. Tapi…, ini benar-benar tak tertahankan. "Kau terasa kokoh," gumam kaisar. Sakura tidak yakin apa respon yang tepat. Itu tidak mungkin sebuah pujian. Sebab hakikatnya perempuan terasa lembut dan manis, bukan kokoh. Napas sang kaisar semakin dalam saat ia melingkarkan telapak tangannya di sekitar pipi p****t kiri Sakura. Rahang Sakura mengendur selagi tersipu saat Xiao Lang meremas dan menggosok sesuka hatinya. Sang selir berdiri diam di sana, menanggung seluruh perlakuan suaminya. "Bekerja membuat tubuhmu terpahat," komentar Xiao Lang tanpa basa-basi. "Tapi masih lembut di sisi tubuh yang seharusnya." Wajah Sakura menjadi sangat panas karena pujian Xiao Lang. Pria itu pasti telah melihat wanita yang tak terhitung jumlahnya, wanita yang terbaik. Dan ia masih memiliki pendapat yang bagus tentang Sakura yang seorang rakyat jelata? Xiao Lang memberikan dua tepukan tajam pada p****t Sakura—membuatnya sedikit terlonjak—seolah memberitahu bahwa dia sudah selesai, lantas melangkah mundur. Sakura buru-buru menarik handuk menutupi tubuh polosnya. Xiao Lang mulai menjauh darinya saat dia bertanya dengan takut-takut, "Ah... Huangdi, apakah kita sudah selesai?" Sang Kaisar menoleh, sedikit terdiam, lalu memberikan anggukan yang jelas. Sakura menarik napas dalam-dalam, lega. "Jadi, saya boleh pergi?" Anggukan lagi. "Saya… tidak harus bersamamu? Di ranjang?" Xiao Lang menggeleng dan Sakura tersenyum sangat lega. "Tidak malam ini." TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD