Chapter 3

1005 Words
"Dalam perjalanan kerjaku, aku akan membelikanmu hadiah di sana untuk hari jadi kita. Tapi sepertinya aku tidak berbakat menjadi pria romantis.” lanjut Jeremy. Sungguh Diana masih syok dengan pemberitahuan Jeremy yang tiba-tiba. Pria itu baru saja mengatakan jika ia tidak akan berada di kota yang sama dengan Diana dalam waktu seminggu. Dan yang lebih parahnya lagi, pria itu akan pergi besok dan baru mengatakannya hari ini. Perfect! Secepat kilat Diana langsung mengeluarkan senyum manisnya, memaklumi jadwal pekerjaan pacarnya yang semakin hari semakin padat. Wajar saja Jeremy mengatakan hal tersebut secara mendadak. Dengan adanya Jeremy di sini saja -merelakan waktu kerjanya untuk menjemput Diana- sudah membuat Diana bersyukur. “Fine... It's okay. I'm fine.” Kembali Jeremy memasang wajah 'aku minta maaf' seraya menggenggam erat jemari Diana. Mereka hening dalam diam hingga mobil Jeremy berhenti di depan apartemen Diana. “I want bvlgari jewelry,” ucap Diana saat melepaskan seat belt. Jeremy menoleh langsung tersenyum. “Akan kubelikan.” Diana tertawa kecil lalu menggeleng. “Aku bercanda. Aku tidak ingin apapun. Hanya kau... Aku ingin kau kembali dengan selamat. Itu saja.” Jeremy hanya tersenyum mencium bibir Diana sebelum membiarkan wanitanya keluar dari mobilnya. *** Ethan memasuki kediaman orang tuanya dengan diikuti Rachel dari belakang. Sedikit menyapa para pelayan menanyakan keberadaan orang tuanya, dan mereka langsung menuju ruang makan yang sudah di tempati orang tuanya. Baru saja kemarin setelah Rachel dengan aksinya 'SaveEthan' atau 'FuckBitches' menarik keluar wanita berambut merah itu, pagi ini kembali Rachel melakukan aksinya dengan orang yang berbeda lagi yang di bawa Ethan. Wanita pirang. Dan Rachel secara mendadak mengumumkan Ibunya menyuruh mereka datang lagi. Ethan menarik nafas lelah saat mereka memasuki ruang makan tersebut. Terlihat John O'Connor, ayah Ethan sudah duduk manis di meja makan dengan istri tercintanya, Christina. “Hai Pop,” sapa Ethan langsung memeluk John. “Hai Mom,” sapanya lagi memeluk sembari mencium kedua pipi Cristina. Hal yang dilakukan Ethan di ikuti Rachel sebelum mereka duduk yang di hadapkan hamparan makanan yang lezat. “Kenapa kalian datang terlambat, sayang? Jangan bilang kau tidak ke gereja?” tanya Cristina khawatir yang di akhiri pertanyaan menuduh. Ethan mengaku dirinya memang berengsek. Setiap harinya membawa wanita yang berbeda untuk menemani malamnya. Ethan tidak pernah membawa mereka tidur di kamarnya, ia selalu membuat kamarnya itu menjadi privasinya. Hanya ia yang yang boleh memasuki kamar tersebut, bahkan Rachel saja tidak pernah ia izinkan memasuki kamarnya. Toh di kediamannya mempunyai banyak kamar tamu. Dan kembali ke awal, keluarganya ini sangat kuat menjunjung tinggi agama. Christina pernah menangkap basah Ethan membawa wanita di kediamannya membuat ia di ceramahi oleh Christina dari pagi hingga sore. Mulai dari tentang agama mereka hingga berhubungan yang baik hanya perlu dilakukan dengan satu wanita yang nantinya akan menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anaknya. Tidak sampai di situ, besoknya Christina datang kembali memulai aksi ceramahnya saat Ethan tidak kapoknya membawa wanita ke kediamannya. Di hari ketiga aksi ceramah Christina, barulah Ethan berjanji tidak akan membawa teman tidurnya di sana. Setelah seminggu Cristina bolak-balik datang dan tidak mendapati wanita berambut pirang atau merah di sana barulah ia berhenti mengunjungi anak sulungnya itu. Ethan berdeham sebentar sebelum menjawab pertanyaan Ibunya, “Kami baru saja dari gereja, Mom.” Ethan tersenyum menatap Ibunya, membuat Rachel memutar bola mata. “Walau harus terlambat,” lanjutnya. “Kau pasti kecapean, lihatlah setiap kau datang selalu membawa kantung mata. Apa kau syuting hingga pagi? Kasihan sekali anakku.” Sebelum Ethan membuka mulut pura-pura membenarkan perkataan Ibunya, Rachel lebih dulu angkat bicara. “Dia sangat kelelahan hingga harus terlambat ke gereja hanya karena kurang tidur untuk memuaskan nafsu bejatnya bersama wanita acak.” Christina berhenti makan, ia menatap Ethan dengan syok sekaligus marah. “Oh Tuhan. Aku kira kau sudah berjanji tidak akan membawa wanita asing ke rumahmu lagi?!” “Dia bukan wanita asing, Mom. Namanya Patricia.” Rachel mendengus. “Bagaimana bisa kau menghapal semua wanita satu malammu...” Ethan ingin menjawab itu adalah Ilham dari Tuhan untuknya namun ia menutup mulutnya rapat saat Christian meletakkan kasar garpunya. Dan dapat Ethan pastikan Christina akan memulai berceramah mengenai ajaran agama mereka. Ethan mengumpat pelan sebelum menatap tajam adiknya. “Bisakah kau menjahit mulutmu itu?” Bukannya takut Rachel malah melototi kakaknya. “Kenapa? Apa aku salah?” “Aku sudah menaikkan gajimu! Setidaknya aku menyuapmu untuk tutup mulut untuk urusan pribadiku.” “Seriously, Ethan. Apa hubungannya dengan gajiku?! Kau tahu, di sini aku yang paling muda tapi kenapa aku yang harus menjagamu? Seperti merawat bayi besar. Seharusnya kau berfikir menggunakan otakmu untuk kecitraanmu di depan publik bukannya berfikir menggunakan kemaluanmu untuk memasuki para jalang itu yang bisa merusak citramu!” “Kau—” “Oh Tuhan, Ethan!” teriakan Ibunya memotong perdebatan kakak adik itu. “Kau sudah banyak membuat skandal, Son. Lihat Helena, ia sudah berkeluarga. Semenjak mereka berkeluarga, tidak ada yang namanya gosip buruk menimpa mereka. Sedangkan kau? Tidak pernah satu haripun kau muncul di media masa membawa reputasi baik. Kapan kau akan membawa ‘wanita tetap’ di hadapan Ibumu ini? Ya Tuhan...” celoteh Cristina panjang lebar dengan kata penuh penekanan di 'wanita tetap'. “Mom, mereka bukan keluarga selebriti. Sedangkan aku seorang aktor. Wajar saja banyak paparazzi berbondong-bondong mencari kejelekanku,” ujar Ethan mengoreksi kalimat Christina. Ethan makan sesuap sebelum melanjutkan pembelaannya, “Dan aku selalu membawa citra baik, Mom. Buktinya tahun ini aku membawa Piala Oscar, MTV Movie Award, MTV Video Music Award,” ujarnya membela diri. “Dan aku masuk 6 kategori di Golden Globes tahun ini yang acaranya di mulai 3 bulan dari sekarang,” lanjutnya. “Setidaknya seimbang, Mom,” lanjutnya lagi saat Cristina ingin membuka mulut. Memang, siapapun akan bangga jika anaknya selalu mendapatkan penghargaan yang mengapresiasikan hasil kerjanya. Begitupun Christina, wanita itu sangat bangga dengan Ethan. Namun rasa bangganya itu selalu dibawa kabur dengan sikap Ehan yang seperti b******n. “Apanya yang seimbang?! Semua orang juga tahu kelakuan burukmu yang sangat mendominasi...” gerutu Cristina. “Ehem... sayang, kita sedang makan.” John yang sedari tadi hanya diam mendengarkan akhirnya turun tangan menengahi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD