6. Rencana Perjodohan

1432 Words
Mina menatap langit malam ini melalui balkon kamarnya. Suasana sunyi malam ini berhasil membuat hatinya nyaman setelah beraktivitas seharian ini. Ia menyandarkan siku pada pagar, wajahnya terangkat. Di sana, di antara bintang-bintang yang berkedip sungguh sangat indah sekali. Dia menemukan ruang untuk bernapas lega Kegiatan berbaur dengan alam seperti ini paling disukai Mina. Di bawah atap langit yang tak berbatas, Mina menemukan ketenangan yang sejati sebuah pelukan sunyi dari semesta. Semua riuh di luar kini tak berarti, hanya ada dia, malam, dan janji damai yang diembuskan angin. 'Ting ' Tiba-tiba pesan masuk di ponselnya Mina berhasil membuat dia mengalihkan ke arah pandangannya. Dia mengecek pesan tersebut. "Assalamualaikum Bu Yasmine besok pagi, apakah Bu Yasmine masuk di kelas B, Mata Kuliah Morfologi Tumbuhan Bu ?" Tiba-tiba Kosma kelas B sudah menghubungi Mina untuk jadwal perkuliahan besok pagi lewat pesan WA. "Waalaikumsalam, Iya Aidil besok saya akan masuk seperti biasa." "Oke Bu, terima kasih atas infonya " "Sama-sama." Mina membalas pesan wa tersebut. Wajar saja mereka menghubungi aku dari awal mereka takut kecewa tiba-tiba dosennya tidak hadir padahal mereka sudah capek-capek datang pagi. Tapi aku selalu mengabari kepada Kosma jika aku benar tidak bisa masuk ke kelas kecuali suatu hal yang tidak bisa di duga terjadi. Mina memilih kembali lagi ke kamarnya menutup pintu balkonnya. Setelah suasana hatinya kembali baik. Kini Mina sedang mempersiapkan untuk materi besok yang akan disampaikan kepada Mahasiswanya. Jemarinya menari di atas keyboard laptop, menyusun poin-poin materi, merangkai kata demi kata menjadi penjelasan yang mudah dicerna oleh mahasiswanya besok. Sesekali, ia berhenti berpikir keras, membayangkan wajah-wajah ingin tahu di kelasnya besok. Ia ingin menyampaikan semua ini dengan jelas, dengan cara yang membuat mereka terpukau, dan yang terpenting membuat mereka paham. "Tok.. Tok.." "Mina, Mama boleh masuk ?" Mina ini nama kesayangan Mama kepada ku sejak dari dulu, teman-teman jadi ikut memanggil ku Mina sama seperti Mama tapi Mahasiswa ku memanggil ku dengan panggilan Yasmine "Iya Ma masuk aja belum di kunci pintunya !" "Lagi ngapain sayangnya Mama ?" "Ini cuma menyiapkan materi Kuliah untuk besok pagi Ma, biar mahasiswa bisa paham apa yang Mina jelaskan, sekalian pengen mengajak mereka ke taman untuk belajar besok. Kenapa Ma ? Kenapa natap Mina gitu banget, apakah ada yang ingin Mama sampaikan kepada Mina ?" Mama mendekati ku dan duduk di kasur bersama dengan ku. Mama menatap ke arah ku dan itu membuat aku menghentikan aktivitas ku mengarahkan pandangan kepada Mama. "Kenapa Ma, apa ada hal penting yang ingin Mama bahas sama Mina ? " Mina benar sudah tidak seperti dulu lagi kini dia benar sudah berbaur berbagai hal, sampai di sini pun dia melanjutkan konseling untuk kesehatan mentalnya sendiri jadi bisa dikatakan Mina berhasil melewati perjalanan yang penuh dengan kerikil tajam itu, dia juga mulai menata hatinya kembali dan bersikap seperti biasa. "Mina, Mama mungkin sudah menanyakan ini kepada Mina kapan Mina akan menikah bahkan berulang-ulang." "Ya ampun Ma kita sudah bahas ini sebelumnya. Jodoh Mina belum ketemu Ma masih nyasar lagi dia menuju sama Mina." Ucap Mina terkekeh. Sayangnya Mama nya tidak bisa di ajak bercanda malam ini. Masa lalu sudah mereka hadapi bersama dia hanya ingin Mina bisa bahagia menikmati kebahagiaan bersama keluarga kecil Mina nanti. "Mina, teman-teman mu sudah banyak yang sudah menikah apakah Mina tidak merasa sedih, bergabung sama mereka, membicarakan tentang kehidupan rumah tangga mereka di hadapan Mina ?" Mina menangkap kekhawatiran Mamanya kepada dirinya. "Ma, aku sedang tidak lagi sibuk dengan langkah ku dengan langkah teman ku Ma, ini hidup Mina lho, tidak ada siapapun yang bisa merayakan kalah atau pun menang dalam kehidupan Mina kecuali Mina sendiri Ma." "Iya Mama mengerti itu, Mama cuma khawatir Mama tidak tahu bisa menjaga Mina selalu kalau Mama dan Papa udah nggak ada di dunia ini setidaknya Mina ada yang jagain Mina." Kali ini Mina kalah dia takut ucapan Mamanya barusan. "Ma jangan bilang seperti itu kita akan selalu bersama selalu, walaupun Mina di takdirkan nggak menikah nanti. Ma jangan khawatir Mina akan menjaga Mama selalu dan selamanya." "Mina besok pulang ngajarnya jam Berapa ?" Bu Irianti mengabaikan ucapan Mina kalau ditanya tentang menikah, ada aja jawabannya dari Mina ini dia tidak mau kalah dia sedang berhadapan dengan dosen tentunya dia akan kalah dengan jawaban dari Mina makanya dia pun harus memiliki senjata yang bikin anaknya Speechless. Bibir Mina sedikit melengkung ke bawah ia memperhatikan Mama nya malah mengalihkan pembicaraan. seolah pertanyaan Mina tak pernah terlontar. Kening Mina berkerut, hatinya dipenuhi tanda tanya. Sedangkan Mama Irianti menatap Mina menunggu jawabannya. "Besok Mina sampai jam 12 siang aja jadwal ngajarnya , emangnya kenapa Ma ?" "Wah kebetulan banget tuh." "Hah, maksudnya Gimana ya Ma, Mina nggak ngerti nih ?" "Pokoknya besok siang ikut Mama ya, kali ini Mama memohon sangat sama Mina karena Mama sudah terlanjur janji sama Tante Selly, Dia itu pengen ketemu sama Mina dia jauh-jauh lho dari Batam masa Mama batalkan pertemuannya." " Tunggu-tunggu Mina mencerna dulu maksud Mama apa barusan ini." "Ayolah Mina, Mama mohon" "Ya ampun Ma, Mina udah capek di sodor-sodor calon ini itu. Mama lihat sendiri kan saat berkenalan dengan anak teman Papa nyatanya dia tidak menghubungi Mina. Itu tandanya Mina bukan tipe dia Ma." "Mina lihat aja besok pokoknya ini pilihan yang tepat untuk kamu Mina." Mina menghela napasnya. Mamanya selalu menggebu-gebu soal jodoh menjodohkan seperti ini seperti anak nya nggak laku saja tapi emang sih sampai sekarang Mina belum laku juga. Duh nyesek ya hilal jodohnya belum ketemu juga harus siap-siap dengan obrolan tentang jodoh. "Please, mau ya Mama akan malu lho Mama sudah terlanjur iya sama Tante Selly." Mina menghela napasnya. "Ma, Pokoknya acara kek gini Mina harap ini yang terakhir Ma ?" "Iya, ini yang terakhir Mama janji sama Mina, coba aja dulu siapa tahu kalian cocok." "Tapi lihat besok ya Ma, Mama tahu sendiri ada hal yang tidak terduga di kampus." "Pokoknya di usahakan ya sayang, kalau kamu nggak datang Mama jadi malu beneran lho sama Tante Selly dia udah datang dari jauh pengen ketemu sama Mina." Mama dengan senyum seringai nya. " Ya ampun Ma, ini namanya pemaksaan Lho ada pasal nya nggak sih..?" "Kamu mau menjebloskan Mama ke penjara." "Nggak Ma," Mina tertawa ngakak. "Ya udah lanjutkan pekerjaan nya Mama mau telpon adik mu dulu dia udah bangun atau belum." "Iya Ma salam buat Victor Ma." Saat Mamanya sudah keluar dari kamarnya. Mina menghela napasnya lagi. Soal Victor dia sedang kuliah di Inggris, dia sempat emosi saat aku di khianati oleh Aqsa tapi aku mencoba memberikan pemahaman kepada dirinya walaupun dulu aku pun sama tidak bisa menerimanya. Kali ini Mama terlihat serius, lagi-lagi acara perjodohan entah kali ini di jodohkan dengan anak teman yang mana lagi Mama ini seperti anaknya nggak laku saja, aku juga bisa menemukan pilihan aku sendiri seperti Afgan bilang jodoh pasti bertemu, ya udah tinggal tunggu waktunya saja. Mina bergumam pelan. *** Pagi-pagi Mina Udah siap kegiatan rutinitasnya menjadi seorang Dosen. "Ma, Mina berangkat dulu ya takut macet di jalan." "Ini sarapan paginya udah Mama siapkan," Mama menyodorkan bekal untuk ku, beliau udah hafal sekali aku tidak bisa makan bersama kalau udah jadwal ngajar pagi begini. "Makasih ya Ma, "aku mencium pipi Mama, Papa dan salam sebelum berangkat. "Jangan lupa Nanti siang ya mina" "Insyaallah Ma nanti Mina kabarin Mama ya." "Mau kemana nanti siang kok Papa nggak di ajak..?" "Tanya Mama aja Pa.." "Mina berangkat dulu, Assalamualaikum" "Waalaikumsalam, Hati-hati bawa mobilnya " "Iya Ma." Mina melajukan mobilnya menuju ke kampus, di umur 30 tahun ini kenapa sih orang sangat ingin sekali aku secepatnya menikah, mungkin mereka sangat khawatir sekali aku belum juga menikah. "Lagian aku juga belum juga tua amat. Masih ada yang 37 tahun bahkan 40 tahun belum menikah. Sepertinya mereka santai-santai aja." "Aku sebenarnya tidak mau di jodoh-jodohkan karena menikah itu proses dua orang yang saling mencintai, tentunya proses dua orang yang sudah saling mengenal satu sama lain. Itu pemikiran aku sebenarnya tapi saling mencintai tidak menjamin juga dia itu jodoh ku, karena aku pernah mengalaminya." "Hmm.. nggak di kampus, nggak dirumah pasti omongannya tenang pernikahan." "Huh.. gini amat sih hilal jodohnya belum ketemu juga. Sering di sodor-sodorkan tiba-tiba calonnya sama aku. Sering jadi bahan pembicaraan sama rekan kampus ku, bahkan di kenalkan sama saudaranya sendiri saking belum lakunya aku." "Kalau di amati lagi, lucu banget sih kenapa orang-orang jadi pada sibuk ngurusin urusan Jodoh ku. Kadang aku merasa sedih, aku benar tidak lagi merasa kalah ketika teman-teman ku sudah memiliki keluarganya masing-masing. " "Aku tahu, akan ada suatu hari nanti aku akan menggenggam tangan yang tepat tapi mungkin saat ini aku perlu menggenggam diriku sendiri dulu secara erat-erat agar tidak mudah tumbang lagi dengan pertanyaan kapan menikah ?." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD