Bab 11 : Majikan yang Baik

1066 Words
“Kenapa kau menghabiskan limitmu itu dalam waktu singkat?” tanya Julius yang mencecar Erika. Sebenarnya Julius tidak masalah dengan hal itu, ia mencintai Erika dan apa pun yang ia punya adalah milik istrinya. Tapi rasanya, ini begitu aneh bagi Julius, karena wanita yang sekarang menjadi istri sahnya ini menghabiskan limit kredit yang sangat besar hanya dalam waktu satu minggu dan ia pun tidak tahu Erika memakai uang itu untuk apa. “ Julius Aku sedang memesan tiga tas dan kau tahu bukan harga tas itu sangat fantastis dan hanya tersedia 5 buah di dunia. Jadi, Aku menggunakan semua kartu kreditmu untuk membeli tas itu!” jawab Erika berusaha mengelak, membuat Julius tampak berpikir. Lalu mengangguk-anggukan kepalanya. “Baiklah aku percaya. Aku akan memberikan limit yang sangat yang besar lagi untukmu. Tapi gunakan itu dengan bijak!" balas Julius. Erika pun mengangguk dengan semangat. Seperti biasa, ia begitu mudah meyakinkan Julius, lelaki di depannya ini begitu naif. Saat Erika akan bangkit, Julius menahan tangan Erika, membuat Erika menatap Julius dengan bingung. “Ada apa?” tanya Erika. “Bukankah kau mempunyai janji padaku?" tanya Julius lagi membuat Erika menatap Julius dengan tatapan tanda tanya. “janji apa?” “Kita sudah menikah, bukankah kau janji kita bisa memiliki anak!” Tiba-tiba, nafas Erika tercekat, saat mendengar ucapan Julius. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Namun, sebisa mungkin ia menetralkan ekspresinya. Erika mengelus leher Julius, kemudian memberi kecupan di bibir suaminya. “Of course!” setelah itu, Erika pun membuka dasi Julius lalu membuka kemeja suaminya dan mereka pun melakukan hal yang harusnya mereka lakukan. Beberapa hari kemudian Sahila berdiri di depan rumah yang besar. Setelah mencari-cari informasi pekerjaan lewat ponselnya, akhirnya Sahila menemukan rumah yang membutuhkan jasanya sebagai jasa sebagai pembantu rumah tangga. Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Sahila pun melanjutkan langkahnya, kemudian Ia pun masuk ke dalam. Saat berada di depan pintu, Sahila memencet bel. Hingga tak lama, keluarlah sosok Ibu paruh baya . “Maaf kamu siapa?" tanya ibu paruh baya tersebut. “Ibu maaf sebelumnya. Saya Sahila yang melamar menjadi pembantu rumah tangga ibu, dan yang kemarin mengirimi ibu pesan,” balas Sahila dengan gugup. Walau bagaimanapun Ini pertama kalinya ia bekerja dan ia takut mengecewakan orang yang memberinya pekerjaan. Isma pun mengangguk-anggukkan kepalanya, sekarang ia tahu siapa yang ada depannya. “Ayo masuk!” kata Isma, membuat Sahila tertegun. Wanita paruh baya itu tidak bertanya apapun tentangnya, bahkan tidak menginterogasinya dan malah memerintahkannya untuk masuk. Bukankah seharusnya Isma curiga kepadanya karena dia datang tidak membawa berkas-berkas apapun dan dia pun hanya orang asing. “Silahkan duduk!” kata Isma pada Sahila. Sahila melihat ke sana kemari. Ia bingung harus duduk di dimana. Tidak mungkin ia duduk di sofa yang begitu mewah. “Kenapa kau duduk di lantai?” tanya Isma saat Sahila duduk di lantai. Gaya berbicara wanita paruh baya itu begitu tegas. Namun tetap terdengar lembut, terlihat jelas wanita itu begitu penyayang. Hingga membuat Sahila begitu sungkan. “Ma-maaf, Ibu. Saya harus duduk di mana?” tanya Sahila terbata-bata “Duduk di sofa!” balas Isma. Dengan cepat, Sahila pun bangkit dari lantai. Kemudian ia mendudukkan dirinya di sofa walaupun dengan ragu-ragu. “Jadi kamu ingin bekerja di sini sebagai pembantu?” tanya Isma. Sahila mengangguk. “Ia Ibu, saya akan bekerja giat dan saya akan memastikan rumah Ibu rapi dan saya akan bekerja sebaik mungkin,” jawab Sahila dengan yakin . Isma mengangguk-nganggukan kepalanya. “Ayo ikut saya!” kata Isma tanpa basa-basi, ia langsung menunjukan tugas apa saja Yang harus di lakukan Sahila. Sahila pun mengikuti Isma yang sepertinya akan mengajaknya untuk berkeliling sebelum Sahila resmi bekerja. Waktu menunjukkan pukul 04.00 sore. Sahila tersenyum saat melihat paper bag di tangannya. paper bag itu adalah pemberian dari Isma yang berisi cemilan untuk Calista, karena Sahila memberi tau bahwa ia mempunyai seorang putri. Ya, barusan setelah ditunjukkan tugas apa saja yang harus Sahila lakukan, Sahila langsung memulai bekerja. Sebenarnya Isma sudah menyarankan Sahila mulai bekerja besok. Tapi seperti biasa, Sahila pantang menyerah. Hingga setelah ia mengerti tentang tugasnya, Sahila pun mulai bekerja. Walaupun pada menit-menit awal, dia sempat kesusahan karena tidak biasa melakukan pekerjaan rumah. Tapi pada akhirnya, ia berhasil melakukan semuanya, apalagi Isma sang tuan rumah mengarahkan Sahila, beruntung Sahila mendapatkan bos sebaik Isma. Bahkan, Sahila di perintahkan untuk tinggal di rumah Isma, apalagi wanita parubaya itu hanya tinggal seorang diri. •• Sahila terdiam di depan sebuah kedai makanan di mana kedai itu menjual sushi dan makanan Jepang lainnya. Ia merogoh sakunya lalu mengambil satu lembar uang. Tadi, saat pulang ternyata Isma memberikannya uang 100.000 rupiah untuk Sahila. Awalnya Sahila sudah menolak. Tapi ternyata Isma memaksa Sahila untuk menerima uang itu, hingga mau tak mau Sahila pun menerima uang tersebut. Walaupun awalnya ia merasa tidak enak. Dan sekarang, ia memutuskan untuk membeli makanan Jepang untuk Calista. 20 menit kemudian, ia keluar dari kedai tersebut, ia membawa satu paper bag yang berisi makanan Jepang yang telah ia beli, rasanya ia sudah tidak sabar untuk sampai di rumah dan memberikan makanan itu untuk Calista. Saat ia akan menyebrang, ia melihat seorang wanita sedang menelpon dan dari arah berlawanan, ia melihat mobil melaju kencang. Seketika itu juga Sahila langsung berlari, kemudian ia langsung mendorong tubuh wanita itu, begitupun Ia juga yang menghindar dari mobil tersebut, hingga akhirnya Sahila dan wanita itu selamat. Setelah menyelamatkan wanita, itu Sahila melihat ke arah tanah di mana paper bag yang ia pegang jatuh ke tanah dan isinya berceceran, dan tidak bisa ada yang di selamatkan. Ia menggigit bibirnya saat makanan Jepang yang ia akan berikan pada Calista sudah tidak bisa tertolong lagi. Naysila terpekik kaget,saat ada seorang wanita yang mendorongnya. Baru saja ia akan memarahi wanita itu, tapi ia menyadari sesuatu saat melihat mobil yang tadi melaju cukup kencang yang masih terlihat olehnya. Ternyata wanita yang mendorongnya adalah wanita yang menyelamatkannya. Seketika Naysila melihat ke arah Sahila, melihat siapa orang yang menolongnya. “Terima kasih!” ucap Naysila pada Sahila, hingga Sahila tersadar, kemudian menoleh membuat Naysila tertegun. kenapa wanita di depannya ini seperti ingin menangis, begitulah pikir Naysila. Sahila tersenyum kemudian mengangguk. “Sama-sama! kalau begitu aku permisi," pamit Sahila, Naysila mengerutkan keningnya ia menatap Sahila dengan bingung. Namun tak lama, ia melihat paper bag yang berada di tanah. Seketika Naysila mengerti apa yang terjadi, Ia pun langsung berbalik untuk mengganti makanan yang sudah tercecer tersebut. Namun ketika ia akan berbalik, Sahila sudah tidak terlihat di manapun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD