bc

Surprise Marriage [Run In Love Season II]

book_age16+
455
FOLLOW
2.9K
READ
dark
family
second chance
independent
brave
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
like
intro-logo
Blurb

Naufa dan Alvaro kini telah menikah. Pernikahan yang dilaksanakan tanpa Naufa ketahui ternyata membawa masalah tersendiri di awal pernikahan mereka. Namun, mereka bisa melalui hal tersebut pada akhirnya. Alvaro mengira kehidupan pernikahannya akan tenang, nyatanya ada badai besar yang siap mengacaukan kehidupan berumah tangga mereka. Siap menelannya dan memisahkannya dari Naufa.

chap-preview
Free preview
PROLOG
Naufa menatap pantulan dirinya di cermin. Riasannya belum dihapus, tatanan rambutnya masih sama seperti pada waktu di pesta, pakaiannya pun masih gaun pernikahannya tadi. Alvaro keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang d**a. Rambut cepaknya basah. Dia tersenyum melihat Naufa. Langkah kakinya membawanya mendekati gadis cantik itu. Alvaro berdiri di belakamg Naufa, "Sayang," sapanya memegang pundak Naufa. Di luar dugaan, Naufa menepis tangannya. Gadis itu bangkit dan menatapnya tajam. Amarahnya membara. "Enak ya Bang mainin perasaan orang?" cibir Naufa. "Enak ya, mutusin orang, terus tiba-tiba nikahin orangnya tanpa tanya ini-itu dulu. Abang pikir aku apa? Abang pikir hati aku ini apa?" air mata Naufa jatuh, napasnya memburu menahan amarah. Dari awal dia sudah menahan semuanya. Namun, sekarang ketika hanya ada Alvaro dan dia di kamar ini, semuanya meledak. "Dek.." Naufa mendorong d**a Alvaro, "Aku emang cinta sama Abang, tapi aku bukan cewek murahan, Bang! Yang Abang bisa mainin seenaknya!" tangan Naufa terangkat siap menampar Alvaro. 1 2 3 Alvaro membuka matanya, Naufa hanya menatapnya dengan air mata yang terus mengalir semakin deras. "Aku... kecewa sama Abang," tuturnya kemudian pergi ke balkon kamar. Naufa berdiam diri di situ. Terus menangis. Dia kecewa pada semua semua orang. Orang tuanya, Pakde dan Budhenya, dan suadara-saudaranya. Pernikahan adalah bagian terpenting hidupnya, yang hanya mau ia lakukan sekali seumur hidup. Pernikahannya memang indah, sangat. Dekorasi, gaun, dan semuanya persis seperti yang ia inginkan. Persis seperti mimpinya. Bahkan, dia juga merasakan pedang pora yang ia agungkan selama ini. Prosesi yang menurutnya sakral dan tak pernah terbersit di otaknya bahwa dia akan mengalami prosesi itu. Namun, semua itu menjadi menyakitkan karna dirinya layaknya barang. Pernikahan sepihak yang diputuskan keluarganya dan Alvaro. Tanpa dirinya ketahui. Rasanya seperti terjebak. Dia memang terjebak. Mungkin mereka berpikir Naufa pasti akan bahagia dengan pernikahan ini, nyatanya tidak. Dia tak ingin menikah sekarang, tidak dengan rasa sakit hatinya yang belum sembuh sepenuhnya dan dengan lelaki yang telah mempermainkannya sedemikian rupa, lelaki yang sama yang menyakiti hatinya. Walau dia sempat terbawa suasana dan menikmati pernikahannya, walau dia harus berakting sebaik mungkin agar tidak mempermalukan keluarganya dan juga Alvaro. She relieved, she is English Lit student and alread took Drama class. Kekecawaanya bertambah besar ketika orang tuanya pun ikut ambil bagian dalam mempermainkannya. "Dek, kamu salah.." Naufa mendorong Alvaro keras ketika lelaki itu hendak memeluknya, "DON'T TOUCH ME!" sentaknya. Tatapannya tajam menusuk. Naufa pergi keluar kamar. Alvaro mengejarnya, tapi terlambat, pintu lift sudah ditutup. Alvaro kembali ke kamar, memakai pakaian lengkap untuk mengejar istrinya. *** Naufa menangis di taman. Dia bersembunyi di semak-semak. Duduk jongkok dan memeluk lututnya. Kakinya bahkan tak memakai alas. Dinginnya udara Bandung tak ia rasakan sedikitpun. Zavier berdiri di hadapannya dengan rokok di bibirnya, "Dek" ujarnya. Naufa mendongak. Tatapannya penuh kekecewaan. Zavier mematikan rokoknya. Tangannya menarik Naufa berdiri dan membawanya kepelukannya. Naufa berontak, memukuli d**a bidang Zavier, "Lepasin!!!" "Shutt!!!! Abang tau kamu marah dan maafin Abang gak bisa menghentikan rencananya mereka," suara Zavier menenangkan Naufa. Pelukannya hangat. Naufa menangis dipelukan Zavier, "Bang..." isaknya. "Nangis aja, Dek" Zavier mengusap kepala dan punggung Naufa. Di hadapan Zavier ada Alvaro berdiri. Zavier menyuruhnya pergi dengan gerakan tangannya. Namun, Alvaro tak ingin pergi. Dia ingin istrinya. "Gue bilang pergi! b******k!" akhirnya Zavier berteriak kesal. Naufa menoleh ke belakang. Melihat ada Alvaro, Naufa langsung bersembunyi di belakang Zavier. Naufa meremas kemeja Zavier kencang. "Naufa gue pesanin kamar lain, lo pergi aja. Gak usah ganggu adek gue untuk sementara" Zavier menarik Naufa pergi dari Alvaro. Alvaro sadar, setelah semua ini, masih ada tembok besar yang harus dia lewati, tembok besar itu adalah amarah Zavier dan kekecawaan Naufa. *** Akhirnya, Naufa tidur di kamar hotel lain. Ia tidur dengan gaun pengantinnya dan riasan yang aut-autan. Zavier duduk di balkon kamar, menikmati rokoknya. Sudah batang rokok ke 6 yang ia hisap. Sama seperti Zavier, Alvaro juga sudah menghabiskan 6 batang rokok. Malam yang dipikirnya akan mejadi malam yang indah, malah menjadi sekelam ini. "Zavi kecewa sama Abah." "..." "Naufa gak mungkin bahagia kalau diginiin, Bah." "..." "Gimana kalau sampai nanti pun Naufa gak bahagia?" "..." "Terserah Abah, Zavier kecewa!" Zavier mematikan telponnya. Dia kembali ke kamar, memandang gadis kesayangannya tertidur dengan keadaanta menyedihkan. Make up yang tak dibersihkan dan bekas air mata yang mengering di pipinya. "Sebentar ya, Sayang," ujarnya sembari mengusap dahi Naufa perlahan. "Tidur yang nyenyak kesayangan Abang," lanjutnya. Setelah memastikan Naufa tertidur nyenyak akhirnya Zavier keluar kamar, berniat membeli pembersih wajah untuk adik kesayangannya. *** Zavier duduk dengan tegap disertai tatapan mengintimidasinya. Di hadapannya ada Alvaro yang duduk dengan tegap walau dengan kepala menunduk. "Kemana senyum yang tadi?" Zavier mencibir. Alvaro tetap diam. "Kamu pikir lucu dipermainkan kaya gini? Kalau kamu pikir pernikahan ini bakal indah dan Naufa bakal seneng, you're totally wrong though!" "Tapi, kalau gak kaya gini, saya mungkin gak akan dapetin Naufa lagi," Alvaro menjawab dengan pelan. Zavier mencondongkan badannya ke arah Alvaro, jari telunjuknya mengangkat dagu Alvaro. "Kalau kamu tahu itu harusnya jangan ngelakuin hal gila ini. Kalau kamu memang cinta adik saya harusnya kamu milih dia dan bukannya ninggalin dia. Kalau kamu laki-laki harusnya kamu bisa ambil keputusan tegas! Kamu laki apa banci?!" Zavier kembali keposisi awalnya. Kini, Alvaro menatap mata Zavier. "Abang gak tau apa yang saya lalui. Dan saya rasa Abang gak ada hak mencampuri hidup Naufa, karna Abang cuman Abang angkatnya aja. Abang cuman anak adopsi!" perkataan Alvaro membuat Zavier menyeringai. "Alvaro Wiratama, dengarkan Saya. Saya adalah wali sah Naufa jika Ayahnya meninggal. Saya memang anak adopsi, tapi secara hukum Saya anak sah mereka. Kamu bilang Saya gak berhak? Saya cukup berhak menghajar orang seperti kamu karna menyakiti adik Saya. Tapi, ingat ini. Ini mungkin kesempatan terakhir bagi kamu, jika saya lihat Naufa menangis lagi, saya pastikan kamu gak bakal lihat Naufa lagi untuk selamanya. Saya cukup mampu untuk melakukan itu semua walau kamu sekarang suami sahnya," Zavier bangkit dengan seringai yang menyeramkan. Sebelum pergi, dia melempar kunci kamar Naufa dan plastik yang berisikan pembersih wajah dan kapan yang sudah dibelinya. "Bersihiin make up istrimu!" ujar Zavier dan pergi. *** Alvaro merebahkan diri di samping Naufa. Tangannya memindahkan sebagian rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. Bekas air mata mengering di pipi Naufa. Ekspetasi memang tak sesuai realita. "Maafin, Abang. Abang sudah egois," ucap Alvaro amat sangat pelan. "Tidur yang nyenyak, Sayang. Abang bersihin ya mukanya," gumam Alvaro. Perlahan, Alvaro membersihkan make up dari wajah istrinya. Matanya memancarkan cahaya ketika memandangi wajah damai Naufa ketika tertidur. "Cantik," gumamnya lagi. Naufa membuka matanya. Wajahnya datar. Alvaro dengan cepat menarik tangannya kembali. "Abang, cuman bersihin make up kamu, Nav." Naufa tak mengindahkan ucapan Alvaro. Dirinya malah memunggungi Alvaro dengan tidur menyamping. Pria tampan itu menghela napas, lalu meletakkan botol pembersih wajah tadi ke nakas di samping kasur dan membaringkan dirinya di samping sang istri. Alvaro pun diam menatap langit-langit kamar. Keheningan melanda mereka, sampai akhirnya Naufa membuka suara, "kenapa Abang ngelakuin ini?" suaranya parau dan pelan. "Abang bakal jelasin kalau Naufa ngadep Abang." Naufa membalikan badannya. "Kalau ditanya kenapa, karna Abang gak mau kehilangan kamu," Naufa tak merespon. Dia tetap memandangi Alvaro dengan wajah tanpa ekspresinya. Tangannya terulur membelai rahang Alvaro. "Bagaimana, kalau Abang yang ada di posisi Naufa?" Alvaro diam tak menjawab, menunggu Naufa berbicara lagi. "Apa Abang bakal seneng? Sudah ditinggalin kaya barang gak berharga terus tiba-tiba diambil lagi?" usapan pada rahang Alvaro terus Naufa lakukan dengan lembut. "Pernikahan itu persis seperti impian aku, tapi semuanya jadi hambar karna rasa kesal aku sama Abang dan keluarga aku. Aku gak tau apa yang ada dipikiran kalian," curah Naufa dengan senyum yang dipaksakan. "Dek, apa Adek masih cinta Abang?" "Entahlah. Setelah semua yang Abang lakukan apa aku masih bisa cinta sama Abang." ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
113.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
216.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
198.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
17.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook