Bumi Satria Nugraha

1971 Words
Bumi Satria Nugraha “ Bawa berkas untuk meeting kita dengan klient yang dari Jepang beserta beberapa referensi.” Ucapnya singkat. Tak lama kemudian pintu diketuk dengan nyaring, seorang gadis berusia awal dua puluhan itu tersenyum lima jari setelah dipersilahkan masuk. “ Ini berkas yang Tuan minta sekaligus referensi dari tender-tender besar serupa yang telah kita golkan. ” Gadis yang baru seminggu diangkat menjadi sekretaris itu meletakkan berkas yang Bumi minta diatas meja. Senyum lebar lima jari menghiasi wajahnya sembari terus menatap wajah Bumi yang serius membaca berkas yang baru diterimanya. “ Apa yang kamu lakukan disini?” Akhirnya setelah beberapa lama, Bumi merasa risih dengan gadis satu ini. “ Saya menunggu perintah dari anda selanjutnya Tuan Bumi.” Senyum lima jari itu sama sekali tidak luntur dari wajahnya. Dengan gemas Bumi meletakkan pena yang tadi dia pakai ke atas meja dengan keras. “ Apakah kamu akan terus berdiri disana jika saya tidak memberikan perintah apapun?” “ Tentu saja, Saya sekretaris anda jadi saya bekerja dibawah perintah anda.” Percaya diri sekali gadis tidak berguna satu ini dan kini senyum lebar yang Bumi pikir manis itu terlihat seperti senyum orang terbodoh didunia. Sialan kenapa sekretaris pengganti Rinto Harahap harus seperti ini?! Sabar Bumi, jangan membuat anak gadis orang menangis. Ingat anak ini belum genap satu bulan menjadi Sekretarismu. “ Kembalilah ke mejamu, Sekarang!” usirnya sabar. “ Baik Tuan.” Gadis itu menganggukkan kepalanya dan pergi setelah dengan halus Bumi memintanya. Sialan sekali Gandhi, kenapa dia memilih anak kemarin sore yang tidak bisa bekerja dan bisanya hanya menampilkan senyum bodohnya! Pastikan nanti Bumi untuk menegur pria tua satu itu. Bernafas panjang sebelum mata itu kembali fokus. Mata Bumi bergerak dengan cepat menyerap setiap informasi yang ada dalam berkas tersebut.  Setidaknya dia sangat berterima kasih pada ingatan fotografisnya yang amat tajam  itu. Cabang perusahaan Nugraha yang berada di Singapura memang lebih mengedepankan eksport dan import barang mentah sedangkan cabang Nugraha yang ada di Indonesia memegang sport shoes untuk pangsa pasar Eropa dan untuk pertama kalinya  mereka mendapatkan klient dari negeri ‘Matahari terbit’ itu. Mungkin Income bagi perusahaan tak sebesar dari Eropa tapi apa salahnya dia bisa memperluas jaringan bisnis bukan. Suara intercom berbunyi dan suara sang sekretaris mengalun. “ Meeting akan segera dilaksanakan 10 menit lagi diruang meeting tiga, Tuan Bumi.” “ Ya.” Bumi segera membereskan semua berkas yang sempat dia pelajari tadi. Dengan langkah tenang dia menyusuri tiap kubikel tanpa peduli pandangan beberapa karyawati yang menaruh minat padanya terlebih lagi pada wajah tampan Khas Asia yang dia miliki serta mata tajamnya yang mampu membunuh lawan hanya dalam sekali tatap. “ Silahkan.” Sang Sekretaris membukakan pintu meeting untuknya dan di ruangan itu telah terisi beberapa orang mulai dari manager produksi, Senior Supervisor, beberapa team Leader serta Leader QC. Tak lama kemudian klient mereka dari Jepang mulai memasuki ruangan. Ramah tamah hanya berlangsung singkat kemudian berganti dengan layar proyektor yang mulai menyala ditengah gelapnya ruangan. ‘ Run’ merek sepatu baru itu mulai memenuhi layar. Kemudian gambar itu memilah menjadi dua bagian. Upper dan Bottom yang memakai bahan sintetis berkualitas tinggi dan mempunyai bobot standart dan lentur pada bagian Bottomnya. Pada bagian Outsol mengunakan pulyrethine yang tergolong mahal dan mempunyai masa expired. Bumi meraih sepatu sport yang diulurkan oleh Manager Produksi dan mencoba memakainya. “ Sangat nyaman dan outsol sepatu sangat pas untuk beban pergelangan kaki.” Ucapnya setelah memakainya untuk berlompat lompat kecil di ruangan meeting itu. “Ya, kenyamanan konsumen adalah yang utama. Kami harap produksi produk kami mempunyai kualitas mumpuni dibandingkan produk kami yang produksi di Vietnam tahun lalu.” Ucap salah satu juru bicara pihak Jepang. “ Ya kami pastikan. Ini adalah kerjasama kita yang pertama dan kami harap akan ada kerja sama untuk tender berikutnya.” Ucap Bumi tegas. Ruangan meeting kembali menyala dengan terang. Acara meeting berjalan lancar dan sangat singkat karena janji temu pihak Jepang dengan investor mereka yang ada di Indonesia. “ Untuk schedule pengiriman apakah tidak terlalu singkat, Tuan?” tanya salah seorang Team Supervisor saat meeting internal dilakukan. “ Ini adalah produk baru dan kualitas yang mereka minta hampir sama dengan standar kita yang ada di Eropa bahkan quantity mereka jauh lebih banyak. Empat kali lipat.” “ Kita bisa.” Ucap Bumi setelah membaca schedule produksi yang telah diatur Kepala Produksi. “ Rere, ambilkan salah satu produk sepatu yang sedang berjalan di produksi sekarang dan pisau.” Perintah Bumi pada sang Sekretaris yang sedari tadi menatapnya kagum itu. “ Iya!” ucapnya semangat, kemudian ia mengambil intercom dan menelepon produksi. Tak lama kemudian pintu ruangan meeting diketuk dan salah seorang office boy menyerahkan apa yang diminta Bumi. Bumi mengambil pisau dan membelah sepatu itu menjadi dua. Upper dan Bottom kemudian ia juga melakukan pada Produk asal Jepang itu. “ Coba lihat! Pada dasarnya model sepatu ini sama.” Ucap Bumi dengan memberikan dua sepatu yang berbeda yang telah dia rusak. “ Berapa buah sepatu yang bisa kita kerjakan dalam waktu sehari?” “ Bisa mencapai 500 atau 600 untuk Sepatu dengan jenis yang sama Tuan.” Jawab Supervisor dengan cepat. “ Baiklah anggap saja 550 dari 25.000 ribu. Kita bisa mengerjakannya. Kita ambil dua Line Pilot 1 dan 2 lalu tambah beberapa operator. PO yang telah masuk di Line 2 alihkan pada line 4 karena jadwal eksport mereka masih bisa kita undur.” Putus Manager Produksi berpikir cepat. “ Good! Saya rasa cukup disini meeting internal kita hari ini.” Bumi menutup meeting mereka dan keluar dari ruangan itu diikuti Rere sang Sekretaris dibelakangnya. “ Kirim hasil meeting tadi sesegera mungkin ke email saya.” Perintahnya cepat membuat Rere, gadis yang berdiri didepan Bumi mematung seketika. “ Apa kamu dengar apa yang saya perintahkan tadi?” mata tajam itu menatap Rere. “ Baik, Tuan Bumi.” Gadis itu menjawab ragu. Bumi tidak peduli hal itu, pekerjaannya masih banyak. Pria itu kembali masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintu dengan keras di hadapan Rere yang masih berhenti didepan sana. Jam di dinding berlalu dengan cepat, begitu pula Bumi yang hampir menyelesaikan schedulenya hari ini. Dan kini dahi pria itu mengerut, tak ada satupun notifikasi email masuk dari sang Sekretaris. Tak lama kemudian pintu ruangannya diketuk dan seorang itu masuk dengan menundukkan kepalanya. Baiklah Bumi, apa yang akan gadis satu itu katakan. “ Tuan Bumi ada yang mau saya katakan.” Gadis itu menunduk dan menggigit bibirnya dalam. Bumi mulai menyandarkan tubuhnya dan menatap gadis itu, dengan tajam. “ Katakan!” “ Maafkan saya Tuan. Saya tidak bisa membuat laporan untuk meeting dengan pihak Jepang tadi.” “ Ada masalah? Bukankah hal ini sangat mudah. Kamu hanya tinggal menyalin apa yang sudah kamu catat dan kirimkan pada saya dan beberapa divisi.” “ Maafkan saya Tuan Bumi.” Gadis itu menunduk makin dalam. Gadis satu itu benar- benar bodoh, Bumi yakin selama meeting berlangsung tadi, gadis ini sama sekali tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Dan itu adalah kesalahan sangat fatal. Sekretaris itu sama halnya dengan tangan kanan seorang Boss dan sebagai alarm. “ Keluarlah! Pergi ke bagian HRD. Minta pada Gandhi surat pemecatanmu sekarang!” bentaknya keras, membuat gadis itu langsung terduduk lemas. “ Saya mohon Tuan Bumi, saya berjanji akan lebih serius dalam bekerja, ini yang terakhir kali saya membuat kesalahan seperti ini. Saya mohon berikan saya kesempatan, tolong kasihanilah saya. Saya punya seorang adik yang harus saya tanggung kehidupannya Tuan. Tolong cabut keputusan anda.” gadis itu menangis tersedu- sedu didepan Bumi. Memohon ampun untuk jangan dipecat. “ Kalau kamu sadar apa yang menjadi kewajibanmu terhadap keluargamu kenapa kamu dengan mudah melalaikan kewajiban kamu pada perusahaan yang memberimu makan!” bentaknya keras. Gadis itu harus segera dia pecat, sebelum semua masalah semakin besar akibat kelalaiannya. “ Saya mohon jangan pecat saya, Tuan.” “ Pergilah, sebelum saya panggil security untuk menyeret kamu.” Usirnya dengan kibasan tangan, seperti mengusir lalat. Kalah. Gadis itu berdiri dari acara berlututnya dan menunduk hormat.” Terima kasih Tuan atas kesempatan yang anda berikan pada saya selama seminggu ini. Saya akan banyak belajar dikemudian hari. Selamat Sore.” Gadis itu tersenyum pasrah dan meninggalkan ruangan itu dengan bahu lesu. Baguslah setidaknya satu orang tidak berguna berhasil dia singkirkan dari hadapannya. Dengan segera pria itu mengambil intercom dan menghubungi Gandhi, manager HRD-nya. “ Gandhi, carikan Saya Sekretaris baru, saya mau lusa kandidat terbaik telah ada diatas meja sepulang saya dari Vietnam!” titah suara tegas itu pada Gandhi. “ Baiklah Tuan Bumi, akan saya laksanakan.” “ Ingat saya tidak mau tahu, untuk kali ini pilihkan kandidat yang terbaik!” “ Baik Tuan.” Bumi mengakhiri panggilan teleponnya. Sialan ini sudah kesekian kalinya dia berganti sekretaris sejak Rinto Harahap, yang dulunya sekretaris sang Ayah mengundurkan diri. Ada yang pernah bilang bahwa Bumi Satria Nugraha, CEO muda dari WRAP.CO yang baru menjabat sekitar 3 tahun menggantikan sang Ayah yang sudah tidak sanggup lagi memegang puncak kendali perusahaan di bidang olahraga khususnya Sepatu Sport itu kejam. Ya memang itulah kenyataannya. Pria itu tidak akan membiarkan satupun kerikil menghalangi jalannya. * Club terbesar di kota Bandung itu berhasil membius para pengunjungnya berkat kedatangan DJ sexy yang sengaja didatangkan dari Negeri Sakura, Tubuhnya yang sexy serta seputih pualam itu tanpa sungkan diekspose untuk membuat gila para pengunjung. “ You’re so damn hot!” suara disertai desahan itu menggema di telinga Bumi, wanita yang entah siapa namanya itu semakin merapatkan tubuh keduanya. Menggoda dengan seductive pada pria tampan berwajah Khas Asia itu. Tak ada tanggapan berarti dari Bumi, pria itu hanya menatap wanita itu dingin sebelum menjauhkan tubuhnya dari jamahan nakal jalang satu itu. “ Honey!” seringai menjijikkan itu terbit dan dengan kurang ajarnya, wanita itu membelai Bumi tepat di intinya. “ s**t. Get away!” sentaknya kejam sebelum mendorong wanita itu menjauh. Sialan tubuhnya terlalu berharga untuk disentuh wanita jalang seperti mereka ini.” Jangan berani menampakkan wajah menjijikkanmu didepan saya kalau masih mau mencari uang di tempat ini.” Ucapya lebih tajam sebelum meninggalkan wanita itu. “ Kenapa cepat sekali?” pria yang duduk di sofa empuk itu menatap Bumi yang datang dengan wajah merahnya. Yah, Bumi marah dan Dani tahu dengan jelas hal itu. “ Jangan pernah lagi menyodorkan wanita jalang didepanku lagi Dani!” ucapnya tajam dengan meneguk segelas minuman beralkohol yang ada didepannya. “ Aku hanya ingin membuat temanku ini relaks.” Ucapnya tak merasa bersalah. “ Omong kosong.” “ Baiklah ini yang terakhir kali aku melakukan hal ini Bumi. Lagipula aku sadar diri sekarang, kamu sudah mau bertunangan dengan Winona.” Bumi tak bereaksi akan sindiran dari Dani. Mungkin Bumi sudah menyadari posisinya sekarang. Lagipula Winona Katrina Atmaja, gadis itu tidak buruk juga. Cantik malah menurut Dani dan profesinya sebagai seorang dokter klinik juga cukup bagus. “ Baiklah jadi bagaimana kabar terbaru soal sekretarismu itu?” Baiklah pengalihan topik yang membuat Bumi semakin tidak mood sekarang. “ Baiklah dari wajahmu saja, aku sudah tahu.” Ucap Dani santai. “ Menurutmu apa bisa aku bekerja dengan manusia seperti itu? Sangat mengherankan bagaimana dia bisa lulus jika melihat kinerjanya yang seperti itu.” “ Ayolah mungkin dia butuh penyesuaian. Lagipula dia baru seminggu. Bagaimana kalau begini saja daripada harus mengganti Sekretaris sesering kamu mengganti baju, sekalian saja pekerjakan robot dari Dubai agar kamu merasa tenang.” Ucap Dani mencibir. Sial bukan itu masalahnya! Bayangkan saja selama hampir 3 tahun dia menggantikan sang Ayah dan resignnya sang Sekretarisnya yang kompeten, Gandhi dengan cerobohnya terus menyodorkan manusia- manusia yang tak berkompeten! Manusia yang lebih mengandalkan tubuh daripada otak! Demi Tuhan, Bumi tidak butuh tubuh sexy, yang dia butuhkan otak cerdas yang bisa membantu serta menjadi bayang- bayangnya dalam perusahaan. “ Dan sebelum robot Dubai yang kamu maksud datang ke perusahaanku. Kamu sepertinya calon yang tepat mengantikan gadis bodoh itu.” Seringai Bumi membuat Dani langsung berteriak keras.” Sialan, sampai matipun aku tidak akan sudi bekerja pada manusia kejam macam dirimu, b*****t!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD