Sahila menyiapkan makanan dengan tubuh lemas, karena ia sama sekali tidak tidur semalaman, ia terus memikirkan Julius. Beberapa kali ia mencoba menghubungi suaminya. Tapi suaminya tidak mengangkat panggilannya.
Tak lama, ia melihat jam di dinding, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ia pun berbalik kemudian naik ke atas untuk membangunkan Calista karena putrinya itu harus pergi sekolah.
“Calista!” Sahila membuka pintu kamar putrinya, ia mengerutkan keningnya saat menemukan putrinya masih terbaring di atas ranjang. Padahal, biasanya Calista sudah bersiap seorang diri, dan biasanya pukul 07.00 Calista sudah turun ke bawah untuk sarapan dan pergi ke sekolah. Tapi kali ini, Calista masih terbaring dengan selimut yang menutupi tubuh mungilnya.
Sahila pun maju ke arah putrinya, kemudian ia langsung menundukkan diri di sebelah putrinya.
“ Calista, bangun yuk. Ini sudah jam 7!” Sahila mengusap punggung Calista dengan lembut, membangunkan sang putri. Namun tak lama, matanya membulat saat ia tanpa sengaja menyentuh kulit putrinya dan ternyata, tubuh Calista begitu panas.
“Calista ... Calista!” Sahila terus memanggil nama sang putri. Dengan panik, ia terus menepuk-nepuk pipi Calista. Kepanikannya semakin menjadi-jadi, kala Calista hanya membuka sedikit matanya. Secepat kilat, Sahila pun bangkit dari duduknya, kemudian ia mengambil ikat rambut milik putrinya lalu setelah itu menguncir rambut Calista.
Dan setelah itu, Sahila pun membopong tubuh putrinya lalu keluar dari kamar dan turun ke bawah. “Pak Imam ... Pak iman!” teriak Sahila, ia memanggil supir yang selama ini mengantarnya ke mana pun.
“Ya, Bu!” Pak imam yang mendengar teriakan Sahila langsung bergegas masuk ke dalam rumah.
“Pak anterin saya ke rumah sakit, Calista demam!” kata Sahila. Seperti biasa, ia selalu panik jika bersangkutan dengan sang putri.
Supir itupun mengangguk, kemudian langsung berlari menuju mobil diikuti Sahila di belakangnya.
***
“Bagaimana keadaan putri saya, dok?” tanya Sahila, ia langsung bertanya ketika dokter selesai memeriksa Calista begitu tiba di ruang IGD.
“Kami belum tahu, Bu. Kami akan memberitahukan kondisi putri ibu setelah hasil tes darah keluar,” jawab dokter tersebut membuat Sahila memejamkan matanya, kemudian mengangguk.
“Terima kasih, Dok,” balas Sahila, dokter pun mengangguk, lalu setelah itu dokter pergi dari ruangan meninggalkan Sahila dan Calista di ruangan tersebut.
Sahila mendudukan dirinya di kursi sebelah brankar, kemudian menggenggam tangan Calista. Hatinya benar-benar pedih saat melihat sang putri terbaring.
“Ayah ....” Gadis kecil itu mengigau, memanggil sang ayah membuat Sahila terperanjat kaget. Ia pun langsung bangkit dari duduknya, kemudian ia langsung melihat ke arah Calista.
“Calista!” panggil Sahila, ia mengusap lembut pipi putrinya. “Ayah ....” hanya itu yang Calista ucapkan, matanya terpejam. Namun, terlihat gelisah membuat hati Sahila berdesir pedih. Entah kenapa Tuhan memberikan cobaan yang bertubi-tubi.
Ia ditalak dan putrinya masuk rumah sakit, tentu saja itu pukulan terberat bagi Sahila. Sahila melepaskan genggaman tangannya, kemudian ia langsung merogoh tasnya. Lalu mengambil ponsel dan menelepon Julius, suaminya.
“Julius kumohon angkat!” ucap Sahila, ia benar-benar berharap Julius mengangkat panggilannya. Setidaknya untuk satu kali ini saja, ia berharap, Julius mau menemui putrinya, walaupun ia tau, itu adalah hal yang mustahil, tapi setidaknya dia sudah mencoba.
Namun, setelah beberapa menit berlalu. Julius tidak mengangkat panggilannya, membuat Sahila benar-benar putus asa. Sejenak, Sahila menurunkan ponsel dari telinganya.
Kemudian, mencoba menghirup napas sedalam-dalamnya lalu setelah itu ia pun kembali menelpon suaminya dan tak lama, terdengar suara berisik dari seberang sana, membuat Sahila menjauhkan ponselnya. Lalu melihat layar ponselnya, ternyata Julius mengangkat panggilannya.
“Julius ... Halo, Julius!” panggil Sahila, ia bahkan terpekik senang ketika Julius mau mengangkat panggilannya
“Hmm,” jawab Julius dari seberang sana, ia hanya menjawab ucapan Sahila dengan deheman.
“Julius, bisakah kau datang ke rumah sakit, Calista demam aku langsung membawanya ke rumah sakit, dia terus memanggilmu,” kata Sahila dengan penuh harap.
“Bukan urusanku dan aku tidak ada urusan dengan kalian. Kau dan putrimu harus segera meninggalkan rumah itu.” Setelah mengatakan itu, Julius pun menutup panggilannya, membuat tubuh Sahila terdiam mematung.
Napas Sahila tercekat, hingga rasanya ia kesulitan untuk bernapas. Apalagi mendengar tentang ucapan Julius yang mengusirnya. Bagaimana mungkin dia harus pergi dari rumah, sedangkan Calista tengah berada di rumah sakit.
Calista mengusap dadanya yang terasa pedih, bibirnya bergetar, matanya membasah. Ia ingin sekali menangis sekencang-kencangnya, kemudian ia menoleh ke belakang di mana Calista sedang terbaring di brankar.
Tidak, ia tidak boleh lemah walaupun ia terusir dari rumah yang selama 8 tahun ini ia tempati ia tidak boleh menyerah begitu saja, ia harus terus berusaha. Setidaknya, ia mempunyai ayah mertua yang masih berpihak padanya dan pasti mau menolongnya.
***
Julius mematikan panggilannya, kemudian melempar ponselnya ke belakang. Lalu setelah itu, ia mengajak Erika kembali untuk berbaring.
“Untuk apa dia menelponmu?” tanya Erika, istri keduanya
“Dia hanya mengatakan bahwa Calista sakit,” jawab Julius dengan malas. Terlihat jelas, ia begitu enggan menyebutkan nama putrinya, membuat Erika mengangguk-nganggukkan kepalanya.
“Lalu dia memintamu datang?” tanya Erika.
“Hmmm, tapi aku tidak menggubrisnya. Biarkan saja!” kata Julius. Pria itu menopang kepalanya dengan tangan, kemudian ia menatap Erika lalu mengelus pipi istri keduanya.
Ya, karena faktanya tanpa pengetahuan Sahila dan tanpa sepengetahuan ayahnya, Julius menikahi Erika sehari setelah menikahi Sahila, karena Erika lah wanita yang ia cintai, Erika juga adalah kekasihnya jauh sebelum ia menikah dengan Sahila.
Ibu dan kakaknya pun sudah mengetahui pernikahan Julius dan mereka lebih menyayangi Erika apalagi Erika dari kalangan terpandang, dan yang terpenting Erika lah pemenang hati Julius, lelaki yang terkenal sangat arogan.
Selama 8 tahun ini, Julius terpaksa harus menyembunyikan Erika dari sang ayah, karena sang ayah tidak menyukai Erika. Walaupun Julius dikenal sangat arogan. Tapi, jika ditanya siapa orang yang paling Julius takuti, yaitu Aiman Haidar, yang tak lain adalah ayahnya.
Bahkan karena desakan sang ayah, ia harus menikahi Sahila. Ayahnya mengancam, jika ia tidak menikahi Sahila dan tidak mau bertanggung jawab, ia akan mencabut semua fasilitas sang putra.
Itu sebabnya, selama ini, ia menyembunyikan pernikahannya bersama Erika. Tapi setelah 8 tahun berlalu, Erika mendesaknya ia tidak ingin terus menjadi istri siri. Ia ingin menjadi istri Julius yang resmi.
Itu sebabnya, Julius harus memutar otak bagaimana caranya menceraikan Sahila, tapi posisinya tetap aman dan sang ayah tidak akan murka kepadanya. Hingga pada akhirnya, setelah berpikir dan setelah berunding bersama ibu kakaknya dan juga Erika, Julius menemukan satu cara agar bisa terbebas dari pernikahan ini.
Walaupun memang pada awalnya selain karena desakan sang ayah untuk menikahi Sahila, dan pada akhirnya Julius bertanggung jawab, tapi seorang Julius tidak akan pernah membiarkan Sahila yang sudah menjebaknya hidup dengan tentram.
Itu sebabnya, Julius pun menggunakan pernikahan ini untuk menyiksa Sahila. Tapi karena Erika sudah tidak ingin lagi disembunyikan sebagai istri siri, akhirnya Julius pun juga harus mematuhi Erika untuk mengusir Sahila dari rumah yang selama ini ditempati oleh Sahila dan putrinya.
Dan ketika barusan Sahila menelepon, ia langsung menyuruh istri dan putrinya untuk pergi dari rumah itu, tanpa ada belas kasih sedikitpun.
“Setelah aku bercerai dengannya, kau berjanji kau harus mau mengandung!” kata Julius, karena memang selama ini Erika memakai pengaman. Ia tidak ingin mengandung anak Julius sebelum pernikahannya resmi.
Erika mencium bibir Julius sekilas. “Tentu, aku akan mengandung anakmu. Bahkan, aku ingin melakukan program bayi tabung agar anak kita bisa kembar,” jawab Erika. Julius merebahkan kepalanya, di bantal. Lalu, setelah itu ia menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya dan Erika.
BERSAMBUNG.