BR#4 Terungkap

1020 Words
Joan dan Nancy hanya bisa saling memberikan tatapan, sedangkan Ken hanya terdiam dengan kerutan di dahinya dan Joe melangkah mendekat ke arah Rose. Memberikan coklat hangat yang sudah ia bawa. “Nona, apa anda mengingat sesuatu?” tanya Joan dengan membungkukan badannya. Rose mengangguk, “Dimana Ana? Kenapa dia tidak ada di sini?” “Rose, beristirahatlah dulu, jangan memikirkan sesuatu saat ini. Kamu terlalu memaksa untuk berfikir, jika kamu sudah pulih aku akan berusaha memberi tau apa yang ku tahu. Jadi kamu beristirahatlah dulu, oh iya ini Nancy dan Ken, teman Joan, pelayan pribadimu.” Nancy dan Ken langsung membungkuk, memberikan penghormatan kepada Rose, begitupun dengan Joan yang ikut membungkuk. “Perkenalkan saya Nancy dari pack penyihir,” ucap Nancy dengan suara yang dibuat senormal mungkin, jika bisa ia ingin memeluk Rose. Ini perta kali mereka bertemu secara langsung ,setelah kejadian beberapa tahun yang lalu, dengan saling tatap menatap, bukan lagi mengawasi dari jauh. “Saya Ken dari pack Vampire putih.”                 Ken langsung mengambil lengan Rose dan menciumnya tanda penghormatan, tradisi yang tidak bisa dihilangkan begitu saja dari packnya. “Ahh ya, kenalkan aku Rose pemilik rumah ini.” Rose langsung buru-buru menarik lengannya yang berada di genggaman Ken, menatap kedua manusia yang baru saja ia lihat di rumahnya ini. “Joan siapkan kamar untuk mereka berdua beristirahat dan kalian bisa meninggalkan ruangan ini.” “Sesuai keinginan anda nona,” ucap Joan yang menarik kedua temannya untuk keluar dari ruangan Rose. “Oh iya Joe, kamu bisa tinggal dulu sebentar, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”                 Joe yang awalnya sudah berjalan menjauh dari ruangan Rose langsung berbalik dan mengangguk tanda menyetujui keinginan Rose. Rose menatap pintu yang sudah ditutup oleh Joan, dan menghela nafas panjang. Sedangkan Joe mengambil tempat duduk di kursi dekat dengan kasur Rose. “Joe, aku mengingat sesuatu, aku ingat Joe...” lirih Rose. “Apa yang kamu ingat? Apa itu penting?” tanya Joe yang diangguki langsung oleh Rose. “Ada Ana di mimpiku, ada kumpulan surat yang usang dengantulisan golden guide. Dan dalam surat itu, mereka selalu menuliskan untuk pemimpin golden guide, Rose.” Rose menghela nafasnya, “apa aku ini pemimpin golden guide Joe?” “Beristirahatlah dulu Rose, kamu baru sadar dari pingsanmu dan lagi Lucy belum sadarkan diri dalam diri kamu bukan?”                 Joe langsung memilih untuk bangkit dari kursinya dan menarik selimut Rose sampai perut, lalu mengecup kening Rose dan tersenyum sembari melangkah keluar dari ruangan Rose. “Aku bukan tidak ingin kamu mengetahui masa lalumu, tapi aku takut kamu kembali terluka seperti sebelumnya Rose. Maaf.. maaf Rose.”                 Sedangkan di tempat lain, Nancy berjalan dengan perasaan yang sedikit lega dari biasanya, seperti ada beban yang sudah terangkat dan itu memang benar, setidaknya sekarang dia akan sedikit leluasa untuk begerak mencari petunjuk di rumah ini. “Jadi sekarang apa rencana untuk selanjutnya? Rose mulai welcome dengan kehadiran kita, kita harus mulai membuat Rose ingat dengan golden guide.” Ken mengangguk menyetujui usulan Nancy, “Tapi kita harus membagi tugas, ada yang tetap bertahan membantu para pack yang sudah mulai kehilangan wilayah mereka, membantu Rose untuk mengingat kembali, dan mencari anggota golden guide yang hilang saat terbawa arus sungai dulu.” “Aku dapat kabar dari pack Selatan, kalau Marcella dan Nich ditemukan di sana.” Selak Joan. Joan mengambil gulungan kertas yang ia letakan di atas lemarinya, “Mereka berdua ada hutan terlarang, tapi yang tidak kita ketahui apakah mereka hilang ingatan seperti Rose atau tidak?” “Aku akan ke hutan terlarang besok Joan, aku akan lebih cepat untuk melakukan perjalan dibanding kalian berdua.” “Nancy, kamu serius? Hutan terlarang? Kamu gila untuk masuk ke kawasan itu!” desis Ken. “Kamu lupa Ken, kalau aku menyukai pelanggaran. Jadi, besok pagi sebelum matahari terbit aku akan berangkat ke sana. Semoga pergerakanku tidak tercium oleh pack menyebalkan itu, kalau engga aku gak tau bagaimana kabarku nanti.” Joan menyerahkan satu buah toples berisi air yang sangat bening, “Bawa itu untuk berjaga-jaga saat kamu terluka. Aku mendapatkannya dari Rose.” “Ken kamu harus bersiap untuk membantu pack yang berada di sekitar sini, aku dengar beberapa pasukan pack pengkhianat itu mulai begerak ke arah pack serigala, sebelum mereka bergerak kamu bantu mereka untuk berjaga-jaga.” “Alah itu doang? Aku bisa mengatasinya, sekarang tolong bawakan makanan untuk saya pelayan.” Joan langsung melempar bantal di sampingnya ke arah Ken, “Menyebalkan, memangnya aku pelayan kamu? Tidak sudi!” “Udah kalian ini! Sekarang kita harus beristirahat sebelum memulai kagiatan baru kita besok.”                 Nancy menengahi perdebatan konyol antara Ken dan Joan, mengambil bantal yang tadi di lempar Joan dan menepuknya sebelum meletakan badan di atas kasur. Joan menghela nafas dan ikut berbaring di ranjang sebelah Ken. “Semoga semua ini cepat selesai, dan  kita bisa berkumpul bersama lagi seperti dulu.” Harap Nancy yang di angguki oleh yang lain dalam diam.                 Di tempat lain, Rose melangkah keluar dari ruangannya, melangkah menuju ruangan yang berada dalam mimpinya tadi. Semoga tempatnya berada di rumah ini, rasanya tempat itu tidak asing lagi untuknya. Rose berhenti di sebuah tembok yang ditutupi kain dan laci kecil, dengan perlahan Rose memindahkan barang-barangnya tadi untuk memberikan sedikit ruang untuk Rose masuk. Satu pintu dengan ukiran lama yang terpampang di hadapan Rose. “Oke Rose ini yang harus kamu lakukan, kalau Joe dan yang lain tidak ingin memberi tau, biar aku yang mencari taunya sendiri.”                 Rose mencoba untuk membuka pintu tersebut, tetapi nihil, pintu itu tidak mau terbuka sedikitpun. Rose meneliti pintu yang ada di hadapannya, ada satu tempat yang sedikit berlubang, tapi bukan untuk kunci tapi seperti.. “Sidik jari lama? Ah.. kenapa aku bodoh coba!” jerit tertahan Rose.                 Pintu itu terbuka dan menampilkan ruangan yang berdebu, sangat berdebu, dengan puluhan kain yang tergeletak berserakan dimana-mana. Rose perlahan melangkah, mengambil setiap kain yang tergeletak, satu persatu barang yang tertutupi kain terpampang dengan jelas. Surat-surat yang hanya berada dalam mimpi sekarang menjadi nyata di hadapannya. Rose membuka perlahan surat-surat yang mulai terlihat usang dengan banyak robekan dimana-mana. Membca setiap surat dengan perlahan, fikiran Rose seolah ditarik paksa untuk mengingat kenangan yang masih samar-sama diingatnya. “Lucy kamu keluar, jelaskan apa ini?” desis Rose dengan kesal.                 Bayangan hitam keluar dari bawah kaki Rose dan bergerak mencari tempat untuk menunujukan wujudnya. Menatap Rose yang saat ini sedang menatapnya dengan wajah menahan kesal, Rose berjalan ke arah serigala putihnya dan mensejajarkan tingginya dengan Lucy. “Apa lagi yang mau kalian sembunyikan? Aku ini pemimpin Lucy! Bagaimana mungkin aku melupakannya..” kesal Rose. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD