Tubuh besar itu masih terus terpejam dengan damai. Berbagai alat medis untuk menompang kehidupannya selalu terjamin oleh dokter terbaik dan kini sudah hampir 5 bulan sejak kejadian itu, nyatanya Stefannus Prayudho, tidak kunjung membuka mata. “ Sampai kapan kamu akan seperti ini, nak?” wanita paruh baya itu, menghapus lelehan air matanya, menatap sang putra perih. “ Apakah kamu tidak berniat membuka mata dan melihat mamamu ini?” jemarinya yang mulai menua menggenggam erat jemari besar Stefan, menyalurkan hawa panas untuk sang putra. Dengan penuh harap sang putra merasakan kehadirannya. “ Apakah disana lebih menyenangkan daripada disini?” Pintu ruang VVIP itu terbuka, Tantowi Prayudho, ayah dari pasien yang terbaring diatas bangkar itu menatap muak akan kelakuan isrin

