Devina Namanya

1006 Words
Pov Raka Aku membalikkan tubuh, terlihatlah seorang siswi yang berlari menuju ke arahku. setelah diperhatikan ternyata itu adalah siswi yang tadi pagi memperhatikanku ketika mengobrol dengan Tio. "Kak Raka kan?" tanya Gadis itu memastikan sambil menunjuk ke arahku. "Iya...!" jawabku yang agak tergugup belum bisa menguasai diri. "Yang suka menulis cerita pendek di mading?" ujarnya lagi. "Iya," jawabku sambil mengulum senyum, sedikit ada kebanggaan dalam jiwa karena ternyata aku sangat terkenal. "Halo Kak, namaku Rita..." ujar Gadis itu mengulurkan tangannya. "Halo...!" jawabku seperti orang cengok yang kehabisan perkataan. "Oh iya Kak, Temenku ada yang mau kenalan sama kakak." ujarnya membuatku menelan ludah, karena itu tidak sesuai dengan ekspektasi. "kakak tunggu dulu di sini sebentar!" lanjut Rita sambil merapatkan tangan di dadanya, kemudian dia pun berlalu menuju ke arah samping tembok,, tak lama dia pun kembali dengan menggandeng temannya, yang tadi pagi sama-sama memperhatikanku. Gadis yang digandeng Oleh Rita, terlihat malu-malu bahkan dia beberapa kali menepis tangan Rita, membuatku mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Kak, ini temenku yang mau kenalan sama kakak," ujar Rita setelah berada di hadapanku. Aku hanya manggut-manggut, sambil tersenyum sedikit merasa malu karena menjadi salah tingkah, tanpa tahu harus berbuat apa. Rita terlihat tersenyum-senyum bagai mak comblang yang sedang mengenalkan kedua pasangan. "Kak aku duluan ya....!" ujarnya lagi sambil berbisik sama temannya, entah apa yang dia sampaikan aku tidak mendengar. namun terlihat Gadis itu tersenyum tipis, kemudian Rita pun berlalu, membuatku hendak menghentikannya tapi dia sudah jauh duluan. Tinggallah aku dan siswi yang belum aku ketahui namanya, kita terdiam agak lama menatap kepergian Rita sampai orang itu tidak terlihat ditelan oleh belokan koridor sekolah. Setelah Rita Tak Terlihat Lagi, aku membalikan tatapanku ke arah samping, di mana ada seorang gadis yang sedang berdiri. Dia terlihat malu-malu dan terlihat Salah Tingkah, bibirnya terus terukir oleh senyum, matanya yang indah menatap wajahku, tangannya terus bertautan memijit-mijit jari yang mungkin terasa sakit. Dia manggut, kemudian tersenyum, kakinya terlihat bergetar seperti sedang menguatkan agar tubuhnya tetap berdiri. aku terus memperhatikan tingkah laku gadis polos itu, membuatku sedikit mengulum senyum, merasa lucu dengan kelakuan salah tingkahnya. Lama terdiam, akhirnya Siswi itu mengulurkan tangan. "Devina," ujarnya singkat sambil menundukkan kepala, namun matanya terus melirik ke arahku. "Raka...!" jawabku sambil menggenggam tangan Devina, membuat jantungku berdegup kembali, karena baru sekarang aku bisa menyentuh tangan selembut Sutra. Keadaan pun Hening kembali, seperti kehabisan pembicaraan, padahal kita hanya baru saling memperkenalkan nama. aku memindai area sekitar mencari cara agar bisa menyembunyikan kegelisahan, Begitu juga dengan Devina yang terlihat terus memainkan jari jemarinya, kakinya pun tidak mau diam, seperti tidak nyaman berdekatan denganku. padahal dia lah orang yang pertama yang mengajakku berkenalan. "Kelas berapa Devina?" tanyaku memecahkan heningnya suasana. "Kelas sepuluh B, Kak." jawab Devina diakhiri dengan senyum tipis membuat hatiku berdebar. "Oh, 10B," ujarku sambil manggut-manggut seperti orang yang sangat mengerti, padahal aku tidak mengerti sama sekali. "kok belum pulang?" aku bertanya kembali. "Belum dijemput," jawabnya yang terlihat malu-malu, Devina seringkali menundukkan pandangan, tapi matanya terus menatap ke arahku. "Berarti belum dijemput ya?" "Belum....!" jawabnya sambil menggelengkan kepala. Merasa kaku dan canggung, akhirnya aku menemukan ide, aku melihat jam yang ada di tanganku, lalu menetap kembali ke arah Devina. "Dev, kalau aku balik duluan nggak apa-apa kan?" "Nggak apa-apa kok," jawabnya seperti biasa diakhiri dengan senyum tipis. "Daaaah...!" ujarku yang tak tahu harus berkata apa lagi. "Daaaah.., juga!" jawab Devina sambil Melambaikan tangan. Aku membalikkan tubuh, ingin segera pergi dari tempat itu. bukan tidak senang berbicara dengan Devina, tapi rasanya lututku terasa lemas ketika berhadapan dengan cewek seimut Devina, namun Entah mengapa kepalaku seolah sudah tidak mematuhi perintah, dia malah menoleh ke arah belakang, sehingga membuat Gadis itu Melambaikan tangan kembali sambil tersenyum seperti penuh kebahagiaan. Aku mempercepat langkah, agar segera sampai ke parkiran takut pingsan. tidak lucu juga kali, kalau aku harus sampai terkapar hanya baru disapa oleh seorang Junior. Sesampainya di parkiran, Aku mengeluarkan motor dari barisan motor-motor yang terparkir, kemudian menghidupkannya lalu menarik tuas gas membelah panasnya Kota Jakarta. ~ Malam hari di kamarku yang berantakan, seperti kamar anak lelaki pada umumnya. aku terus memperhatikan hasil tulisanku yang baru saja di print, membaca kembali agar ketika ada kesalahan tulis atau kesalahan kata, bisa aku revisi dengan cepat. karena sekarang aku sangat yakin dengan aku menulis, aku bisa dikenal oleh satu cewek cantik yang bernama Devina. "Kayaknya karakter Cowoknya harus dirubah sedikit agar kelihatan cool, berwibawa. tapi segini juga udah cool sih, mendingan aku menulis kejadianku yang baru saja aku alami." gumamku sambil menyimpan hasil print-an di dekat printer, Besok aku akan membawanya ke sekolah. kemudian duduk di atas kursi menghadap kembali layar laptopku. Jari jemariku mulai menari di atas keyboard, menuliskan kejadian pertama kali bertemu dengan Vina. [Hari ini gua kenalan sama cewek, ini momen yang paling penting banget, momen yang harus dicatat di memori sebagai momen yang paling penting dalam hidup Raka Aditya, di tahun 2023. karena Penantian selama satu tahun setengah lebih, akhirnya ada juga cewek yang mau mengajakku berkenalan,] tulisku dalam Microsoft Word. Namun ketika hendak melanjutkan kembali tulisan, telingaku menangkap sesuatu yang sangat bising dari lantai bawah, karena terdengar suara teriakan Kak Vira yang menirukan suara musik, pasti dia sedang berjoget menari kayak cacing kepanasan di depan layar handphonenya. Dengan segera Aku meninggalkan tempat duduk, lalu berlari menuju ke arah tangga yang kebetulan berada di tengah rumah, sehingga dari atas tangga saja terlihat Kak Vira yang sedang menarik dengan kostum anehnya, di telinga mbak Vira terlihat headset yang melingkar. "Mbak....! Mbak Elu berisik banget sih...! lagian aneh saja, sudah suaranya dimasukkan ke telinga dikeluarkan lagi lewat MV player yang sangat kencang." bentakku yang merasa kesal karena terganggu, namun orang yang diingatkan seolah Acuh dan cuek, melanjutkan aktivitasnya yang sedang menari sambil membalikan tubuh. tapi ketika dia melihat ada adiknya yang berdiri di tangga, dia pun berhenti kemudian melepaskan headset-nya. "Matiin apa musiknya, Berisik tahu Mbak...! nggak tahu apa orang lagi nulis," bentakku yang mendapat celah untuk meluapkan amarah. "Eh, eh, lu jangan panggil gua Mbak...! panggil gua artis, artis vira Atmajaya!" jawabnya yang berteriak pula kemudian dia pun melanjutkan kembali aktivitas berjogetnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD