TUAN SOMBONG

793 Words
Flashback on. Seorang gadis sibuk menghitung uang kembalian dari tukang ojek, tanpa sadar gadis itu lari ke tengah jalanan. "Haii Paakk kembalianya kurang!" teriak gadis itu di tengah jalan tapi pak ojek sudah jauh. Ciiit! Terdengar suara decitan rem. Tiit! Tiit!  Suara nyaring klakson mobil masih tidak bisa membuat gadis itu menepi, dengan penuh amarah Arjuna keluar dari mobil mendekati gadis itu dan memutar balikan badan gadis itu dengan kasar. "Telingamu budek atau kamu sudah bosan hidup?" tanya Arjuna dengan wajah merah padam. "Sebentar! Uang kembalianku masih kurang tapi tukang ojek itu pergi begitu saja." Gadis itu menggerutu masih sibuk memperlihatkan uang kertas yang ada di tanganya tanpa melihat bagaimana wajah garang Arjuna. Tanpa bicara Arjuna merampas uang itu lalu meremasnya dan membuang ke tepi jalan. "Heiii itu uang bukan sampah!" Gadis itu melotot ke arah Arjuna lalu mengambil uang uang di tepi jalan yang di buang Arjuna tadi. Arjuna mengeluarkan lembaran uang merah dari dompetnya lalu melemparkan uang itu tepat di wajah gadis itu. Pak Min keluar dari mobil datang pada Arjuna. "Nak Juna, tidak ada gunanya meladeni gadis ini ambulans sudah jauh di depan membawa jenazah Nyonya Yasmin kita harus menyusul secepatnya sampai di pemakaman," Arjuna dan Pak Min pergi meninggalkan gadis itu, tidak terima dengan penghinaan Arjuna yang melemparkan uang ke wajahnya, gadis itu menarik lengan Arjuna dan menyodorkan uang tadi ke d**a Arjuna. "Heeii Tuan Sombong aku tidak butuh uangmu, bawa uangmu itu bersamamu aku tidak sudi menerima uang darimu," cerocos gadis itu. Arjuna tidak punya banyak waktu ia masuk ke dalam mobil dengan Pak Min, andai tidak dalam situasi seperti ini Arjuna pasti sudah memberikan pelajaran pada gadis itu. Ya, hari ini memang hari yang sangat kelam untuk Arjuna, ia harus kehilangan satu-satunya orang yang dia sayangi, Yasmin Danendra Ibunya. Setelah berjuang melawan penyakitnya bertahun-tahun pada akhirnya Tuhan lebih sayang sehingga memanggilnya kembali. Tapi bukan itu yang ada dipikiran Arjuna, semua ini terjadi gara-gara Ayahnya yang pergi meninggalkan Ibunya karena tergoda oleh wanita lain, tidak hanya itu Ayahnya lari dengan meninggalkan hutang perusahaan dan membawa kabur beberapa surat tanah dan itu membuat Ibunya shock sehingga sakit-sakitan, sehingga Arjuna harus mati-matian melunasi agar perusahaan tidak jatuh ke tangan lain dan berusaha mengumpulkan pundi-pundi lagi untuk biaya pengobatan Ibunya, Arjuna selama ini di bantu oleh Pak Min yang merupakan asisten pribadi Ayahnya yang sekarang telah menjadi asisten Arjuna. Pemakaman berjalan takzim, sesekali terlihat Arjuna menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk matanya, Arjuna ikut menurunkan jenazah Ibunya ke liang lahat setelah itu Arjuna naik ke atas kemudian di tutup dengan papan dan tanah, Arjuna berusaha tegar melepaskan Ibunya. Selesailah pemakaman, para pelayat berpamitan dan pergi meninggalkan pemakaman, Arjuna duduk di dekat nisan Ibunya menaburkan bunga di puasaranya "Mungkin inilah jalan yang terbaik untuk Ibu, Ibu tidak lagi merasakan sakit, semoga Ibu tenang di Alam sana, Aru sayang Ibu, Aru pulang dulu," ucap Arjuna mengusap nama Ibunya di nisan lalu menciumnya. Arjuna kemudian berdiri dan meninggalkan pusara Ibunya. ********** Dalam ruangan yang gelap hanya terpasang lampu kecil warna orange, dengan penuh kebencian Arjuna menancapkan pisau pada foto seseorang lalu mencabut pisau itu kemudian menancapkanya lagi, diulanginya beberapa kali sampai gambar wajah orang dalam foto itu rusak. Tiba-tiba pikiran Arjuna teringat pada gadis yang membuatnya kesal tadi siang, gadis dengan tinggi 160cm, mata indahnya, rambut lurus panjang yang di ikat dengan sedikit poni menyamping ke kanan, memakai celana jeans, kemeja kotak-kotak kancing tidak terpasang dengan kaos di dalamnya, membawa ransel coklat di punggung dan kamera yang dia kalungkan di lehernya, siapakah gadis itu? Arjuna keluar dari ruangan gelap itu, berjalan menuju kamar Ibunya, Arjuna membuka pintu berjalan menuju lemari kemudian dibukalah pintu lemari, Arjuna menyentuh baju-baju Ibunya lalu menutup pintunya kembali, Arjuna mengambil frame foto di meja dekat ranjang diciumlah foto Ibunya, hatinya benar-benar merasa kosong, Arjuna meletakkan kembali frame itu. Bagi Arjuna sekarang tidak ada yang penting lagi dia tidak lagi mempunyai tujuan hidup orang-orang yang ia sayangi semua telah pergi. Ia masuk ke dalam kamarnya mencari-cari sesuatu, Arjuna membuka lemari dengan cemas ia mengacak-acak semua lipatan baju, semua baju jatuh ke lantai matanya tertuju pada sebuah sapu tangan yang terselip di lipatan baju yang jatuh, Arjuna mengambil sapu tangan warna biru itu, ia membukanya terdapat sulaman nama 'Aru' di pojok sapu tangan. Arjuna menyentuh sulaman namanya dengan senyuman yang mengembang, di ciumnya sapu tangan itu lalu ia bawa ke tempat tidur ia merebahkan badanya di atas ranjang. Arjuna memejamkan matanya tapi bayangan orang yang di bencinya tiba-tiba hadir, Arjuna membuka matanya ia merasa gelisah, secepat kilat ia bangun lalu membuka laci lemari kecil dekat ranjang dengan tergesa-gesa, ia menemukan barang itu, Arjuna menghisap serbuk putih yang terdapat pada lembaran kertas kecil kemudian ia menyuntikkan obat tidur ke lenganya, tidak lama kemudian Arjuna terlelap. Arjuna sedang mangalami masa-masa yang sulit, dimana dia sendiri tidak tau tujuan hidupnya untuk apa dan untuk siapa? Dengan harta yang banyak tidak bisa membuatnya hidup dengan bahagia, jiwanya selalu di liputi kegamangan kgelisahan kekosongan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD