"Dinda? Ke sini?" Rey hanya tersenyum dan mengangguk padaku, ketika ia mengabarkan semua isi pesan yang Nathan kirimkan. "Aku suruh masuk, atau pulang?" "Kok nanya aku?" "Daripada kamu cemburu. Aku suruh pulang aja ya?" Aku menggengam tangannya. Tidak seharusnya aku mendahulukan perasaan di atas pekerjaannya. "Tanya dulu aja, dia mau ngapain. Lagian, ntar juga aku ketemu dia di acara Mama 'kan?" Rey sepakat. Aku mengizinkannya menemui Dinda, yang ternyata ingin komplain dengan kesepakatan antar dua perusahaan. Aku bersiap merapikan tampilanku agar tidak kalah dengan sang mantan teman kencan suamiku itu. Perempuan cantik, tinggi semampai, kulit mulus dan cerah, mata bulat, serta hidung yang sempurna. Wow! Badannya ramping, namun terlihat sintal. Tapi yang sedikit aneh, perut bawahnya

