bc

Moon Sky

book_age16+
1.0K
FOLLOW
3.3K
READ
age gap
fated
pregnant
arranged marriage
comedy
sweet
bxg
heavy
coming of age
first love
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jadinya jika kalian berpacaran secara sembunyi-sembunyi dari kakakmu sendiri.

Sembunyi karena berpacaran dengan teman kakaknya sendiri. Pria penuh pesona dan kharisma yang mampu memikat gadis berusia 19 tahun.

Gadis itu jatuh cinta dengan pria yang 11 tahun lebih tua darinya

*_*_*

"Kenapa kau menghindariku" ucap pria itu sambil menahan tangan gadis berkemeja putih itu yang memang berusaha menghindari.

"Hubungan kita selesai, Kak. Itu yang diucapin kakak kan ?"

Pria itu mengusap rambutnya kasar. Sudah hampir tiga bulan pria itu mencari gadis manis yang selalu mengganggu di pikirannya dan tak pernah bisa hilang.

"Emosiku lagi nggak stabil dan lagi banyak masalah yang datang. Seharusnya kamu ngerti dong"

Gadis itu menarik tangannya dan menatap dengan senyuman putus asanya. Pria itu menyadari jika gadis yang ada di depannya terlihat lebih kurus dari terakhir kalinya mereka bertemu.

"Kita emang udah harus selesai. Setidaknya kehadiranku nggak nambah masalah lagi, Kak"

"Masalah apa ? Coba bilang ... " gadis itu menyela ucapan

"Aku hamil"

*_*_*

Harapanmu terasa semu namun meyakinkanku bahwa kau ada seperti langit yang menaungi bulannya

- Quila Ranjana Yahsatri -

Bagaimana bisa aku menghamili gadis 19 tahun ? Namun tuhan seakan mengatakan jika dia bulanku yang menerangiku langit yang gelap

- Ambareesh Alfarell Syah -

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Quila menatap kamar kakaknya yang baru saja dimasuki oleh pria tampan yang menggunakan kemeja putih. Beberapa teman Kak Akhza memang sering sekali datang main dan langsung masuk ke dalam rumah kemudian ke kamar Kakaknya itu. Namun pria itu tidak pernah dilihat sebelumnya. Quila yang tadi kebetulan baru saja dari dapur untuk membuat makanan berpapasan dengan pria itu yang naik keatas. Tetapi pria itu tiba-tiba berhenti dan menatap balik kearah Quila. Hal itu membuat Quila seakan terpaku dan tubuhnya berubah membeku Pria yang entah kenapa mampu menggetarkan hal yang ada di dalam Quila. Kegilaan ? Ekspetasi ? Kreativitas otak ? Entahlah apa namanya. Namun rasa itu ada dan untuk pertama kalinya terasa. "Sialan kenapa pikirannya berkeliaran kemana-mana ya" Ucap Quila sambil menepuk kepalanya sendiri. Berusaha mengenyahkan pikiran kotor yang sedang berkeliaran di dalam otaknya. Jika pria itu merupakan teman Kak Akhza berarti pria itu umurnya hampir mendekati tiga puluhan seperti kakaknya itu. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ini waktunya Kak Akhza pulang dan tentu saja Quila tidak ingin ketahuan mengintip teman kakaknya itu. Bisa-bisa uang jajannya akan dipotong. Kakaknya itu begitu galak dan menyeramkan bagi Quila. Jadi lebih baik tidak mengusik area teritorial Kakaknya. Quila membalikkan badannya dan ingin kembali ke kamarnya sendiri. Namun sebuah tangan tiba-tiba menariknya dengan paksa memasukkannya ke dalam kamar Kakaknya. Belum sempat keterkejutannya selesai punggungnya di tekan ke dinding. Sebuah lengan kokoh menahan belakang kepalanya agar tak terbentur. Tatapan mata itu membuat Quila terbungkam dan tak bisa mengatakan apapun. Mata itu begitu mempesona dan menariknya hingga bagian terdalam. Astaga apa Quila gila jika mengatakan mata pria di depannya berwarna abu-abu ? Tunggu itu warna perak. Indah dan mengagumkan. Namun dapat dilihat dengan jelas jika mata itu terlihat sangat dingin dan mematikan. Mata predator yang membekukan mangsanya. "Kau terpesona ?" suara yang begitu berat dan maskulin terdengar dengan sopan di telinganya. Quila meneguk ludahnya dengan susah payah. Seharusnya hal yang dilakukannya berteriak dan memaki pria yang mengurung tubuhnya seperti ini. Bukannya diam dan terbungkam. "Quila itu namamu bukan?" suara itu mengalun lagi tepat ditelinga Quila Hingga kesadaran menampar Quila ketika tangan pria itu turun dan merasa punggungnya. Dengan cepat Quila mendorong d**a bidang pria itu. "b******k apa yang kau lakukan?!" Jerit Quila dengan menatap pria itu Mata Quila masih sangat jeli ketika melihat sebuah senyum di wajah dingin itu. Oh smirk pria itu menampilkan smirk yang membuat tingkat ketampanan semakin tinggi. "Menilai mata-mata yang sejak tadi berdiri di depan pintu" Rasa panas langsung menyebar di kedua pipi Quila. Sialan! Kenapa kamar ini terasa begitu panas dan menyesakkan astaga "Permisi" ucap Quila yang memilih membalikkan badannya dan pergi karena memang tidak ada pembelaan yang mampu keluar dari mulutnya Namun tangan sialan itu kembali menahannya dan mengurungnya kembali di dinding. Wajah pria itu begitu dekat membuat deru nafas pria itu terasa di wajah Quila "Kau takut, Quila ?" Quila memejamkan matanya dengan rapat berusaha menahan rasa ingin menangis karena terkurung dengan suasana seperti ini. Hingga jari kokoh pria itu mengambil sesuatu di sudut bibir Quila. Kedua mata Quila terbuka dan menampilkan sosok pria itu. Mata Quila terbelalak ketika pria yang baru saja mengambil sebutir nasi di sudut bibir Quila dan langsung memasukkan ke mulut. Smirk itu kembali terlihat tetapi kali ini terlihat bersamaan dengan tatapan geli "Kau tau saja aku lapar" ucap pria itu yang sungguh-sungguh membuat jantung Quila seakan terombang-ambing di tengah lautan luas. "Sialan" ucapan itu yang terakhir keluar dari mulut Quila sebelum keluar dari kamar Kakaknya. Quila segera berlari ke pintu kamarnya dan menutupnya dengan keras. Quila memegang dadanya yang berdegup dengan kencang mengingat hal tadi. "Astaga pesona om-om memang tiada tandingan" *_*_* Quila menata dua piring nasi goreng di atas meja dan sambil menunggu Kak Akhza yang turun dari kamar Quila memilih menyeduh kopi dan s**u. Hingga suara langkah kaki sepatu membuat Quila mengernyitkan keningnya. Kenapa suara sepatu itu terdengar berbeda dari biasanya. Quila membalikkan badannya dari mesin kopi dan menemukan Kak Akhza masuk ke dalam ruang makan dengan seorang pria di sampingnya. Pria tadi malam yang membuatnya susah tidur. "Kau hanya membuat dua sarapan ? Kau tidak tau kalau ada tamu ?" ucap Kak Akhza yang duduk di tempat biasanya. Quila mengigit bibir bagian dalamnya dengan gugup. Tidak mungkin bukan jika Quila mengatakan jika Quila tidak hanya 'tau jika ada tamu' Namun Quila tak menyangka jika pria itu akan menginap di sini dan ikut bergabung untuk sarapan pagi. Quila memilih menggelengkan kepalanya dan tersenyum kaku Quila membawa dua gelas ke meja makan dan menaruh segelas s**u di hadapan Kak Akhza. Pagi ini Quila memilih meminum kopi karena hari ini ada interview kerja dan rasa kantuk tak bisa ditahannya. "Kau meminum kopi ?" Tanya Kak Akhza dengan wajah mengintrogasinya "Aku sulit tidur tadi malam" ucap Quila sambil mendudukkan dirinya di depan pria yang sejak tadi menatapnya tanpa malu. "Kau ingin apa untuk sarapan, Res ?" Pria yang dipanggil 'Res' masih menatap Quila dengan dingin. Namun Quila melihat sebuah smirk yang membuatnya mengingat kejadian tadi malam. "Kopi saja, please" Kak Akhza dengan teganya mengambil gelas kopi Quila dan memberikannya kepada pria itu dengan mudahnya. "Buat kau saja. Quila tidak bisa minum kopi" Quila hanya menghela nafas pelan melihat kelakuan kakaknya. Ketika ingin protes kepada Kak Akhza tetapi kakaknya langsung menoleh dan tersenyum. "Kakak beliin Novel" Terbungkam langsung mulut Quila ketika Kakaknya mengatakan hal itu. *_*_* Quila menatap Kak Akhza yang keluar dari mobil dan kaca mobil diturunkan hingga memperlihatkan wajah Kak Akhza "Kau akan di antar Ares. Mobil kakak masih di bengkel. Jaga diri baik-baik" ucap Kak Akhza sebelum berpamitan dengan pria yang baru diketahui Quila jika bernama Ares. Quila menatap keluar jendela menatap punggung kokoh kakaknya yang menjauh. Ingin sekali Quila mengatakan dengan lantang jika pria yang berbahaya bagi Quila adalah pria pemilik mobil ini. Quila menyadari jika mobil tidak kunjung pergi. Mobil ini masih diam di tempat bahkan sampai Kak Akhza hilang masuk ke gedung tinggi itu. Mau tidak mau Quila memilih menolehkan kepalanya menatap pria itu. Ternyata pria itu tengah menatapnya melalui kaca tengah. "Apa ?" ucap Quila dengan bingung "Pindah ke depan. Aku tidak dibayar untuk menjadi supirmu" ucap pria itu yang terdengar begitu dingin begitu berbeda dengan pria tadi malam. Ketika membuka pintu tetapi ternyata pintu itu masih terkunci dan membuat Quila menghela nafas dan menatap pria itu. "Pintu terkunci kau ingin aku menembus ?" "Lewat sini" ucap pria itu sambil memberikan arahan Quila untuk melangkah lewat sela tengah kursi. Gila pria itu memang gila. Kenapa pria itu harus menyuruhnya menggunakan cara sulit untuk pindah tempat jika sudah disediakan pintu untuk berpindah "Kau gila! Aku tidak mau" ucap Quila "Mobil tidak akan berjalan jika kau tidak segera pindah dan kau akan telat di hari interview pertamamu" Tidak hanya m***m dan mengesalkan. Tetapi pria itu kembali menunjukkan sifat asli hanya dalam semalam. Pria itu begitu licik dan manipulasi dengan kerennya "b******k!" ucap Quila sebelum bergerak untuk berpindah ke bangku depan menggunakan jalan tengah. Namun tangan pria itu menarik perut Quila dan membuat Quila terduduk di pangkuan pria itu. Quila melototkan matanya karena kaget. "Jika sekali lagi aku mendengarmu berkata kasar. Aku akan menciummu" Pria itu mengecup pipi Quila dengan lembut. Sebelum menepatkan tubuh Quila di bangku samping. Tubuh Quila masih kaku dan panas dingin "Benda apa itu ?" *_*_*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook