Part 4

1361 Words
Jelita bingung dengan keadaan yang terjadi. Jika dulu bisa meminta apa pun dari suaminya, sekarang pasti tidak lagi. Dia terlalu bodoh mau saja mengikuti saran dari Bu Yanti. Dulu mertuanya itu memamerkan semua kesuksesan Renjana. Membuat matanya silau akan harta yang dimiliki oleh laki-laki berlesung pipi itu. Tidak menyangka kini dirinya kena batunya. Akibat gegabah saat mengiakan bujuk rayu sang mertua. Tanpa pikir panjang, Jelita mengiakan saja bujukan Bu Yanti. Rasa untuk Renjana belum sepenuhnya padam saat itu. Kadang hatinya berharap bisa berjodoh dengan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya. Namun, kali ini dengan cara yang salah. Membuat sang suami menghianati istri pertamanya. Pun dengan dirinya yang bagaikan makan buah simalakama. Selama perjalanan, Jelita bingung memikirkan rumah tangganya. Ingin mengajukan gugatan cerai, tetapi ia urungkan. Renjana merupakan pohon uangnya saat ini. Ada dua adiknya yang masih kuliah. Butuh biaya yang besar untuk menyelesaikan kuliahnya hingga lulus. Pun dengan kondisi keuangan keluarga besarnya yang kacau. Tidak mudah mendapatkan uang untuk biaya kuliah kedua adiknya itu. Pak Wiryo, ayahnya saat ini sakit-sakitan sejak tertipu hingga milyaran rupiah. Bisnis jual beli sapi yang ditekuninya hancur seketika. Hingga saat ini penipu tersebut belum ditemukan jejaknya. Sungguh malang nasib keluarga Jelita. Entah bagaimana ceritanya, sang ayah menyanggupi bekerja sama dengan orang yang baru saja dikenalnya. Semua aset milik beliau dipercayakan pada orang itu. "Bu, sudah sampai," kata pengemudi ojek online. Lamunan Jelita seketika buyar mendengar teguran dari pengemudi ojek online. "Oh, maaf, saya malah ga sadar," jawab Jelita sambil mengeluarkan pecahan uang dua puluh ribu rupiah. Pengemudi ojek online hanya tersenyum menanggapi penumpangnya. Setelah membayar ongkos dan berterima kasih, Jelita langsung memasuki gerbang sekolah tempatnya mengajar. SD Negeri 4, di sini tempat pertama kali Jelita mengajar sejak dinyatakan lolos menjadi ASN. Usaha yang luar biasa agar diterima menjadi ASN. Tidak banyak rekan kuliahnya dulu yang diterima menjadi ASN saat mengikuti tes bersama dengan wanita cantik itu. Dirinya termasuk salah satu yang beruntung. "Bu Jelita tumben terlambat?" tegur Pak Kepala sekolah yang kebetulan sedang di luar ruangannya itu. "Em ... maaf, Pak Rudi, saya tadi ada urusan. Lupa mau memberi kabar," jawab Jelita dengan nada takut. Takut mendapatkan sanksi pelanggaran kedisiplinan. "Ya, sudah, guru piket sudah menggantikannya sampai jam sembilan nanti." Pak Rudi berlalu setelah mengatakannya. Malas mendengar alasan yang mengada-ada dari Jelita. Sosok yang dikenal suka tidak profesional dalam urusan pekerjaan dan rumah tangganya. Jelita memasuki ruangan kantor guru. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Akan sulit menghadapi Arunika, terlebih wanita itu bukan orang sembarangan. Dia memiliki uang dan kekuasaan. Renjana saja kalah jika dihadapan istri pertamanya itu. Harta yang dimiliki Arunika sangatlah banyak. Pikiran Jelita tertuju pada Bu Yanti yang membohonginya. Dia tak mengira jika begitu mudahnya tertipu bujuk dan rayu Bu Yanti. Jelita bahkan percaya jika Renjana sudah tidak mencintai Arunika lagi. Kenyataannya salah! Laki-laki itu sangat mencintai kakak madunya. Sama halnya dengan Jelita, Bu Yanti juga pusing menghadapi perubahan sikap menantunya. Arunika bahkan tak segan-segan mengingatkan masa lalunya sebagai buruh cuci. Kalimat yang sangat menyakitkan hati. Juga banyaknya bantuan yang sudah digelontorkan untuknya dan adik-adik Renjana. "Runi, Ibu minta maaf ya atas perlakuan Ibu selama ini," kata Bu Yanti ketika Runi hendak membuka pintu rumah. Runi tidak menanggapinya sama sekali ibu mertuanya itu. Renjana, putra sulung Bu Yanti akhirnya pergi ke tempat pabrik boneka dengan menggunakan motor bututnya. Mobil Kijang Inova dan Honda Brio, keduanya disita oleh Arunika. Indah, adik Renjana juga gagal merampok uang tiga ratus juta rupiah. Selama ini Runi diam karena tidak ingin ada perdebatan. Akan tetapi kali ini semuanya membuat amarahnya tidak bisa ditahan lagi. Rencananya uang itu akan digunakan untuk membangun rumahnya di desa. Bu Yanti tidak mengira jika Arunika tahu jika Indah hendak menarik uang itu dari tempat usahanya. Gagal total semua rencananya. Gaji Jelita juga sudah habis untuk mencicil tagihan bank orang tuanya. Mertua Runi bingung hendak mencari uang kemana lagi. "Minta maaf saja tidak cukup untuk semua kebohongan yang Ibu lakukan." Nada suara Runi bergetar saat mengatakannya."Saya akan mengusut semua ini," lanjutnya sambil membuka pintu. Bu Yanti kaget, Arunika telah berubah. Dia tidak bisa lagi mengendalikan menantunya. Renjana juga menjauhinya sejak kemarin. Wanita paruh baya ini berpikir jika anak sulungnya butuh waktu untuk sendiri. Bukan hanya butuh waktu, tetapi membenci ibunya dan kedua adiknya. Di kantor tempat pemasaran boneka, banyak karyawan yang memandang aneh ke arah Renjana. Pasalnya kemarin baru saja mengunakan mobil barunya. Mendapat tatapan seperti itu membuat Renjana malu. Ia melangkahkan kaki menuju ruangannya. Ruang pimpinan yang seharusnya milik Arunika. Dua puluh menit menyetir mobil miliknya, Arunika sampai di kantor. Saat menoleh ke jok belakang ada barang yang membuatnya mengerutkan dahi. Segera keluar dan memeriksa barang itu. Benar saja, itu adalah baju-baju baru keluaran butik ternama di Yogyakarta. 'Pasti milik Jelita.' gumam Arunika. Seluruh staf menatap penuh hormat pada Arunika. Selain baik, wanita ini juga dikenal sabar. Mereka tidak tahu jika hari ini, Runi telah berubah total. Bukan Runi yang mereka kenal dulu. Runi lebih tegas pada siapa pun. Masalah yang menderanya membuat sikapnya berubah. "Pak Rafi, tolong siapkan rapat mendadak seluruh staf juga harus ikut!" perintah Arunika pada Pak Rafi, orang kepercayaannya. Pak Rafi bergegas menyiapkan apa yang diperintahkannya. Menghubungi masing-masing bagian dikantor ini. Semua karyawan terkejut dikumpulkan secara mendadak seperti ini. Mereka takut, jika terkena PHK. Sebab Runi tidak mengatakan agenda rapat hari ini. "Senang, ya, duduk di kursi saya?" tanya Arunika pada sang suami. Renjana terkejut dengan kedatangan istrinya. Tergopoh menyambut kedatangan sang istri. Sayang, saat menyentuh lengannya, tangan kokoh Renjana ditepis dengan kasar oleh Arunika. Hanya helaan napas yang keluar dari mulut pria bertubuh atletis dengan senyum yang menawan ini. "Kamu datang kok ga bilang-bilang, tahu gitu tadi bareng aja naik motor. Biar romantis," kelakar Renjana membuat Runi mual seketika. Arunika sibuk memindai seluruh isi ruangannya. Matanya terkunci pada satu titik. Kumpulan mainan anak balita. Entah, sejak kapan ada di sana. Bisa dipastikan jika Jelita sering datang ke ruangan ini. "Emm ... itu mainan milik Kumala," kata Renjana karena tidak enak melihat Runi seperti itu. "Oh, ya, tolong singkirkan semua barang-barang milikmu. Mulai hari ini aku yang akan memimpin kantor ini." Telak dan menyakitkan ucapan dari Arunika. Rapat berjalan dengan tenang. Arunika menyampaikan banyak hal jika mulai hari ini dia yang akan memimpin kantor ini. Alasannya banyak kebocoran keuangan yang tidak masuk akal. Banyak sekali yang janggal. Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. "Oh, ya, karena kita semua sudah seperti keluarga, maka saya akan mengumumkan bahwa suami saya Renjana Agung sudah menikah lagi secara diam-diam di belakang saya." Seluruh karyawan terkejut mendengar perkataan pemilik usaha ini. Mereka menyadari jika wanita yang sering datang ke kantor ini bukanlah saudara yang seperti dikatakan oleh Pak Renjana. Seluruh orang yajg ada di ruangan ini menatap berbisik-bisik mengenai kebohongan laki-laki berlesung pipi itu yang kini menundukkan wajahnya. Banyak mata memandang rendah pada Renjana. Pria itu sangat malu ditatap seperti itu oleh seluruh bawahannya. Banyak tatapan sinis yang tertuju padanya.Tak tahan akhirnya, ia pergi meninggalkan rapat itu. Pikiran Renjana sangat kacau. Rupanya Arunika tidak bercanda dengan apa yang ia ucapkan. Pertanda perang akan segera dimulai. Di hatinya terukir nama Arunika, hanya saat ini Kumala mengalihkan duninya. Balita imut itu selalu menghiburnya. Dengan canda tawa dan celoteh lucunya membuat rasa lelahnya seketika hilang. Rasa untuk Jelita sebenarnya sudah tidak ada lagi. Mereka bersama hanya karena adanya Kumala. Seringnya bersama dengan Kumala membuat rasa itu kembali ada. Hanya saja, dia merasa aneh saat Jelita hamil. Ada aura cantik yang keluar saat menatap wanita cantik itu. Bersama dengan Arunika selama lima tahun belum juga berhasil. Namun, dengan Jelita langsung berhasil. Renjana masih berpikir postif, jika Tuhan memberikan amanah itu. Kenyataannya dia tidak menyadari jika selama ini Runi berjuang sendirian. Indah mendapatkan tekanan yang begitu berat di kantor. Terlebih Arunika meminta semua data keuangan dari empat tahun lalu. Mau tidak mau, wanita culas itu harus memberikan datanya. Arunika tersenyum puas melihat adik iparnya gelagapan. Semua kecurangannya berhasil dibongkarnya. "Sialan!" gerutu Indah saat memasuki ruangan miliknya. "Kenapa?" tanya Ibra salah satu rekannya. "Itu nenek lampir satu, dah kayak macan mau lahiran. Bawaannya ngamuk mulu," jawab Indah dengan masih bersungut-sungut. Ibra hanya tersenyum melihat temannya kebingungan. Bukan rahasia lagi jika Indah suka menekan teman-temannya dengan dalih adik dari pemilik kantor ini. Sekarang, lihatlah dunia seakan terbalik. Dia tertekan dan mengenaskan. Semua berubah begitu cepat sejak saat ini. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD