Prolog

211 Words
Kabut di kota Bogor selalu menjadi view yang dirindukan. Namun kabut juga yang menutupi keindahan kebun teh yang selalu menjadi pemandangan menarik bagi para wisatawan. Terutama wisatawan dari ibukota yang bosan dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang nyaris mereka temui setiap harinya.  Kabut.  Dia mengingatkanku akan seseorang. Seseorang yang begitu indah, seseorang yang selalu kurindukan. Seseorang itu jugalah yang telah menutup semua keindahan dalam hidupku, membuat hatiku membeku. Tak lagi ada kehangatan yang tersisa karena dia telah merengut semuanya tanpa bersisa. Dia datang bagai pelangi yang begitu indah, aku terlena akan keindahannya. Sampai aku lupa, pelangi akan pergi begitu saja dan tidak tahu kapan akan kembali.   Kamu adalah pelangi sekaligus kabut tebal dalam hidupku, yang tidak akan pernah aku lupakan.  *** " Galen?" Kedua tangan lentik wanita itu mengusap matanya, berharap penglihatannya tak salah. Berharap orang yang ia lihat bukan hanyalah sebuah khayalan belaka. " Mah. Aku mau ubi itu." Satu tangan mungil menarik-narik tangan sang wanita, membuat wanita itu menoleh pada laki-laki kecil yang sejak tadi duduk di sampingnya. " Boleh, Sayang tapi mamah... " Saat wanita itu kembali mencari keberadaan orang yang dilihatnya, sayangnya tak ada tanda-tanda pria itu di sana. Seketika ia menghela nafas dan bertanya-tanya pada dirinya... apakah hanya ilusi lagi? Tapi kenapa rindu ini semakin menyesakkan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD