PERMAINAN APA INI?

1026 Words
Jangan salahkan persahabatan jika aku jatuh cinta, karena cinta datang tanpa mengenal hubungan, mau teman sekalipun musuh bebuyutan. "Rani gue perlu ngomong sama lo," seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih dengan jambulnya tersebut menarik tangan Rani langsung, Azka yang tadinya sedang makan kini sudah membulatkan matanya karena merasa terganggu. Rani sekarang sudah berdiri tepat di depan laki-laki yang tengah menunggu penjelasan darinya. Namanya, Genta Aksaraya salah satu geng komplotan Arka, laki-laki bengal di sekolah. Rani menatap Genta dengan perasaan cemas,"Genta gue gak papa," kata Rani menenangkan. Genta menyeret gadis tersebut untuk menjauh dari Azka,"Rani lo kenapa gak bilang sama gue kalau lo jadian sama Azka? Kenapa gue gak tau kalau sebenarnya lo deket sama Azka? Dan kenapa harus Azka kembarannya Arka?" Pancaran mata Genta memancarkan rasa kecewa. Pantaskah seseorang kecewa saat tau bahwa sahabatnya sendiri telah memiliki pacar? Rani meletakkan telapak tangan kanannya di d**a Genta, Genta merasakan jantungnya berdebar kuat kala itu, emosi Genta reda seketika yang membuat Rani memamerkan senyumnya, menambah kemanisan gadis itu yang tak bisa Genta elakkan. Kedua tangan Rani langsung saja mencubit kedua pipi Genta gemas, sehingga membuat Genta memasang wajahnya kesal,"Rani," lirih Genta Rani akhirnya mengalah. Rani mengulum bibirnya sejenak, lalu tangannya beralih merapikan rambut Genta yang sudah berantakan. "Gue sama Azka gak pacaran, dia yang klaim gue gitu aja, hanya karena gue melawan dia, dia bilang sih itu hukuman, gue kesal Genta kalau gue gak nurut, beasiswa gue di cabut. Gue gak mau itu, lo tau kan beasiswa adalah hal yang sangat berharga buat gue?" Mata Rani menatap Genta, berharap Genta akan mengerti posisi dirinya sekarang. Mendengarkan penjelasan dari Rani membuat laki-laki itu malah mengusap wajahnya gusar, Genta tidak tau bagaimana menggambarkan percikan cemburu yang akan membakarnya habis, Genta tau Rani sahabatnya, tapi apakah seorang sahabat tidak punya hak untuk cemburu? Dan, Rani tidak peka akan itu. "Kenapa? Gue salah ya?" Rani menyipitkan matanya pada Genta, Genta hanya menggelengkan kepalanya saja. Lalu Genta mengacak rambut Rani pelan,"Yaudahlah, tapi lo harus tetap cerita sama gue," Genta memotong kalimatnya sejenak, ia menarik napasnya berat. "Walaupun lo udah punya pacar," lanjutnya dengan nada yang memelan. Rani membentuk tangannya menjadi hormat,"Siap boss! Cuma hukuman kok bukan beneran," gadis bertubuh ramping tersebut menunjukkan sederet gigi putihnya yang rapih. "Kita masih banyak urusan." Tangan Azka langsung menggenggam tangan Rani, masih dengan wajahnya yang datar. Rani seketika kaget lalu menoleh pada laki-laki tersebut yang kini berdiri tepat di sebelahnya, tangannya menggenggan tangan Rani erat. "Kalau Rani kenapa-napa habis lo," tunjuk Genta pada Azka, Azka acuh saja ia mengambil langkah panjang bersama Rani untuk meninggalkan Genta yang hanya bisa menatap kepergian mereka dengan sudut matanya. Rani memanyunkan bibirnya, Azka masih tak mau juga melepaskan genggamannya, mereka berdua malah terus melaju menuju perpustakaan, Rani benci ini. Lebih baik, Rani pergi ke ruang dance atau musik hanya untuk sekedar bermain gitar, daripada membaca buku fiksi yang akan membuat dirinya sendiri di serang kantuk sekarang. "Duduk!" Perintah Azka pada Rani setelah mereka sudah berada di dalam perpustakaan, Rani mencinir tapi ia menuruti perintah Azka untuk duduk di hadapan laki-laki tersebut. Kemudian, ia pergi memilih buku yang akan ia baca. Meninggalkan Rani. Rani memang suka membaca, tapi membaca novel percintaan, bukan seperti Azka yang malah membaca buku Geografi, Biologi, Teori Fisika, dan masih banyak lagi. Melihat Azka yang sedang membaca bukunya serius di depannya saja membuat Rani pusing sendiri, ia ingin terbebas, Sungguh! Azka melirik sejenak ke arah gadis di depannya,"Kenapa lo? Grasak-grusuk kayak cacing-cacing di perut," celetuk Azka, Rani langsung menajamkan matanya pada Azka. "Enak aja, gue mau balik ke kelas please! Gue bosen, gue lagi gak mau baca," rengek Rani pada Azka. Azka mengangkat kedua bahunya,"Pergi aja kalau lo mau beasiswa lo di cabut," ancam Azka. Tapi, matanya tetap fokus pada rentetan tulisan di atas kertas yang tengah ia baca. Rani memeletkan lidahnya, Rani tidak tau terbuat dari apa hati laki-laki di hadapannya, tidak punya rasa kasihan. Melakukan seseorang sesukanya hanya karena dia anak ketua yayasan, Arka juga gak gitu-gitu amat, apalagi kalau marah dia keliatan sangat menyeramkan. "Genta siapa lo?" Gadis di depan Azka sedikit kaget ketika Azka melontarkan nama Genta, tapi ia masih fokus dengan bukunya,"Ha? Apa?" Langsung saja Azka menyingkirkan bukunya, ia sudah menatap Rani serius sekarang,"Gue harap gue gak macarin cewek budek," sindirnya pedas, Rani lagi-lagi di buat kesal oleh kelakuan laki-laki itu. "Genta itu sahabat gue, gue udah deket sama dia semenjak SMP, jadi gue sama dia itu temenen waktu SMP, dia itu orang pertama yang gue kenal waktu SMP. Awalnya gue gak kenal, tapi entah kenapa dekat gitu aja. Dia baik banget, walaupun kata orang dia anak nakal, menurut gue enggak kok! Beneran, dia baik. Dia sering main kerumah gue juga, pokoknya Genta itu sahabat gue," jelas Rani panjang lebar. Mendegarkan cerocosan Rani membuat Azka kini mendengus kesal,"Gue nanya dia siapa, bukan nyuruh lo malah curhat kayak gini, sama mama dedeh aja noh kalau mau curhat ," ia mendecakkan lidahnya. Rani menyipitkan kedua matanya pada Azka, tampak sekali wajah Azka sudah berubah menjadi keruh, melihat hal tersebut membuat Rani mengarahkan telunjuknya untuk menusuk-nusuk pipi kanan Azka. "Pipi lo merah astaga, lo marah apa blushing om?" Ledek Rani, tawanya pecah. Sedetik kemudian mata Azka berubah menjadi kilatan amarah,"Gue gak lagi bercanda." Rani memutar bola matanya malas, ia langsung menjauhkan tangannya, memang hidup Azka terlalu lurus dan serius. "Lo pernah pacaran?" Selidik Azka lagi. Kepala Rani mengangguk,"SMP, kelas tiga kalau enggak salah." "Ck, kencing lo aja belum lurus udah mau pacaran, mau jadi apa bumi ini kalau semua anak kayak lo," bibir Azka mencebik. "Mana ada kencing yang bisa lurus tai!" Rani kesal sendiri jadinya, berbicara dengan Azka harus butuh stok kesabaran yang banyak rupanya, lagian kenapa malah bahas Genta, sih. "Gue gak percaya cinta," lirih Azka menyeringai. "TERUS BUAT APA LO JADIIN GUE PACAR LO?!" Rani memberi tatapan penuh tanya. "Karena gue mau," ia tertawa kecil. "Kenapa? Lo mau banget gue cintai?" Azka tertawa geli. Rani diam membeku, Azka tertawa di depannya. Bukankah Azka tidak pernah tersenyum pada orang-orang apalagi tertawa? Azka juga berbicara banyak padanya, kenapa Azka melakukan hal yang belum pernah ia lakukan pada siapapun selain pada Rani? Rani menerpa jauh-jauh pikirannya yang sudah melayang kemana-mana. "Pulang nanti gue tunggu di parkiran!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD