Delapan Belas

1664 Words

"Loh. Mau ikut?" Matahari masih malu-malu untuk keluar pagi ini. Langit masih terlihat agak gelap. Sudah sejak beberapa hari lalu, Rey merutinkan diri berangkat ke kantor tiap usai Subuh ditunaikan. Sarapan yang biasanya tertata rapi di meja makan pada jam tujuh pagi, kini hanya tersaji cantik di kotak makan yang aku titipkan pada Baim untuk membawakannya. Rey sedang berjuang memadatkan semua jadwalnya di bulan ini, agar bulan depan ia bisa mengajakku liburan. "Aku selesaikan semua rencana pembangunannya dulu ya? Kalo udah tinggal eksekusi, nanti bisa aku pantau lewat Nathan. Biar liburan kita gak keganggu." Sejak sebelum menikah, Rey sudah dengan hebohnya ancang-ancang ingin membawaku berbulan madu ke Swiss. Berdua saja, tanpa anak-anak. Aku memaklumi keinginannya. Seorang pria single

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD