Bab 4 : Tak perhatian

1018 Words
Setelah sampai kebun teh, mereka turun dan disambut oleh orang bule yang berniat membeli sebagian kebun teh milik Aslan. Aslan menyalami mereka dan salah satu bule muda menatap Bella karena paras wanita itu benar-benar kebulean. Bella berdiri dibelakang Aslan, ia menunduk tak mau memandang mereka. "Sudah lama tidak bertemu?" tanya Arthur, dia adalah bule Amerika yang akan membeli kebun teh itu. "Benar, terakhir kali saat kita pesta minum wine," timpal Aslan. "Perkenalkan, ini William, dia putraku yang akan mengelola kebun teh ini." Aslan menjabat tangan William, William berusia sekitar 25 tahun. Saat mereka bersalaman, mata William memandang Bella dan membuat Aslan sedikit kesal. Aslan melepaskan jabat tangannya lalu memperkenalkan Bella sambil merangkulnya. "Ini Dasabella, dia istriku," ucap Aslan. Entah mengapa Bella nampak senang karena Aslan memperkenalkan dirinya sebagai seorang istri. Bella tersenyum ramah kepada mereka. Setelah itu mereka mengelilingi kebun teh, Aslan dan Arthur berada di depan sedangkan Bella berjalan berdampingan dengan William. Aslan menerangkan secara detail pada Arthur tentang kebun teh miliknya. Bella yang perutnya sangat besar membawa dua bayi dalam rahimnya sangat kesusahan berjalan apalagi jalan itu masih bebatuan. "Sebagai seorang suami yang baik harusnya dia menyuruhmu menunggu di mobil atau pondok," ucap William. Bella tersenyum, ia tak menggubris ucapan William. "Bell, cepat!" teriak Aslan. "Iya, tuan." Aslan menatapnya jengah lalu melanjutkan berjalan dengan Arthur. Arthur pun juga merasa aneh dengan Aslan. Bella dengan kesusahan berjalan mendekatinya namun tiba-tiba William menarik tangannya. "Akan ku antar kau ke pondok. Tunggulah di sana! Kebun teh ini sangat luas, kaki mu akan sakit jika mengikuti kami." Bella melepas tangan William, ia tersenyum kecil. Paras bule itu memang sangat tampan dengan rambut cokelatnya, mata birunya juga menatap dengan hangat. "Terima kasih, tapi aku harus ikut suamiku." Bella sedikit berlari mengejar Aslan, William menatapnya dengan heran. Aslan menoleh saat Bella sudah ada disampingnya dengan nafas yang ngos-ngosan. Arthur melihatnya sangat iba. "Aslan, apa kita duduk sejenak saja? Istrimu sepertinya kelelahan," ucap Arthur. "Tidak, berjalan sangat baik untuk ibu hamil. Dia juga pemalas jadi biar dia mengikuti kita," jawab Aslan. Arthur memandang William yang sudah menatap tajam Aslan. Putranya itu seolah ingin sekali memukuli Aslan saat itu juga namun Arthur menggeleng karena mereka tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Mereka melanjutkan perjalanan, kali ini Aslan menggandeng tangan Bella namun tetap merasa tidak kasian pada Bella yang sudah sangat kelelahan. Di depan sana ada gubuk dan mereka memilih beristirahat. Bella sangat haus sekali, William memberinya air minum di dalam tasnya tapi ditolak oleh Aslan. "Maaf, istriku tidak bisa minum air sembarangan," ucap Aslan. "Ini hanya air putih biasa," jawab William. Aslan memandang wajah Bella yang hanya diam dengan bibir yang pucat, ia pun juga menjadi tidak tega. Aslan merebut air putih itu dan memberikannya pada Bella. Bella meminumnya dan tidak lupa berterima kasih. Setengah jam kemudian. Setelah meninjau kebun teh milik Aslan, William yang akan mengelolanya membatalkan untuk membelinya. Aslan cukup kecewa, satu jam dia mengoceh dan menjelaskan panjang lebar tapi William tidak jadi membelinya. Aslan tersenyum kecut memandang kepergian dua bule itu lalu memandang Bella yang juga memperhatikan mereka. "Ini semua gara-gara kamu mereka tidak jadi membeli kebun tehku," ucap Aslan. Bella hanya diam, ia langsung ikut masuk ke mobil. Aslan menunjukan wajah yang kecewa sambil memandang kaca mobil. Bella tidak tahu harus melakukan apa karena ia juga tidak tahu letak kesalahannya di mana. Dalam perjalanan, Aslan memandang sebuah hotel kecil yang berjejer, entah mengapa rasa dingin yang menusuk membuat nafsunya keluar. Tidak ada istri pertamanya di sini melainkan hanya ada Bella. "Ibnu, berhenti di salah satu hotel itu," ucap Aslan. Pak Ibnu mengangguk, Bella hanya bingung kenapa harus mampir ke hotel. Setelah mobil terparkir di salah satu hotel, Aslan mengajak Bella untuk keluar dari mobil. Bella mengikuti langkah Aslan yang masuk ke bagian lobi dan memesan satu kamar yang terbaik. Setelah membayar lalu menerima kunci, Aslan dan Bella masuk ke kamar itu. Bella masih tidak mengerti, ia hanya bisa memandang Aslan yang melepas jaketnya dan duduk di tepi ranjang. "Mau sampai kapan berdiri di sana?" tanya Aslan. "Mau apa, tuan?" "Jangan berlagak bodoh! Tidak ingat saat 8 bulan yang lalu kamu mencoba menggodaku saat mabuk? Sekarang lakukanlah hal yang sama waktu dulu!" Bella mundur, trauma p*********n itu masih membekas dipikirkannya. Mengingat sikapnya Aslan saat itu membuatnya sangat takut. Aslan mengernyitkan dahi, ia mendekati Bella yang bersandar di pintu yang ketakutan. Aslan mengunci tubuhnya, ia memandang Bella, hawa nafsu sudah menutupi semuanya bahkan Bella juga berdegup kencang karena ia tak munafik jika memang menyukai Aslan. "Kamu cantik juga," bisik Aslan. Aslan mulai mencium bibir Bella dan melumatnya sampai habis, Bella mencoba mengikuti permainan lidah Aslan yang nampak manis. Ciuman mereka berlangsung selama 5 menit dan setelah itu Aslan menuntunnya di atas ranjang dan terjadilah malam kedua bagi mereka. Setengah jam kemudian. Aslan sudah memakai bajunya, ia lalu menatap layar ponsel dan berkirim pesan pada Kanya. Bella yang sudah bersiap untuk pulang sedikit cemburu karena Aslan tersenyum bahagia jika berkomunikasi dengan Kanya. Tentu saja, Kanya adalah istri pertama Aslan sedangkan Bella hanyalah istri kedua yang tak diharapkan. "Bell, kita mampir ke toko bunga. Aku mau membeli bunga untuk Kanya," ucap Aslan. "Baik, tuan." Setelah keluar dari hotel, mereka menuju toko bunga. Aslan nampak berseri-seri yang jelas membuat Bella semakin sedih. Andai saja kebahagiaan Aslan adalah untuknya, tapi semua tidak mungkin. Sesampainya di toko bunga. Bella membantu memilihkan bunga, Aslan setuju dan langsung membayarnya. Menunggu Aslan membayar, Bella melihat bunga favoritnya, bunga mawar putih dengan harum yang semerbak. Aslan mencari keberadaan Bella, ia melihat Bella tersenyum sambil menciumi bunga itu. "Mbak, tolong bungkuskan bunga itu juga!" ucap Aslan. "Baik, Pak." "Bell, ayo ke sini!" teriak Aslan. Bella meletakan bunga itu dan menghampiri Aslan. Dia berdiri di samping Aslan sambil melirik bunga yang di bawa Aslan untuk Kanya. "Ini bunganya, Pak." Bella melihat bunga favoritnya yang sudah dirangkai secantik mungkin. Dia pikir Aslan akan memberikan untuknya tapi ia sudah besar kepala duluan lalu terjatuh sejatuh jatuhnya. "Ini untuk Kanya, dia juga suka bunga mawar putih ini. Tolong bawakan!" ucap Aslan. DEG! Bella berusaha untuk tersenyum lalu membawa bunga itu. Tak mungkin Aslan juga memberikannya bunga. Apa yang kamu harapkan, Bell? Dia tak mencintaimu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD