bc

Loss of Destiny

book_age18+
402
FOLLOW
1.6K
READ
contract marriage
scandal
badboy
drama
lonely
like
intro-logo
Blurb

Pertemuan kita bagaikan semilir angin yang datang dan pergi sesukanya. Kadang terasa sejuk dan mampu mengukir senyuman. Namun, juga mampu menusuk dalam hingga meremukkan tulang. Jika boleh memilih, aku tidak ingin menjadikanmu satu dari sekian banyak perjalanan yang disebut MASA LALU.

Our story start from here.

My Destiny is gone.

chap-preview
Free preview
1.
Di mimpiku kamu nyata, di anganku kamu ada, di dalam do'a ku kamu selalu terucap. Namun, ditakdirku kamu hanyalah bayangan semu yang tak kan pernah ku temukan. (Loss of Destiny) ----------------------------------------------------- Derap langkah puluhan siswa memenuhi koridor utama Yongguk High School. Sebuah sekolah terbaik di Seoul, Korea Selatan. Sekolah dengan kapasitas murid paling sedikit di antara banyak sekolah lainnya. Bagaimana tidak? Hanya segelintir orang yang mampu menduduki bangku sekolah di sini. Salah satunya, seorang gadis cantik bermata hazel dengan rambut lurus dan bergelombang di bagian bawahnya. Gadis yang bernama Choi Hyunmi yang kini berada di tahun terakhir sekolahnya.  Hyunmi bukanlah gadis yang berasal dari keluarga kaya raya yang mampu masuk sekolah mana saja dengan mudah. Dia bisa memasuki sekolah ini berkat kapasitas otaknya yang melebihi rata-rata. Meskipun berasal dari keluarga yang biasa saja, Hyunmi tetap menjadi salah seorang murid paling cerdas yang dibanggakan guru. "Yya!! Hyunmi Choi!!" Hyunmi menoleh saat seorang gadis meneriakinya dari ujung koridor. Gadis itu segera berlari dengan senyum merekah. Melihat itu, bibir Hyunmi reflek membentuk lengkungan indah yang membuatnya semakin cantik. "Ada apa, nona Park Sooyoung?" Park Sooyoung, satu-satunya siswi yang menjadi teman sekaligus sahabat Hyunmi. Yah-- well ? Kalian tau kan maksudnya. Di sini, kasta tetap berlaku. Hyunmi yang hanya berasal dari kalangan biasa dan masuk dengan jalur beasiswa tidak memiliki banyak teman. Tapi, semua itu tak masalah baginya. Toh,masih ada Sooyoung dan sebentar lagi dia akan segera lulus. "Kau lapar? Ayo,makan!!" Sooyoung menggandeng tangan Hyunmi dengan antusias. Gadis itu tampak berbeda hari ini dan Hyunmi bisa merasakannya. Hyunmi melepaskan rangkulan Sooyoung dengan lembut dan menatap gadis itu lamat. "Kau aneh. Apa terjadi sesuatu?" Hanya mencoba memastikan jika sahabatnya ini baik- baik saja. Maksudnya, jika terjadi sesuatu dengan Sooyoung, Hyunmi ingin menjadi orang yang paling Sooyoung butuhkan. Sama seperti dirinya yang sering dikuatkan Sooyoung, maka Hyunmi akan melakukan hal yang sama. "Kentara sekali ya?" Hyunmi mengangguk. Jelas, Sooyoung tidak dapat menyembunyikannya dari Hyunmi. Kemudian, gadis itu memberi isyarat agar Hyunmi mendekat ke arah nya. Mengatakan sesuatu tepat pada telinga Hyunmi.  Tak percaya. Satu kata setelah kalimat itu diucapkan Sooyoung, Hyunmi menganga tak percaya sambil menatap sahabatnya itu lekat-lekat. Sedangkan yang di tatap hanya menyengir tanpa dosa. "Serius?!??!" Hyunmi kembali memastikan bahwa pengdengarannya tidak salah. "Kau tak percaya?!? Aku juga. Tapi ini memang nyata." Hening. Kedua nya sama - sama terdiam. Sibuk berkelana dalam pikiran masing-masing. Hingga detik ke tujuh,keduanya saling tersenyum dan berpelukan. "Baguslah. Selamat! Katakan pada kekasihmu itu aku akan menghajarnya jika dia berani macam-macam!" Sooyoung kembali tersenyum. Dan hal itu mampu membuat Hyunmi tersenyum. Sesederhana itu. Tapi,ia hanya ingin senyuman itu yang selalu ia lihat. Sooyoung adalah orang yang paling Hyunmi sayangi. Gadis itu seperti keluarganya yang paling berharga. *** Jam istirahat sudah berakhir sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, seorang pria berbadan tegap masih setia berdiri menatap keindahan kota Seoul dari rooftop sekolah. Wajahnya bercahaya akibat sinar matahari Seoul yang terik. Juga rambut kecoklatannya yang berterbangan karena terpaan angin yang begitu sejuk.  Damai. Itu yang di rasakannya saat meniup udara dari sini. Seolah ia bisa melupakan semua masalahnya walaupun sejenak. Satu helaan napas berhasil pria itu hembuskan. Tapi, sakit di hatinya tetap tidak bisa ia hilangkan. Lelaki itu mencoba menutup matanya rapat. Menikmati angin yang datang seolah merayunya untuk tetap di sini. Hingga perlahan mata itu kembali terbuka saat sang empunya merasakan kehadiran seseorang. Ia tersenyum pada gadis yang kini menatapnya malas. "Kau datang." Yang ditatap memutar bola matanya jengah. Sudah hafal dengan segala sikap pria ini. Saat ada masalah,selalu begini. "Aku bolos karenamu!!" Si pria hanya mengeluarkan cengiran bodohnya tanpa bersalah. Ia sengaja mengajak gadis itu bolos agar bisa menemaninya di sini.  "Noona juga tidak akan menyesal kan?" Setelah kata itu berakhir,tak ada lagi yang berbicara. Keduanya sama-sama diam. Mata mereka terfokus pada jajaran tinggi gedung yang terhampar luas di depan mata. Hingga sepuluh detik setelahnya, sang gadis membuka suara. "Ada apa lagi?" Merasa berbicara dengannya, pria yang tadi sibuk menikmati pemandangan itu segera menoleh. Tepat saat itu juga mata keduanya bertemu satu sama lain. Tak ada kecanggungan di antara mereka saat mata itu saling mengunci. Seolah semuanya sudah biasa dan tidak terlalu di permasalahan. Hyunmi segera menyudahi tatapan mereka saat tau apa yang dimaksud pria di sampingnya ini. Dari matanya, jelas terlihat kegelisahan di sana. Dan Hyunmi tau siapa penyebab dari semua kegelisahan itu. "Dia lagi?" Diam. Si pria langsung mebuang wajah ke arah lain.  "Jeon Jungkook!! Dia lagi? " Jungkook tetap diam saat suara Hyunmi naik satu oktaf. Tangan nya mengepal begitu erat hingga memerah. Melihat itu,Hyunmi segera menarik adik kelas sekaligus sahabat prianya ini ke arah bangku di dekat sana. Jungkook hanya diam saat tangan Hyunmi menarik lembut tangannya. Saat gadis itu menyuruh nya duduk, Jungkook menurut tanpa kata sedikitpun. Setelah di rasa nyaman, Hyunmi kembali angkat bicara. "Kau kenapa lagi, Jeon Jungkook ?" "Aku merindukannya." Suara itu terdengar lirih di telinga Hyunmi. Ia mengenal Jungkook dua tahun terakhir. Pria itu adalah adik kelasnya yang sekarang berada satu tingkat di bawahnya. Jungkook adalah satu -satunya pria yang mau berteman dengan Hyunmi. Mereka bertemu saat Jungkook menjadi siswa baru. Pertemuan mereka hanya sebuah cerita yang klise. Saat Hyunmi di kurung di gudang akibat ulah teman sekelas yang tidak menyukainya,Jungkook datang menolong Hyunmi dengan menobrak pintu gudang. Akibatnya, pria itu harus menerima hukuman dari guru karena merusak peralatan sekolah. Semenjak itu, hubungan keduanya semakin dekat. Saat istirahat,Jungkook selalu mengajak Hyunmi makan di kantin bersama,mengantar gadis itu pulang dengan mobilnya. Tapi,Hyunmi selalu menolak dengan alasan dia tidak ingin di serbu oleh fans-nya. Wajar saja,pria seperti Jungkook memiliki panyak penggemar karena wajah nya yang tampan. Dan Hyunmi tidak ingin terkena masalah lagi hanya karena dia dekat dengan Jungkook. Satu tahun terakhir, Hyunmi tau jika pria itu menyukai seorang gadis secara diam-diam. Gadis yang mampu menghapus senyuman Jungkook dalam sekejap. Gadis yang selalu membuat mata Jungkook bersinar saat menceritakannya. Jungkook bilang, dia terlalu takut mengatakannya. Entah siapa gadis itu,yang jelas dia adalah gadis beruntung yang bisa di cintai Jungkook. "Kalau rindu temui dia, jangan di pendam." Jungkook menatap Hyunmi lagi. Entah berapa kali dia menatap seniornya hari ini. Tapi, tak apa. Di mata Hyunmi, dia bisa melihat ketenangan yang di butuhkannya, kehangatan dan kenyamanan yang selalu di lihatnya saat menatap mata ibunya. Mereka sama. Mampu memberikan apa yang Jungkook butuhkan. Dan dia suka semua itu. "Tidak bisa. Aku tidak bisa, noona." Hyunmi menghela napas pasrah. Jika begini, dia tidak bisa memaksanya lagi. Jungkook itu orangnya keras kepala. Jadi, apa pun yang menurutnya benar,tidak bisa dibantah lagi. Tiba-tiba Jungkook menggeser duduknya sedikit lebih jauh dan meletakkan kepalanya di atas paha Hyunmi yang sebagian terekspos. Refleks,gadis itu terkejut. Tapi,dia tetap membiarkan pria itu melakukannya. Hyunmi tidak akan melarang,karena dia tau Jungkook membutuhkannya. Hyunmi juga bisa merasakan berada di posisi Jungkook saat ini. Kita mencintai seseorang yang bahkan tak sudi melirik pada kita. Memperjuangkan seseorang yang jelas-jelas memperjuangkan orang lain. Ya,mereka sama. Mencintai dalam diam. "Kau sudah tidur?" Hyunmi memastikannya setelah diam selama lima menit. Tapi,Jungkook hanya membalas ucapan Hyunmi dengan gelengan lemah. Perlahan ,tangannya memainkan rambut Jungkook yang begitu lembut. Ia dapat mencium aroma shampo pria itu. "Kadang aku penasaran, gadis seperti apa yang kau sukai? Siapa dia? Apa dia baik?" "Hmm." Hyunmi tersenyum. Tangannya masih setia memainkan rambut Jungkook. "Apa dia bisa membuatmu bahagia?" "Hmm" "Dia cantik ?" Mata yang semula nya terpejam, akhirnya terbuka. Jungkook kembali pada posisinya semula. Kini, sepenuhnya pandangan pria itu menatap lurus ke depan. Jungkook tersenyum, seolah yang ada di depannya adalah gadis yang Hyunmi maksud. "Hmm. Dia adalah gadis paling cantik yang pernah kutemui." "Yang kedua?" "Eomma." "Yang ketiga?" "Eomma." "Yang keempat?" "Masih eomma." Hyunmi mulai kesal. Dasar pria tidak peka!! Hyunmi bertanya agar dia tau nomor berapa dia menurut Jungkook. " Nomor lima? Juga eomma? Nomor enam? Tujuh? Delapan? Lalu aku nomor berapa?!?!" Mendengar rengekan Hyunmi, Jungkook langsung tertawa terbahak-bahak. Wajah gadis itu sungguh lucu di saat - saat seperti ini. "Noona itu spesial. Nomor seratus, mungkin??" "Dasar!! Aku tidak akan membantumu lagi!!" Keduanya sama- sama terkekeh geli. Jika sudah seperti ini,mereka akan lupa pada waktu. Serasa dunia ini milik berdua.  Tak terasa,mereka menghabiskan waktu selama tiga jam di rooftop sekolah. Selama itu hanya diisi dengan tawa Hyunmi saat Jungkook memperlihatkan ekspresi teman-temannya yang sangat aneh dan mampu mengundang tawa. *** Seorang gadis berambut pendek sebahu tengah duduk di bangku penonton di lapangan basket outdoor sekolah. Matanya mengikuti setiap dentuman dan arah bola bewarna orange itu pergi. Memperhatikan segerombolan siswa laki-laki yang fokus latihan. Lengkungan indah di bibir tipis gadis itu terukir jelas saat seorang pria berjalan mendekat ke arahnya. Pria berkulit pucat itu juga ikut tersenyum sambil sesekali menyapu keringatnya yang sudah sebesar jagung. Saat sang pria sudah berada tepat di depannya, ia memberikan sebotol air mineral yang sengaja ia beli sebelum ke sini. "Kenapa di sini?" Si pria meneguk air mineral itu hingga habis. Kemudian,matanya menatap gadis cantik berambut pendek itu dengan senyuman yang tak pernah hilang. "Aku bosan. Lagipula siapa yang mau menyiakan pemandangan seperti ini?" Keduanya terkekeh pelan.  "Aku tau aku memang tampan." "Cih!! Percaya diri sekali." "Wah!! Kau tak percaya? Lihat saja ke arah sana." Si gadis mengikuti kemana arah tangan prianya menunjuk. Seketika itu,matanya terkunci pada segerombolan gadis di pojok kanan lapangan. Sebagian dari mereka terlihat kesal sambil melihat ke arahnya,sebagian ada yang iri, dan sebagian juga ada yang meneriaki nama pria di hadapannya ini seperti orang kesurupan. Mata gadis itu semakin terbelalak kaget saat matanya tak sengaja menangkap sosok gadis yang ia kenal. Gadis itu tengah memegang sebuah botol mineral dan sedang melirik ke arahnya. Gadis yang menjadi rivalnya selama satu tahun. Gadis yang tidak pernah di duga akan masuk dalam deretan fans pria yang kini menjadi kekasihnya itu. Mata mereka saling bertatapan,membuat keduanya sama-sama terkejut. "Tidak mungkin." TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Unpredictable Marriage

read
280.7K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.5K
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.0K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.4K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.3K
bc

Fake Marriage

read
8.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook