"Nih, oleh-oleh buat kamu." Rey menyodorkan sebuah paperbag kecil kepadaku. Raut mukanya sore ini terlihat sangat sumringah dan segar. Aku bertanya-tanya, apakah urusan bisnisnya di sana berjalan sangat lancar, atau dia sudah cukup istirahat sepulang dari Swedia, atau ... karena bertemu denganku? Haha. Cukup itu jadi rahasia pertanyaan di isi kepalaku saja, karena jujur setelah melihatnya, kecemasanku yang akan masuk ke dunia orang-orang kelas kakap, juga ikut menghilang sejenak. "Mamaaa." Aku berjongkok mensejajarkan tubuhku dengan anaknya, yang berlari dari arah teras. Aldrich, nama yang menurut bahasa Perancis berarti bangsawan berbudi luhur ini, diberikan oleh almarhumah mamanya untuk mengenang pertemuan orang tua Aldrich untuk pertama kalinya, di negara romantis itu. "Eh, Kakak

