PART 6

2013 Words
Renjana datang dari arah belakang. Arunika sebenarnya sangat terkejut dengan kedatangan pria yang masih berstatus suaminya ini. Dengan segera, wanita cantik ini menetralkan keterkejutan di wajahnya. Ia tak ingin lengah sedikit pun. Menghadapi dua manusia yang tega menghinatinya harus dengan pikiran bukan sibuk menangis dan meratapi nasib yang kini menimpanya. "Lima belas juta rupiah untuk semua belanja di paper bag itu. Aku sudah mengeceknya pada pemilik Butik Cantik di Yogyakarta. Sore ini uangnya harus ada. Jika tidak, maka ini akan jadi kasusmu, Mas. Menggelapkan uang kantor." Tanpa ekspresi Runi mengatakannya. Kedua orang dihadapannya sangat terkejut dengan apa yang diketakan Runi. Benar, sosok yang lemah lembut itu telah berubah. Renjana dan Jelita terkejut mendengar semua ini. Keduanya tidak menyangka jika Runi bergerak dengan cepat. Bahkan tahu detail tentang pengeluaran yang ia ambil secara diam-diam. Jika sudah begini, tidak akan ada yang tahu nasib keduanya. Pun dengan keseriusan sosok wanita yang sangat dicintai oleh Renjana itu memperkarakan masalah ini ke ranah pihak berwajib. Arunika telah berubah sangat drastis. Bukan tanpa sebab dan alasan. Wanita cantik itu sangat benci jika dibohongi. Pengorbanannya selama ini untuk berbakti pada suaminya sia-sia. Belum lagi, tekanan dari Bu Yanti dan kata-kata kasar untuk dirinya. Tidak hanya kata-kata kasar, sering kali wanita paruh baya itu mempermalukannya dihadapan orang banyak. Bu Yanti sering kali menampar pipi Arunika jika ada masalah kecil. Arunika melangkah meninggalkan kedua manusia tidak tahu diri. Dengan cepat, wanita cantik ini memasuki ruangannya. Ruangan kerja yang dulu pernah dipinjamkan pada suamina--Renjana. Dulu, dia yang mengatur segala sesuatu di sini. Tujuannya adalah agar sang suami betah dan berkonsentrasi saat bekerja. Kini, semuanya telah berubah sangat jauh. Runi harus cepat mengambil alih semuanya sebelum keserakahan keluarga suaminya mendahului langkahnya itu. Kali ini Runi sadar, sekian lama tidak datang ke kantornya, semua telah berubah. Tidak ada lagi foto dirinya bersama sang suami. Justru foto wanita itu yang ada. Ketiganya terlihat bahagia dalam sebuah bingkai foto. Runi muak dan ingin membuanganya. Semua hal yang berhubungan dengan kedua penghianat itu harus dibersihkan dari pandangannya. Tak ingin melihatnya, Runi meminta Pak Sapto, seorang petugas kebersihan di kantornya untuk mengemas semua barang-barang milik Renjana dan Jelita. Dia sudah muak dengan kepalsuan sang suami. Di depannya baik dan seolah tidak terjadi apa-apa, tetapi kenyataan memperlihatkan lain. Mereka tampak saling mencintai satu dengan lainnya. Munafik tidak ada cinta hingga bisa menghadirkan sosok anak di antara keduanya. Runi tak ingin berlama-lama di kantor. Emosinya sedang tidak stabil. Indah, sang adik ipar membuatnya bertambah emosi. Entah perempuan ini ada di mana, karena mulai besok Indah akan di tempatkan di gudang tidak lagi di bidang keuangan. Sangat membahayakan perusahaan jika sosok adik iparnya masih saja berada di keuangan. Ia akan menguras habis semua uang milik perusahaan ini. Hal itu yang tidak diinginkan oleh Runi. Usahannya juga dibantu oleh sang papa tidak boleh hancur ditangan orang lain. Lama berpikir, akhirnya Runi memutuskan untuk pergi ke salon. Pilihannya jatuh pada 'La Series' salah satu salon ternama di Solo. Setelah reservasi, ia segera pergi menuju tempat itu. Dengan merawat diri, semoga saja bisa menstabilkan emosinya hari ini. Sudah sangat lama, ia tidak lagi datang ke salon hanya sekadar untuk merawat diri. Bu Yanti selalu menghalangi dan melarangnya untuk ke salon. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang ternyata membuatnya melihat kedua orang menyebalkan itu. Mereka berboncengan layaknya sepasang kekasih. Saat di lampu merah, sengaja Runi membuka kaca jendelanya, dan menoleh ke arah dua orang itu. Mereka terkejut dan fokus memandang ke depan. Takut jika akan keluar sebuah penghinaan yang keluar dari mulut Runi. Wanita itu tidak sedang bercanda. Ada denyut sakit di d**a, melihat kedua orang itu. Runi memilih mengabaikannya saat ini. Fokus pada tujuan awal, menyelamatkan semua asetnya dari jarahan orang-orang tak punya hati. Saat ini dirinya ingin refresing sejenak. Menenangkan diri dengan mengunjungi salon. Harus dalam keadaan tidak tertekan agar bisa memikirkan langkah selanjutnya. Lawannya bukan orang lain melainkan suaminya dan keluarganya. Bu Yanti sedari tadi mondar-mandir seperti setrika. Dia cemas menunggu anak laki-lakinya dan Jelita. Ingin tahu apa yang terjadi. Sebab, Indah mengirimkan pesan jika telah terjadi keributan di kantor karena kedatangan Jelita. Wanita paruh baya itu takut hal buruk terjadi pada putra dan menantu kesayangannya yang telah memberikannya seorang cucu yang sangat cantik. Baginya kehadiran cucu sangatlah penting sebagai generasi penerus untuk melanjutkan usaha. Tanpa sadar perusahaan itu adalah atas nama Arunika. "Dari mana saja kamu ini?!" bentak Bu Yanti pada Arunika saat baru saja masuk ke dalam rumahnya. Seperti orang kesurupan Bu Yanti berteriak di depan muka Runi. Arunika mengernyit heran. Ada apa dengan mertuanya ini? Marah tidak jelas dan tanpa sebab. Tak berapa lama, Renjana datang bersama dengan Jelita. Bagi Runi inilah waktu yang tepat untuk membuat mereka syok. Semua mata tertuju pada penampilannya kali ini. Runi sangat cantik, bahkan lebih cantik dari sosok Jelita. Renjana memandang penih cinta ke arah sosok sang istri pertamanya. Runi segera mengalihkan pandangannya. "Karena semua sudah berkumpul, saya akan memberikan berita bahagia." Wajah ketiga orang di depan Runi tampak bingung." Besok, Reno, pengacara saya akan datang. Tujuannya adalah menjadi pengacara saya untuk membantu membenahi semua aset. Termasuk kantor, mobil, rumah, dan apartemen. Oh, ya, apartemen itu sudah saya jual pada Reno. Kemarin dia sudah menstransfer sejumlah uang," lanjut Runi membuat Bu Yanti dan Jelita pias seketika. Tepat sekali. Ketiga orang di depannya pucat pasi. Ada bahagia di hati Runi. Terlebih melihat mertuanya seperti orang linglung. Ternyata ucapan dusta tentang aparteman yang dijual membuat Bu Yanti pucat seletika. Dua wanita berbeda generasi itu harus diberi kejutan agar sadar diri. Seenaknya saja memberikan asetnya pada orang lain tanpa sepengetahuannya. "Oh, ya, dokumen dan sertifikat apartemen yang asli masih di bank. Apartemen itu sengaja atas nama Reza. Ya, untuk jaga-jaga saja jika ada yang curang." Pedas kata-kata yang keluar dari mulut Runi."Kalian semua bersiaplah," lanjutjutnya dengan tersenyum lebar penuh kepuasan. Bu Yanti semakin pias. Ia mengartikan kata-kata Runi dengan mempersiapkan dirinya untuk masuk penjara. Wanita paruh baya itu mendadak pucat dan pias. Takut jika harus menghabiskan sisa umurnya dengan masuk penjara. Beliau tidak mau seperti itu. Hal ini tidak boleh terjadi. Jelita pun demikian, dirinya merasa sangat takut. Selama ini terlalu menganggap remeh sosok Arunika. Ternyata istri pertama Renjana itu bukanlah sosok yang lemah. Justru sebaliknya, dengan uang dan kekuasaan, juga relasi yang dimilikinya, bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Runi tidak lagi tahan dengan wajah mereka yang terlihat lucu. Hiburan tersendiri saat melihat ketiga orang itu pucat pasi. Darah mereka seperti tidak mengalir sama sekali. Lucu sekali. Melihat wajah mereka seperti itu adalah momen yang sangat langka. Renjana pun sama halnya, wajahnya menyiratkan ketakutan. Harus dan wajib takut, apa yang dilakukan di belakang wanita yang telah setia mendampinginya itu harus mendapatkan balasan yang setimpal. "Tidak bisakah kita bicarakan baik-baik masalah ini?" tanya Renjana dengan wajah memelas. Wajah penuh penyesalan yang tidak akan mempengaruhi Arunika sedikit pun. "Tentang apa?" Runi bertanya dengan nada sesantai mungkin. Pun dengan nada bicaranya yang masih dibuat lembut seperti dulu. Seperti mendapat angin segar, Renjana segera memegang tangan Runi. Sayang sekali, tangannya ditepis kasar oleh Runi. Pria berlesung pipi ini terkesiap mendapat perlakuan seperti ini dari Runi. Sosok wanita yang pernah disakiti oleh Renjana itu merasa jijik ketika bersentuhan dengan sosok yang masih sah menjadi suaminya. Pemandangan itu tak luput dari mata kedua wanita beda generasi. Bu Yanti ingin sekali marah. Berbeda halnya dengan Jelita yang dilanda rasa cemburu yang luar biasa. Renjana sangat jarang bersikap romantis pada dirinya. "Rumah tangga kita. Bisakah kita berbicara tanpa emosi?" Sebisa mungkin Renjana mengatakannya dengan lembut. Ia berharap Runi mau diajak berbicara dengan tenang untuk mencari solusi bersama. "Rumah tangga? Apakah waktu kamu menikah lagi berbicara terlebih dahulu dengan baik-baik padaku? Hah! Lucu sekali, mengapa baru sekarang ingin bicara baik-baik? Kemana mulutmu selama ini?!" bentak Runi dengan nada tinggi. Seenaknya saja mengajak berbicara perihal rumah tangga sementara dirinya berhianat dengan membagi cintanya pada wanita lain. Runi kali ini sangat tegas menjawab perkataan suaminya yang seenaknya saja. Bu Yanti hanya diam tidak berani ikut campur seperti yang biasa yang dilakukannya. Mendadak ruangan ini menjadi hening. Tidak ada yang bersuara. Semua sibuk dengan pikiranya masing-masing. Renjana mengacak rambutnya kasar. Jelita juga tak kalah bingung. Sebab, apa yang dikatakan oleh Bu Yanti tentang Runi tidaklah benar. Runi wanita yang hebat. Kini nasibnya dan rumah tangganya berada di tangan wanita yang dulu dianggapnya lemah. "Mbak Runi, di sini sayalah yang salah. Jadi mohon maafkan saya," kata Jelita dengan anggun. Perkataan Jelita membuat semua orang memandang ke arahnya. Wanita cantik itu berharap Arunika tidak lagi emosi. Runi menatap adik madunya dengan tatapan hendak menerkam. Jelita bergidik ngeri saat dirinya beradu pandang dengannya. Lebih baik menunduk dan menerima segala ucapan dari Runi. Sekali pun sangat menyakitkan hatinya. Semua mau tidak mau harus diterimanya dengan lapang. "Jangan menjadi pahlawan kesiangan. Munafik!" Hanya itu yang keluar dari mulut Runi."Dan lagi, jika aku bersikap baik, kalian semua akan merongrongku dan menguasai semuanya 'kan?!" lanjutnya dengan nada yang sudah naik satu oktaf. Arunika segera menaiki tangga dan memasuki kamarnya. Ia ingin membersihkan diri. Sia-sia saja hasilnya dari salon untuk perawatan tubuhnya. Sebab, sampai rumah selalu saja begitu. Masalah dan masalah selalu datang. Mereka sepertinya tidak bosan membuat masalah di rumah ini. Saat hendak mandi, Renjana memasuki kamar. Wajahnya tampak lelah dan tertekan. Wanita cantik ini mengabaikan kedatangan suaminya. Merasa diabaikan, pria berlesung pipi ini mendekati sang istri. Memeluknya dari belakang, dan mengecupi rambut wangi sang istri. Dengan kasar, Runi melepaskan pelukan sang suami. Tenaganya bertambah berkali-kali lipat saat sedang emosi. "Aku sungguh minta maaf. Kejadian ini murni kesalahanku yang tidak mempunyai ketegasan. Tolong jangan usir Ibu dan adikku," pinta Renjana bersimpuh di kaki Runi. Renjana sengaja merendahkan diri di depan sang istri dan mengakui semua kesalahannya. Runi menanggapinya dengan biasa saja. Tidak ada lagi rasa belas kasihan untuk sosok yang sedang bersimpuh di kakinya. Dirinya justru merasa jijik dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Semuanya tidak akan terjadi jika sosok yang sangat dicintainya itu jujur dan terbuka sejak awal. "Siapa yang mau ngusir mereka, silakan tinggal di sini kalo betah. Aku hanya ingin mengurus semua aset milikku." Sengaja Runi menekan kata aset milikku. Tujuannya agar Renjana menyadari jika selama ini dirinya hanya menumpang saja. Renjana terkesiap mendengar jawaban dari sang istri. Ternyata di luar dugaannya. Tidak diusir melainkan seluruh aset adalah milik Runi. Artinya dia dan ibunya hanya menumpang. Ya, dengan kata lain Runi berbaik hati menampung mereka sementara hingga suatu saat bisa diusir dari rumah ini. "Oh, ya, Mas, baju-baju kamu tolong dipindahkan. Kamar ini sekarang milikku. Terserah kamu mau tidur di mana, tapi tidak di kamar ini." Kata-kata Arunika sangat menusuk hati Renjana." Kalo malam ini tidak selesai, besok aku panggil Mbok Sum untuk membantu," lanjut Runi sambil melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Runi segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi dengan cepat. Mandi adalah pilihan terbaik untuk menyegarkan badan dan pikiran. Setelahnya ia akan memesan makanan melalui sebuah aplikasi online. Selesai dengan rutinitas mandi, ternyata Renjana telah menghilang dari kamar ini. Lebih bagus seperti ini, karena melihat wajah Renjana membuat sosok wanita lemah lembut itu menjadi mual. "Runi, dia sudah tahu jika kita mencuranginya, Bu," Sayup-sayup terdengar suara Renjana sedang berbicara dengan Bu Yanti. Runi memutuskan untuk menguping pembicaraan kedua orang itu. Tanpa pikir panjang, Runi segera merekam mereka. Rekaman ini akan digunakan sebagai bukti. Kecurangan mereka tidak akan dibiarkan oleh Runi. Ia segera menyalakan video pada ponselnya. Wajah mereka tampak serius saat Runi merekam keduanya. Tidak menyangka jika mereka pun bekerja sama untuk mengambil aset-aset miliknya. Runi pikir hanya ibu mertua dan Indah saja, tetapi suaminya juga ikut terlibat. "Dia ga akan tahu. Ibu pernah mengambil uangnya sebanyak seratus juta, juga sertifikat tanah yang di Klaten. Lumayan kalo kita jual pasti milyaran. Terlebih harga tanah sekarang mahal." Bu Yanti mengatakannya dengan bahagia tanpa sadar ada yang sedang mendengarkan mereka berdua. Ucapan Bu Yanti membuat d**a runi berdetak lebih cepat. Seenaknya saja hendak menjual tanah yang dibeli oleh papanya. Harus diberikan pelajaran yang menyakitkan rupanya agar wanita tua itu menyadari kesalahannya. Tidak sekarang, Runi harus bersabar menunggu waktu yang tepat. Waktu yang tepat untuk membuat mereka tidak berkutik sama sekali. Mereka memang tidak bisa didiamkan. Otak kriminal mereka pasti akan menginginkan aset dari keluarga Runi. Kurang ajar sekali wanita tua itu! Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD