bc

Menikahi Calon Adik Iparku

book_age18+
1.3K
FOLLOW
8.2K
READ
possessive
contract marriage
arrogant
billionairess
drama
like
intro-logo
Blurb

Kita tidak bisa memilih dimana cinta akan berlabuh. Begitupun dengan Rayyanka Adskhan Pradipta, seorang Chief Executive Officer perusahaan expor impor terbesar di Indonesia. Siapa sangka pria tampan dan mapan itu malah jatuh hati pada seorang gadis manis bernama Sea, pemilik toko kue langganan sang mami.

Hari demi hari hubungan keduanya pun terlihat semakin akrab, sampai saat ini Rayyan, pria itu akrab disapa belum mau menyatakan perasaannya pada Sea. Hingga suatu hari Rayyan harus mengetahui kenyataan pahit, bahwa wanita yang ia cintai selama ini adalah calon tunangan dari adik sepupunya sendiri. Akankah Rayyan mengalah dan melupakan perasaannya? atau pria itu memilih egois dan berniat merebut Sea dari Johan, sang adik sepupu?

Namun, satu hal yang tidak pernah disangka oleh Rayyan. satu rahasia besar pun harus terbongkar saat hati keduanya mulai bertaut. Akankah Rayyan masih tetap mencintai Sea, atau berbalik membenci wanita itu?

chap-preview
Free preview
Putuskan Kekasihmu, Lalu Menikahlah Denganku!
"Pembeli adalah raja," ucap pria tampan itu. Lalu mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Sea nampak memutar bola matanya jengah kala mendengar kalimat itu. Ya, kalimat andalan yang selalu pria itu ucapan. Siapa lagi kalau bukan Rayyanka Adskhan Pradipta, pemimpin perusahaan expor impor terbesar di Indonesia. Sea sendiri merasa heran mengapa pria itu betah sekali berada di toko kuenya. Bahkan setiap perkataan yang pria itu ucapan adalah mutlak membuat Sea harus menurutinya. "Pak," desah Sea terdengar frustasi. "Tapi, Anda sudah lebih dari dua jam berada di sini," ucap Sea lalu menghela nafasnya berat, wanita itu lalu menyandarkan punggungnya pada tembok berwarna biru itu, bahkan sebelah tangannya pun masih memegang spatula. "No problem," sahut Rayyan, pria itu akrab disapa dengan santai. "Teruskan saja pekerjaanmu," titah pria itu lalu mendudukkan dirinya di atas kursi kayu yang berada dia sudut ruangan. "Bapak, nggak bisa baca peraturan yang tertera di depan pintu," tunjuk Sea pada sebuah tulisan yang memang sengaja ia taruh di sana. Rayyan tampak mengangkat bahunya acuh. "Saya sudah baca," ucap pria itu singkat. Rayyan pun menekuk siku tangannya lalu meletakkan jarinya tepat di bawah dagu. Memandang wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. "Selain karyawan dilarang masuk." Wanita itu sengaja mengulangi peraturan yang ia tulis. Berharap Rayyan mengerti dan segera keluar dari ruangan pribadinya ini. Rayyan pun mengubah posisi, pria itu lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi seraya berkata. "Saya harus memastikan kue yang dimakan mami saya benar-benar higenis." Rayyan kembali memberi alasan. Sea tampak mendengus sebal. "Semua kue yang saya buat selalu higienis, Bapak tidak perlu khawatir." Tak ingin menanggapi ucapan Rayyan lagi, Sea pun memilih melanjutkan pekerjaannya mengaduk adonan dengan spatula. Sebenarnya tugas Sea hanya mengawasi beberapa pegawai tokonya saja. Namun, saat Rayyan datang semua berubah total. Sea terpaksa harus turun langsung ke dapur hanya untuk membuatkan satu loyang kue red velvet favorit Ibu Queen, yang tak lain adalah Ibu kandung Rayyan. "Tunggu," cegah Rayyan cepat saat melihat Sea hendak melapisi loyang dengan baking paper. Sea pun terpaksa menolehkan kepalanya lalu berkata. "Apa lagi, Pak?" tanya Sea lalu menghembuskan nafasnya kesal. Rayyan beringsut dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah wanita itu. "Apa kamu sudah mencuci tanganmu?" tanya Rayyan lalu melipat kedua tangannya di d**a, masih terus memperhatikan Sea. "Sudah Pak, sebelum melakukan pekerjaan ini saya sudah cuci tangan lebih dulu." Sea pun kembali mengambil baking paper yang tadi sempat ia taruh di atas meja. "Saya nggak percaya," ucap Rayyan lalu menaikan sebelah alis matanya, menatap Sea tidak percaya. Sea tampak menarik nafasnya dalam-dalam lebih dulu sebelum akhirnya kembali bersuara. "Terserah kalau Bapak nggak percaya!" Sea menjawab dengan nada yang begitu ketus. Selain merepotkan Rayyan juga begitu cerewet sekali, hal itu juga yang membuat Sea semakin sebal dan kesal padanya. Di menit berikutnya Rayyan tampak menarik pelan baking paper itu, lalu menaruhnya di atas meja. "Saya harus pastikan semuanya demi kesehatan mami saya," ucap Rayyan lalu menarik pelan kedua tangan Sea lalu mengusap telapak tangannya dengan lembut. Sea terkesiap saat merasa telapak tangan pria itu mulai mengelus-elus permukaan kulitnya. "Bersih kan, Pak?" tanya Sea begitu tergugup. Bagaimana tidak? Setelah mengelus Rayyan tampak ingin mengecup punggung tangannya, merasa risih Sea pun langsung menarik pelan pergelangan tangannya. "Diam, jangan bergerak!" cegah Rayyan cepat lalu kembali menarik pergelangan tangan Sea. Tanpa meminta persetujuan si empunya pria itu lalu mendaratkan satu kecupan lembut di punggung tangan Sea seraya berkata. "Selain bersih juga harus wangi," ucap pria itu lalu melepaskan genggaman tangannya. "Sekarang kamu boleh menaruh baking paper ini ke dalam loyang," ucap Rayyan lalu memberikan benda tersebut pada Sea. "Iya, Pak," jawab Sea begitu lirih. Kini wanita berusia dua puluh lima tahun itu pun tengah menetralkan degup jantungnya yang kian berdebar-debar setelah merasakan benda kenyal itu menyapu punggung tangannya. Tak lama Sea pun memilih membalikkan badannya melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda dengan tubuh yang sedikit bergetar lemas. Rayyan sendiri tampak tersenyum bahagia. Lagi-lagi pria itu berhasil memperdayai Sea. Masih dengan posisi semula Rayyan pun kini tengah asyik memandangi wajah Sea yang tengah fokus menuangkan adonan kedalam loyang. Entah mengapa bagi Rayyan wanita itu terlihat berkali-kali lebih cantik dengan penampilan seperti ini. Dimana Sea yang tengah menggunakan apron juga hat cook yang melingkar manis di atas kepala wanita itu. Terlihat jelas bahwa Sea ini memang benar mementingkan personal hygiene dalam mewujudkan keamanan kue buatannya. Selama menunggu kue matang yang Rayyan lakukan adalah duduk berdiam diri sambil mengecek beberapa laporan pekerjaan nya melalui ponsel pintarnya, hingga tanpa sadar dua puluh menit pun berlalu Rayyan lalu memasukan kembali benda berbentuk pipih itu ke dalam saku celananya. "Sudah matang?" tanya Rayyan. Pria itu lalu berjalan mendekat ke arah Sea yang terlihat tengah mengoleskan cream cheese frosting pada bagian permukaan kue. Sea pun mengangguk. "Udah, Pak," jawabnya singkat. Jemari lentiknya bergerak lincah memotong kue red Velvet itu menjadi beberapa bagian sebelum memasukkan ke dalam box kue. "Boleh saya mencobanya," pinta Rayyan kemudian. "Boleh." Sea lalu memberikan sepotong kue red velvet yang sudah ia taruh diatas piring. "Silahkan Pak." Meski kesal pada Rayyan tapi Sea harus tetap bersikap sopan. Biar bagaimanapun usaha kue nya maju juga berkat bantuan keluarga Rayyan selama ini. "Saya tidak bisa mencobanya sendiri," ucap Rayyan lalu memasukan kedua tangannya pada saku celana. "Kenapa?" Sea tampak mengerutkan keningnya bingung. "Saya belum cuci tangan." Rayyan pun menarik tangannya lalu memperlihatkan tepat di depan wajah Sea. "Masih kotor," ucapnya kemudian. "Disana ada kamar mandi," tunjuk Sea pada sebuah tempat yang berada di sudut ruangan. "Bapak, bisa cuci tangan dulu di sana," ucap Sea kesal lalu membalikkan badannya, bermaksud ingin kembali meninggalkan Rayyan sendiri di dapurnya itu. Namun, belum sempat hal itu terjadi telapak tangan besar itu lebih dulu mencegahnya. "Membuang waktu," ucap Rayyan lalu mengambil sendok berukuran kecil dan memberikannya pada Sea. "Tolong ambilkan kue itu untuk saya." Rayyan lalu membuka mulutnya perlahan. Sea terlihat mendengus kesal. Meski enggan ia pun tetap melakukan perintah pria itu. Menyuapkan sepotong red velvet ke dalam mulutnya. "Sudah," ucap Sea jutek lalu menaruh sendok kecil itu dengan sedikit kasar. Ada-ada saja permintaan Rayyan yang menurut Sea kelewatan seperti kali ini. Baru saja Sea ingin mengusir pria itu dari dapurnya. Namun, belum sempat hal itu terjadi suara getaran dari benda berbentuk pipih itu membuatnya menoleh seketika. Tanpa menunggu lama Sea pun langsung mengangkat panggilan telepon tersebut. "Halo, Mas, iya jadi aku siap-siap dulu ya Mas," ucap Sea tampak tersenyum senang saat menjawab telepon tersebut. "Iya Mas, kalau aku udah rapih nanti aku kabarin Mas lagi ya, tapi." Ucapan Sea terputus saat melihat Rayyan mulai mengelus lembut permukaan bibirnya, membuat Sea sontak membulatkan bola matanya seketika. Tak ingin salah bicara dan menimbulkan kesalahpahaman pada tunangannya Sea pun langsung mematikan sambungan teleponnya itu secara sepihak. "Pak," protes Sea dengan mata yang tengah menatap tajam lawan bicaranya itu. Rayyan lalu menunjukkan ibu jarinya. "Ada cream di bibir kamu," ucap pria itu lalu memasukkan ibu jari ke dalam mulutnya, membersihkan bekas cream itu tanpa rasa jijik. "Ada tisu, Pak." Sea tak lagi melanjutkan ucapannya karena kini pria itu sudah mengunci pergerakan, mengungkung Sea yang kini tengah berdiri tepat di depan lemari pendingin. "Putuskan kekasihmu, lalu menikah lah dengan ku," bisik Rayyan tepat di depan wajah cantik itu, tangan kanannya pun tak tinggal diam mengelus pipi Sea dengan begitu lembut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
102.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook