Keyli kembali terpaksa membenamkan diri dalam rutinitas kerjanya, setelah kedatangannya ke kantor Leonor sia-sia, ia harus tetap bertahan hidup. Sebuah shift malam yang terasa semakin berat. Lopita mencuci piring dengan tidak semangat di dapur depot tempatnya bekerja. Pikirannya terus melayang pada bayangan putrinya yang menari-nari di pelupuk mata, memicu gelombang kerinduan yang mengikis jiwanya hingga ke tulang. Ia tentu saja sedih, bahkan hancur. Leonor sama sekali tidak menganggapnya ada, bahkan seolah Keyli tak pernah menjadi bagian dari hidupnya—apalagi menjadi ibu dari anaknya. Penolakan di lobi tadi masih terasa begitu nyata, sebuah pukulan telak yang menghempaskan semua harapannya. Padahal, Keyli benar-benar hanya ingin bertemu dengan putrinya. Hanya sekilas pandang, sebuah pe

