Kabar yang mengejutkan

902 Words
Revita melangkah ringan memasuki kelas yang ternyata tidak ada pengajarnya. Ia langsung mengembuskan napas lega, setidaknya dirinya tidak perlu mendengar omelan guru akibat telat kelas. Revita menghempaskan diri begitu saja pada kursi duduknya. Tangan Revita tergerak untuk mengambil sebuah buku di dalam tasnya, yang ia jadikan sebagai kipas dadakan. "Dari mana aja, lo?!" Teriakan super duper menggelegar itu nyatanya tidak menarik perhatian Revita sama sekali. Anak itu masih sibuk mengipasi wajahnya yang terasa panas. "DARI MANA AJA LO!" bentak Novi yang kini berada tepat di sebelah telinganya, membuat Revita terlonjak kaget dengan memegang sebelah telinganya yang berdengung pengang. "Gak bisa ya lo santai dikit?!" ujar Revita kesal dengan mata yang melotot ke arah Novi. "Gak bisa lah! Lo dari mana aja jam segini baru masuk? Untung Pak Indra gak masuk kelas! Gue telponin juga gak lo angkat sama sekali." Revita mengembuskan napas kasar. Menatap gelas plastik berisikan es teh di tangan Novi. Dan Novi sepertinya paham akan tatapan itu, lantas memberikan gelas es tehnya begitu saja kepada Revita. Novi menempatkan diri duduk di sebelah Revita. Masih menunggu Revita untuk memberikan penjelasan. "Jadi, tadi gue telat gara-gara ban motor gue kempis di pinggir jalan," Revita mulai bercerita. "Beruntungnya ada pahlawan kesiangan yang nolongin gue bawa motor ke tambal ban." "Serius? Lo ditologin siapa?" Revita terlihat mengaduk es teh di hadapannya. Ia sudah tidak selera lagi dengan minuman dingin itu. "Dia anak sini juga sih. Kelas dua belas juga. Kalau gak salah inget namanya Vano." "Vano? Kok nama itu kayak gak asing ya di kuping gue," ucap Novi kini dengan mengerutkan dahinya seperti mengingat-ngingat sesuatu. "Apa jangan-jangan Vano yang itu?" Revita mengedikkan bahunya tidak peduli. Ia lebih memilih menenggelamkan kepalanya di atas tangan yang ia lipat di atas meja. Sementara Novi membuka buku kimia untuk mengerjakan latihan soal. ••• Bel berakhirnya pelajaran yang sedari tadi ditunggu-tunggu akhirnya terdengar juga. Revita dan Novi berjalan beriringan menuju parkiran sekolah. "Masih penuh, Rev. Motor lo masih kejebak di dalem," kata Novi dengan mata yang menyapu ke seluruh penjuru parkiran. Revita mendegus malas dengan bibir yang sedikit menekuk. "Yaudah duduk dulu di kantin," ujar Revita. Dan Novi pun mengiyakan. Kantin yang terletak di seberang parkiran dan lapangan basket, selalu menjadi tempat pelariannya sembari menunggu parkiran sedikit longgar. Novi mengeluarkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan. Sedangkan Revita sibuk mengayunkan kakinya untuk menendang-nendang angin yang tak bersalah. Kedua mata Revita memincing pada segerombol orang yang menuju lapangan basket. Kedua matanya terus mengikuti gerak orang-orang itu. Revita dapat melihat Anam, teman kelasnya yang telah memakai baju bebas sedang menggendong keranjang berisikan beberapa bola basket. Namun, netra matanya langsung tertuju pada seorang bertubuh jangkung yang sudah dua kali menolong dirinya, Vano. "Eh, Nop! Lihat, deh. Itu orang yang nolongin gue!" kata Revita dengan menggoncangkan bahu Novi. Mau tidak mau Novi terpaksa mengalihkan pandang dari ponsel ke arah orang yang ditunjuk Revita. "Yang mana, sih?" sahut Novi mencari orang yang dimaksud Revita. "Itu yang lagi dribble bola, yang pakai kaus putih!" timpal Revita kesal dengan terus menunjuk ke arah Vano. "Hah?! Dia orangnya!" teriak Novi lantang dengan mata yang membulat. Seketika, seluruh orang yang mendengar teriakan Novi langsung menatap ke arah mereka berdua dengan sorot bingung. Revita dengan cepat menutup mulut Novi rapat-rapat dan menunduk malu. "Emm evtha lephsin!" gumam Novi berusaha menyingkirkan tangan Revita dari mulutnya. "Lo gak teriak gak bisa apa!" bisik Revita penuh penekanan. Sementara Novi justru terlihat tidak peduli. "Maksud lo, Vano yang itu!" tunjuknya dengan suara yang lebih pelan. "Hm!" sahut Revita malas. Untung saja semua orang yang tadi menjadikannya pusat perhatian sudah tidak tertarik lagi. "Wah, bener dugaan gue tadi. Beruntung juga lo dibantu sama dia." "Beruntung kenapa? Emang, dia siapa?" tanya Revita penuh tanda tanya. "Hah? Lo gak tau dia siapa?" Kini giliran Novi yang bertanya dengan menatap Revita heran. Revita menggeleng kecil. "Emang dia siapa, sih? Tadi juga dia kayak kaget pas gue ngaku gak pernah liat dia di sekolah." "OMG!" Novi menepuk jidatnya gemas. "Dengerin gue, dia itu kapten basket kebanggaan sekolah kita. Tim dia menang DBL dua tahun berturut-turut. Astaga! Dia itu The most wanted boy seantero sekolah! Kebanggaan para guru. Siapa sih yang gak kenal Vano di SMA Alamanda ini?" "Gue." Novi menghentikan ucapannya, dan langsung menatap malas sekali orang di hadapannya. "Gue gak habis pikir sama lo, Rev! Ke mana aja lo selama hampir tiga tahun di sekolah! Nama Vano dan tim basket sekolah kita tuh terkenal banget! Bahkan ramai di beberapa sekolah lain! Masak lo beneran gak tahu, sih? Foto mereka sering banget loh nempel di mading sekolah! Bahkan pernah juga dipasang di spanduk depan sekolah pas menang DBL tahun kemarin." Bibir Revita kini terbuka dan sedikit tidak percaya mendengar semua penjelasan Novi. Karena dirinya memang baru tahu semua fakta itu hari ini. Bahkan dirinya juga baru tahu, bahwa Anam teman sekelasnya itu termasuk tim basket kebanggaan sekolahnya. Kepala Revita mulai mengangguk-angguk mengerti. Jadi ini alasannya, mengapa teman-teman kelasnya memberikan ucapan selamat ke pada Anam satu tahun yang lalu dengan sangat heboh, ternyata Anam baru memenangkan pertandingan liga basket. Revita dibuat sedikit menyesal karena terlalu tidak peduli dengan keadaan lingkungannya. "Lo kebangetan Rev sampai se-gaktahu ini! Mulai sekarang, lo ikutin deh media sosial sekolah kita, biar gak ketinggalan berita. Dan biar gak malu-maluin!" Revita mendengus. Memutar bola matanya malas, seraya menjawab 'iya' dengan ogah-ogahan. "Yaudah, yok pulang. Motor lo dah gampang dikeluarin." Keduanya pun beranjak dari sana untuk mengambil motor, lantas pergi meninggalkan halaman sekolah. °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD