bc

JUST YOU

book_age18+
4.0K
FOLLOW
39.5K
READ
love-triangle
possessive
escape while being pregnant
badboy
goodgirl
doctor
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

The last series from triplet series.

[21+]

Aku merasa kalau aku hanya cinta sendiri disini.

Aku lelah, aku berhenti, jadi tolong lepaskan aku.

Ini caraku mencintaimu.

chap-preview
Free preview
CHAPTER 1
2007 Terlahir sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga Hanjaya, membuat Divarye Milena Hanjaya atau yang sering dipanggil Diva, tumbuh menjadi sosok yang manja, selalu dilindungi dan dipenuhi apapun maunya. Jadi jangan heran kalau pada akhirnya Diva berakhir menjadi gadis yang begitu naïf dan polos. Banyak gadis yang menginginkan hidup seperti Diva. Selain karena dia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangi dan menjaganya, keluarga Diva juga berasal dari keluarga terpandang. Ditambah lagi dengan Diva yang memiliki wajah yang cantik, rambut hitam panjang, kulit putih dan tubuh yang proporsional membuat dia dengan mudahnya disukai oleh banyak laki-laki. Meski telah terlahir dengan rupa yang cantik, Diva tetap memiliki hobby layaknya perempuan lainnya yaitu hobby mempercantik diri. Bukan karena dia mengutamakan penampilan dalam hidupnya, hanya saja Diva merasa lebih percaya diri kalau dia terlihat cantik. Diva selalu suka menggunakan riasan kemanapun dan dimanapun dia pergi dan berada. Diva cukup pintar menyesuaikan riasannya pada tempatnya hingga membuat banyak orang kagum dengan kemampuannya itu. Tapi karena hobbynya ini pula, banyak perempuan iri dan tidak suka kepada Diva yang biasanya berujung pada pembullyan. Sejak Diva kecil, Diva sering mengalami bullyan dari teman-teman perempuannya. Biasanya bentuk bully itu mereka lakukan dengan tidak menemani Diva, menyebarkan gosip tidak benar tentang Diva atau dengan sengaja menghilangkan barang-barang Diva. Beruntung Diva punya kembarannya yang bersedia menjadi temannya dan membantu dia sebisa mereka. Sayangnya hal itu tidak membantu psikis Diva selamat dari akibat bully yang dialaminya, itulah kenapa Diva mengalami kesulitan untuk bersosialisi dengan orang lain. *** Hari ini adalah hari pertama Diva masuk sekolah, masuk sebagai murid SMA. Diva begitu excited dengan hal ini, membuatnya tidak sabar untuk segera berangkat dan menikmati masa putih abu-abunya. Masa yang katanya orang-orang akan memberikanmu sejuta rasa dan pengalaman. Jadi jangan heran jika Diva tidak sabar untuk merasakan semua itu. Sampai-sampai dia meminta kedua kembarnya untuk mau berangkat lebih cepat dari jam masuk sekolah mereka yang seharusnya. "Va... Vo... Ayooo..." Teriak Diva dari dalam mobil mereka. Mobil yang akan mengantarkan ketiganya ke sekolah mereka yang baru. Setelah berteriak memanggil kedua kembarnya itu barusan, hanya Divo saja yang muncul dan segera duduk di sebelah Diva. Melihat itu, Diva langsung tau kalau Deva masih butuh banyak waktu untuk bersiap-siap, membuat Diva memutuskan untuk memperbaiki penampilannya saja. "Vo sudah bagus belom?" tanya Diva setelah dia memasangkan pita dirambutnya. Divo menghentikan bacaannya, lalu memperhatikan pita biru yang terpasang di rambut Diva. Dengan sedikit menarik poni Diva yang terjepit lalu menyelipkannya ke belakang telinga Diva, Divo baru menjawab, "Sekarang udah rapi." Diva lalu mengangguk dan tersenyum lagi, kemudian berkata, "Kamu sama Deva di kelas X ya Vo? Terus aku sendiri dong di X2?" Divo mengangguk untuk menjawab pertanyaan Diva yang ini. Diva menghela napasnya dengan berat karena dia sebenarnya berharap bisa sekelas dengan kedua kembarnya. Tapi apalah yang bisa dia harapkan kalau dia sendiri sudah tau kalau Deva dan Divo akan masuk ke kelas unggulan, bukan kelas biasa seperti dia. Kelas yang dimasuki kakaknya adalah kelas khusus untuk anak-anak yang memiliki IQ tinggi, bukan siswa dengan IQ rata-rata seperti dia. Perbedaan IQ antara ketiganya memang begitu mencolok. Terlihat dari peringkat hasil test masuk mereka ke sekolah ini. Nama Deva dan Divo masuk dalam peringkat 10 besar dengan nilai hampir sempurna. Sangat jauh jaraknya dengan Diva yang berada diurutan 42, dengan nilai yang terbilang bagus untuk ukuran peringkat 50 besar. Itulah kenapa Diva hanya bisa melapangkan dadanya saat dia tau, dia dan kedua kakaknya ditempatkan di kelas yang berbeda. Jika Deva dan Divo ada di kelas unggulan, kelas A yang terkenal eksklusif dan hanya diisi 10 siswa saja, maka Diva ada di kelas biasa, kelas dengan jumlah siswa 25 perkelas dengan fasilitas biasa untuk standar sekolah mereka. "Kalau gitu, nanti anterin aku ke X2 ya Vo. Akukan belom tau dimana kelasnya aku karena pas masa orientasi kemarin, aku nggak datang," pinta Diva sambil memasang wajah memelasnya pada Divo setelah terjadi keheningan sesaat diantara mereka. "Iya tenang aja, entar aku ama Deva anterin kamu dulu ke kelas kamu sebelum kami ke kelas kami. Sekarang kamu panggil Deva gih, biar kita berangkat." kata Divo setelah mengecek jam tangannya. *** Diva berjalan memasuki kawasan SMA Cahaya Bangsa dengan Deva dan Divo mengawalnya disisi kanan dan kirinya. Perasaan gugup serta excited berlebihan, membuat Diva tidak sadar kalau hampir semua siswa yang ada disekitaran mereka tengah memusatkan perhatian ke mereka. Perhatian yang menunjukkan rasa penasaran, tertarik dan kagum akan kehadiran kembar tiga berbeda jenis kelamin di sekolah mereka. Meski dengan wajah yang mirip, mereka bisa menunjukkan ketampanan dan kecantikan mereka masing-masing. Sayangnya karena perhatian yang sangat mudah didapat oleh Diva dan kedua kembarnya ini pulalah muncul rasa tidak suka dan iri dari beberapa orang kepada mereka. "Ini kelas kamu," kata Deva pada Diva ketika mereka sudah tiba di kelas dengan platform X2 diatasnya. Diva menolehkan kepalanya ke kelas yang dimaksud Deva lalu melihat kembali kepada kedua kembarnya itu untuk mengangguk. Setelah itu Divo memberikan pesannya pada Diva. “Kalau kamu butuh apa-apa dan kenapa-napa, kamu datang ke kelas kami. Kelas kami ada di sebelah Lab," tunjuk Divo pada sebuah ruangan yang berada di ujung bangunan. "Ya udah sekarang kamu masuk, kita juga mau masuk," ujar Deva sambil mendorong Diva masuk ke dalam kelasnya. Tapi sebelum dia benar-benar masuk, dia kembali berkata kepada Deva dan Divo, "Nanti pas jam istirahat aku main bareng kalian ya." Mintanya yang segera diangguki oleh Divo, sedangkah Deva sudah berjalan menjauh menuju kelas mereka. Setelah kedua kembarnya pergi meninggalkan dia di depan kelasnya, Diva mencari tempat kosong untuk tempat duduknya. Tidak banyak tempat yang tersisa disitu karena tampaknya teman sekelas Diva juga datang lebih awal untuk mendapatkan posisi strategis di kelas mereka. Lalu Diva berjalan menuju tempat kosong yang posisinya tepat berada di depan meja guru. Kemudian dia mendudukkan dirinya disana, berharap ada seseorang datang menghampirinya dan menawarkan untuk menjadi teman sebangkunya. Tapi sepertinya itu hanyalah harapan Diva saja karena hingga jam pelajaran hampir dimulai, tidak ada seorangpun yang mendatanginya. Sifat Diva yang terlalu pemalu untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu dengan orang lain semakin mempersulit keadaan. Semua itu membuat Diva terlihat seperti loner dan hopeless jadinya. Diva akhirnya meninggalkan kelasnya dan pergi ke taman sekolah mereka karena dia tidak nyaman dengan kesendiriannya. Berharap dengan melakukan itu, dia bisa menghilangkan rasa gugupnya, menumbuhkan percaya dirinya sebagai gantinya. Pikir Diva, mungkin setelah dia mendapatkan angin segar di taman, dia akan mempunyai keberanian untuk mendekatkan diri pada teman-teman barunya di kelas. “Hai, kenalin aku Diva, Oh tidak itu salah." Diva berkata pada dirinya sendiri. “Eum hai, aku Diva. Kamu?” Lagi-lagi Diva berbicara dan menanggapi perkataannya sendiri. " Oh tidak, itu terdengar terlalu sok kenal sok dekat," komentar Diva seraya menyesap minuman yang dipegangnya sedari tadi. Saat ini dia tengah berlatih, bagaimana cara dia harus memulai pembicaraan dengan teman-teman barunya dikelasnya nanti. Diva terlalu fokus dengan latihannya, hingga dia tidak memperhatikan jalannya. Hingga dia tidak sengaja menabrak seseorang. "Heh, punya mata nggak sih lo!" Bentak seseorang yang baru saja Diva tabrak dan basahi bajunya. "Maaf...maaf..." Kata Diva segera mungkin karena dia tau kalau dialah yang salah disini. Diva juga segera mengambil sapu tangan dari kantong roknya untuk membersihkan baju orang yang ditabraknya itu. Namun tangannya segera ditepis orang itu dengan kuat. "Cih cantik-cantik nggak punya mata." Salah satu dari teman orang yang Diva tabraknya itu berkata dengan nada tidak senang. Lalu teman-temannya yang lain juga ikut mendecih dan mencibir Diva, membuat Diva semakin tidak berani untuk mengangkat kepalanya. “Maaf,” kata Diva lagi kali ini dengan nada yang lebih lirih. Sayangnya permintaan maaf Diva itu tidak digubris sama sekali oleh gadis yang ditabraknya. Gadis itu malah melemparkan tatapan tajam dan tidak sukanya pada Diva yang sudah bergetar ketakutan. Saking takutnya Diva, dia tetap menundukkan kepalanya sambil menahan tangisnya dengan menggigit bibir bagian bawahnya. Orang itu lalu mendorong tubuh Diva dengan kuat hingga Diva terjatuh dan membentur dinding dibelakangnya. Kemudian gadis itu kembali membentak Diva, "Gue Laura, anak donatur terbesar sekolah ini." Orang yang ditabrak Diva itu menyebutkan namanya. "Gue ingetin sama lo, jangan sekali-kalinya lo cari masalah ama gue kalau lo pengen hidup tenang di sekolah ini. Dan lo nggak usah kecentilan hanya karena lo ngerasa cantik." Ucap Laura lagi, sambil menudingkan telunjuknya ke wajah Diva yang ketakutan dan sudah menangis. "Gue akan pastiin akan ngerusak wajah cantik lo kalau..." "Bisakah kalian minggir? Saya mau lewat." Tiba-tiba saja sebuah suara datar dan dingin milik seseorang memutuskan ancaman Laura. Laura dan teman-temannya langsung menoleh pada pemilik suara, sedangkan Diva memilih untuk semakin menundukkan kepalanya. Menyembunyikan tangis dan wajah ketakutannya dari orang yang baru saja memotong kemarahan Laura. Setelah tau siapa yang baru saja meminta mereka untuk minggir, Laura dan teman-temannya kemudian sedikit menyingkir. Mereka memberikan jalan pada si pemilik suara untuk lewat meskipun Laura tampaknya tidak senang sama sekali. Orang itu kemudian berjalan, meninggalkan tempat dimana Laura tengah membully Diva. Namun saat Laura dan teman-temannya kembali mengerubungi Diva, si pemilik suara lagi-lagi menghentikan aksi pembullyan Laura dan teman-temannya. "Apakah kalian tau, anak yang sedang kalian kerubungi adalah adik Deva dan Divo. Kalian taukan itu artinya apa?" Kata orang itu lagi dengan suara tenang dan datar miliknya. Ada suara terkesiap yang Diva dengarkan dari arah Laura dan teman-temannya. “Cih, gue paling malas berurusan dengan 5 orang sok pintar di sekolah ini." Kata Laura kemudian dengan suara kecil sangat kecil hingga terdengar seperti bisikan. Kemudian ditendangnya kaki Diva kecil dan berkata, "bersyukur lo buat hari ini karena kedua kakak lo. Tapi itu bukan berarti lo bebas dari gue. Sedikit aja lo bermasalah ama gue, habis lo di tangan gue." Ujar Laura lalu beranjak meninggalkan Diva yang masih terduduk ketakutan di tanah taman sekolahnya. *** Diva baru masuk kekelasnya lagi setelah dia memastikan dirinya terlihat baik-baik saja. Diva sudah pasrah dengan keadaan kalau seandainya dia harus duduk sendiri selama satu tahun kedepan ini. Tapi pemikirannya itu sepertinya tidak terjadi karena saat dia kembali, dia melihat seseorang sudah duduk di bangku kosong yang ada disebelahnya. “Hai,” sapa orang itu saat Diva melangkah mendekat pada tempatnya. “Hai,” sapa Diva balik dengan senyum canggung. “Aku boleh duduk disinikan?” Tanya gadis itu meminta ijin. Kepala Diva mengangguk dengan cepat saking senang dan semangatnya dia mendapatkan teman baru. “Boleh kok. Senang berkenalan denganmu. Aku Diva,” Diva menyodorkan tangannya untuk bekenalan dengan gadis didepannya itu. “Raina,” balas gadis itu sambil tersenyum cantik. Diva terdiam untuk sesaat karena dia terpesona dengan kecantikan gadis yang ada dihadapannya itu. Itu karena baru kali ini dia menemui gadis secantik dan seanggun Raina. Diva tidak akan heran kalau Raina akan menjadi primadona sekolahan mereka, mengingat Raina juga memiliki pribadi yang humble dan mudah bergaul. Dan Diva berterima kasih Raina sudah mau menjadikan dia menjadi salah satu temannya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M
bc

Bastard My Boss

read
2.7M
bc

HYPER!

read
559.2K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook