Bab 5 - Jadilah Istriku

1935 Words
“Apa yang kamu lakukan?” Suara dingin Kaizer membuyarkan lamunan Krystal yang sedang berdoa dengan khusyuk di dalam hati. Gadis itu benar-benar berdoa agar pria itu adalah utusan penyelamatnya dan bukan malaikat pencabut nyawanya! Sungguh konyol, tetapi tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya selain berdoa. Pasalnya, Krystal tidak memiliki kekuatan untuk melawan pria itu. Meskipun ia bersikeras melawannya, mungkin satu-satunya jalan hanyalah kematian. Kaizer tersenyum smirk. “Kamu pikir bisa mengusirku dengan cara seperti itu? Gadis bodoh!” celetuknya. Bibir Krystal merengut masam. Kedua bola matanya membulat lebar. Kesal karena dibilang bodoh oleh pria yang baru ditemuinya dua kali itu. Ia akui jika dirinya tidak memiliki otak yang jenius, tetapi setidaknya ia masih bisa membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Pria yang berdiri di depannya ini pasti memiliki niat buruk terhadap dirinya. Ia sangat yakin! “Terima kasih telah menolongku untuk kedua kalinya, Tuan Lanzo. Tapi, maaf kalau saya tidak bisa membalas apapun. Saat ini saya masih ada keperluan lain. Saya permisi.” Krystal segera pamit kepada pria itu. Ia tidak ingin berbasa-basi dan membiarkan pria itu menahannya lebih lama dengan melibatkannya dalam hal yang membahayakan dirinya sendiri. Namun, baru saja Krystal berniat keluar dari ruangan tersebut. Tiba-tiba saja angin yang cukup kuat menutup pintu ruangan tersebut dan menimbulkan suara berdebum yang mengagetkan gadis itu. ‘A-Angin dari mana?’ Krystal terperangah syok. Padahal ruangan tersebut sangat rapat. Tidak mungkin ada angin besar yang berembus dari ventilasi kecil dari ruangan itu. Tiba-tiba saja Krystal merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya. Ia meneguk salivanya dengan kasar dan segera membuka pintu tersebut agar bisa keluar dari ruangan itu. Naasnya, gadis itu tidak bisa membukanya. Berulang kali ia menarik gagang pintu itu, tetapi tetap saja ia tidak berhasil melakukannya. ‘Sial! Pintu saja tidak mau berpihak kepadaku. Kenapa juga harus terkunci di saat seperti ini?’ rutuk Krystal di dalam hati. Ia berpikir jika pintu ruangan itu memang sudah rusak mengingat kondisi pintu yang sudah mengalami korosi pada bagian gagangnya. Krystal terus mencoba menarik pintu tersebut, tetapi tetap saja tidak terbuka hingga akhirnya ia menyerah untuk melakukannya lagi. Ia menoleh ke belakang dan melihat Kaizer yang terlihat santai meskipun saat ini mereka terkurung di dalam ruangan itu. “Kenapa kamu tenang sekali? Daripada kamu hanya berdiri di sana, kenapa kamu tidak membantuku membukanya, Tuan?” gerutu Krystal dengan bibir mengerut. Sudut bibir Kaizer terangkat sedikit. Pria itu berjalan mendekati Krystal dan membuat gadis itu memasang pertahanan yang cukup besar terhadapnya. “Apa aku semenakutkan itu?” celetuk Kaizer dengan langkah yang terasa mencekam perasaan Krystal. Gadis itu segera memundurkan langkahnya, tetapi sialnya, ruangan itu terlalu sempit hingga ia tidak tahu harus bagaimana menghindari pria itu. “Ti-Tidak,” jawabnya dengan gugup. Padahal detak jantung Krystal sedang berpacu sangat cepat seperti mobil balap yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Namun, ia tidak ingin menunjukkannya dan tetap bersikap datar menghadapi pria itu. Meskipun Kaizer telah menolongnya dari Martin Clark, tetapi Krystal tidak tahu tujuan Kaizer melakukannya. Ia yakin pria itu memiliki motif tersembunyi mengingat ucapan yang dicetuskan Kaizer semalam padanya saat bersembunyi dari pengejaran bawahan Martin. “Oh ya?” Kaizer tersenyum melihat ketegaran gadis itu. Sikap waspada Krystal semakin menarik minatnya untuk terus menggodanya. Ia juga berpikir untuk segera memilikinya seperti hasrat yang terus mendesaknya untuk segera melampiaskannya. Namun, entah kenapa Kaizer tidak ingin terburu-buru menyantap mangsanya. Malah ia malah merasa lebih tertarik untuk membuat gadis itu menyerahkan dirinya sendiri. Padahal ia tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, tetapi Kaizer merasa gadis itu adalah belahan jiwa yang selama ini dicarinya. Meskipun Kaizer tidak dapat memastikan firasatnya tersebut, tetapi ia berpikir jika setidaknya ia sudah jatuh hati kepada gadis itu sejak pertemuan pertama mereka. Ia ingin menaklukkan kelinci liar tersebut dengan pesona yang dimilikinya. Selama ini tidak ada seorang gadis pun yang tidak terpesona dengannya. “Apa kamu sangat ingin melarikan diri dari saya, Nona Davies?” bisik Kaizer yang telah membuat Krystal tersudutkan dengan kedua lengannya yang menempel pada dinding di kedua sisi tubuh gadis itu. Pria itu menahan pergerakan Krystal sehingga tidak dapat menghindari kharisma yang sedang ditampilkannya saat ini. Sayangnya, Krystal sama sekali tidak goyah. Gadis itu menatap Kaizer lurus-lurus. Tidak ada hal yang membuat gadis itu memiliki pemikiran yang diinginkan Kaizer. “Tuan Lanzo, Anda yang sudah membuat saya bingung. Saya tidak bermaksud melarikan diri. Saya tau kalau Anda sudah menyelamatkan saya dua kali, tapi … itu bukan berarti saya bisa membalas kebaikan Anda sekarang. Saya tidak punya apa pun yang Anda inginkan,” timpal Krystal dengan bersungguh-sungguh. ‘Benar-benar gadis yang langka,’ batin Kaizer di dalam hati. Pria itu merasa menggoda gadis polos itu ternyata lebih menarik daripada yang pernah ia bayangkan sebelumnya. Tangannya bergerak dan mencubit dagu gadis itu, lalu berkata, “Siapa bilang kamu tidak punya apa pun?” Kewaspadaan Krystal semakin meningkat. Aura dingin yang dipancarkan pria itu sungguh membuatnya merasakan sebuah ketakutan yang nyata. Ia tidak tahu apa yang membuatnya berpikir demikian. Instingnya mengatakan kalau pria bernama Kaizer Lanzo adalah pria berbahaya yang tidak boleh ia dekati. ‘Tidak! Aku tidak boleh diam seperti ini. Aku harus pergi dari sini!’ batin Krystal. Gadis itu menepis tangan Kaizer dari dagunya, lalu kembali meraba gagang pintu yang berada di sampingnya dan berusaha membuka pintu ruangan itu sekali lagi. Akan tetapi, kemujuran masih tidak berpihak padanya. Kaizer tersenyum kecil melihat kepanikan Krystal. Ia kembali bergerak semakin mendekat hingga Krystal dapat merasakan deru napasnya. Gadis itu berpikir jika pria itu akan menciumnya karena jarak bibir mereka yang terlalu dekat hingga ia merasa seluruh tubuhnya membeku. Akan tetapi, Kaizer malah melakukan sesuatu hal yang ganjil. Bukan mencium bibirnya, pria itu malah memberikan kecupan ringan pada leher jenjangnya yang terasa menegang. Napas Krystal terasa berat saat bibir pria itu menyentuh kulit lehernya. Ia dapat merasakan aliran darahnya berdesir dengan sangat cepat. Perlahan ia merasakan napas pria itu sangat dingin di kulitnya. Ia tidak tahu jika Kaizer sedang berusaha membendung naluri liarnya yang sedang menjerit untuk segera terpenuhi saat ini. Krystal tiba-tiba mendorong Kaizer menjauh darinya. Pria itu menatapnya dengan keheranan. Sebelum Kaizer sempat mengatakan sesuatu, Krystal telah lebih dulu memegang keningnya. “Anda demam?” tanya Krystal yang berpikir jika Kaizer sedang tidak dalam kondisi fit. Ia juga membandingkan suhu tubuh pria itu dengan suhu tubuhnya sendiri dan berkata, “Sepertinya Anda benar-benar demam, Tuan Lanzo. Tubuh Anda dingin sekali. Kenapa Anda tidak bilang kalau Anda sedang sakit?” Kekhawatiran terlihat jelas dari air muka Krystal. Gadis itu sungguh berpikir jika Kaizer sedang tidak sehat. Melihat hal tersebut, tawa Kaizer pun meledak seketika. Ia tidak dapat menahan tawanya karena kepolosan gadis itu terhadap dirinya. Ini adalah tawa yang tulus keluar dari bibir seorang Kaizer Lanzo. Namun, sikap Kaizer membuat Krystal semakin bingung. Gadis itu segera menarik tangannya dari kening Kaizer dan berkata, “Memangnya apa yang lucu, Tuan? Anda tidak demam sampai gila kan? Sepertinya penyakit Anda benar-benar parah.” Suara tawa Kaizer perlahan memudar saat melihat ekspresi Krystal yang tampak masam karena ditertawakan olehnya. “Maaf …,” Kaizer segera mengusap genangan kristal di sudut matanya dan lanjut berkata, “Saya tidak bermaksud menertawakanmu, tapi … Anda benar-benar membuatku berpikir kalau ternyata masih ada gadis semurni Anda di dunia ini.” “Murni?” Krystal mengernyitkan keningnya mendengar kata ganjil tersebut bergulir dari bibir pria asing itu. “Ah, maaf … maksudku polos. Ya, ternyata Anda sepolos itu.” Kaizer segera meralat kosa katanya karena telah membingungkan gadis itu. Krystal mengembuskan napasnya pelan. Ia masih tidak dapat bisa memahami perkataan pria itu. “Apa kekhawatiran saya terlalu berlebihan sampai Anda bisa berpikir kalau saya adalah gadis yang polos?” timpalnya. “Tidak. Sepertinya saya yang sudah berlebihan dan membuat Anda bingung.” Kaizer tahu jika sikapnya dan perkataannya telah mengundang kecurigaan Krystal. “Tapi, terima kasih telah mengkhawatirkanku, Nona Davies. Anda adalah manusia pertama yang peduli padaku,” lanjutnya lagi. “Manusia?” Lagi, Krystal merasa ganjil dengan perkataan pria itu. Namun, kali ini Kaizer tidak meralat perkataannya tersebut dan malah memberikan senyuman untuknya. Krystal akui jika ketampanan pria itu dapat membuat dirinya terlena, tetapi ia tidak berpikir untuk larut di dalam ketertarikan tersebut. Krystal memijit pelipisnya dan menghela napas panjang. “Anda benar-benar pria aneh, Tuan Lanzo,” tukasnya. “Sebenarnya apa yang Anda inginkan dariku? Sepertinya Anda memiliki minat padaku,” lanjut Krystal mengutarakan kecurigaannya. Kaizer tersenyum kecil. “Kalau begitu, saya tidak akan sungkan untuk meminta balasan atas pertolongan saya sebelumnya,” ucapnya yang tidak lagi ingin mempermainkan gadis itu lebih lanjut. “Tapi, Tuan Lanzo … saya benar-benar tidak memiliki apa pun saat ini. Saya juga tidak bermaksud menjual tubuh saya untuk Anda,” timpal Krystal berterus terang. Kaizer tersenyum mendengar hal tersebut. “Saya tau,” ucapnya dengan percaya diri seolah pria itu memang telah mengetahui jawaban dari Krystal. “Saya tidak akan memaksamu sekarang untuk memenuhi permintaanku ini. Saya akan menunggu jawaban Anda tiga hari lagi. Jika Anda memang menyetujuinya, Anda bisa datang mencariku ke Gedung Eternity,” timpal Kaizer. Ia sengaja memberikan waktu bagi Krystal berpikir karena ia tahu gadis itu pasti akan langsung menolaknya jika ia memaksanya. ‘Gedung Eternity? Jadi dia bekerja di sana?’ batin Krystal tercengang. Gadis itu tidak menyangka akan bertemu orang hebat yang bekerja di perusahaan tersebut. Siapa pun pasti akan terkejut jika mendengar nama Eternity Group mengingat perusahaan itu telah merambah berbagai bidang dalam dunia bisnis. Walaupun begitu, perusahaan itu juga memiliki nama buruk di mana ia juga terlibat ikut andil dalam bisnis malam seperti bar, kelab malam dan beberapa tempat yang digunakan untuk bersenang-senang dalam kenikmatan duniawi. Tidak jarang pula tersebar berita tentang Eternity Group yang terlibat dalam perdagangan barang illegal, tetapi kasus tersebut langsung berhasil dicekal karena kekuasaan yang dimiliki sang pemilik perusahaan. Krystal sempat mendengar kabar buruk tersebut, tetapi ia tetap saja merasa takjub apabila mendengar ada seseorang yang bekerja dalam perusahaan tersohor tersebut karena perusahaan itu memiliki kriteria yang sangat tinggi dalam memilih calon karyawannya. Krystal memandang Kaizer sejenak. Pria itu masih menatapnya dengan intens untuk menunggu jawaban darinya. Ia cukup penasaran dengan hal yang diminta Kaizer padanya dan berpikir tidak ada salahnya ia menanyakan apa yang dibutuhkan pria itu darinya. “Apa Anda bisa mengatakan lebih dulu apa permintaan Anda, Tuan Lanzo?” Seulas senyuman terbit di sudut bibir Kaizer. Masih dengan sorot mata yang menatap Krystal dengan lekat, ia berkata, “Jadilah istriku dan aku akan memenuhi semua keinginanmu.” Krystal menganga syok. Mendengar permintaan konyol pria tersebut atas balasan yang harus ia berikan. “Anda tidak bercanda kan, Tuan?” “Tentu saja. Saya tidak pernah mengucapkan kalimat yang tidak memiliki dasar kepastian sebelumnya dan saya sangat menantikan kedatangan Anda di Gedung Eternity tiga hari lagi,” ucap Kaizer dengan penuh harap. ‘Ini benar-benar bukan mimpi kan? Dia melamarku atau … memintaku menjadi istrinya hanya karena rasa suka sesaat?’ batin Krystal yang mencoba menelaah pikiran pria itu terhadap dirinya. “Anda tidak sedang bermimpi, Nona Davies.” Suara Kaizer membuat Krystal tersentak. ‘Dari mana dia tau kalau aku berpikir seperti itu? Apa jangan-jangan dia … bisa membaca pikiranku?’ Krystal mengamati raut wajah Kaizer dengan seksama. Pria itu tidak memberikan tanggapan apa pun padanya dan membuatnya menarik napas lega. ‘Sepertinya aku yang sudah berlebihan,’ gumamnya di dalam hati. Sebelum gadis itu sempat memberikan tanggapan atas permintaannya, Kaizer membuka pintu ruangan tersebut dan membuat Krystal kembali melongo syok. “Ba-Bagaimana kamu bisa membukanya?” tanya gadis itu dengan wajah memucat. Padahal sebelumnya ia sudah berulang kali mencoba melakukannya dan tidak berhasil, tetapi pria itu hanya membuka pintu tersebut seperti biasanya dan terbuka begitu saja! Kaizer tidak menjawab pertanyaan gadis itu dan meninggalkan Krystal yang sedang dipenuhi pertanyaan yang membingungkan darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD