ALKOHOL

571 Words
*** Loki sekarang berada di depan kios milik keluarga Ragil, yang tahu-tahu sudah dipasangi atap berupa terpal biru untuk menghalau air hujan. Duduk di antara Ragil dan Rohman, Loki mulai membuka sebotol minuman keras bening dengan kadar alkohol 40%. Ini adalah miras favorit Loki. Bahkan Loki pernah mencuri uang orang tuanya hanya untuk ditukar satu karton minuman yang merusak lambung ini. Di depan Loki sudah tersaji berbagai makanan ringan. Dari kacang, snack, keripik singkong, sampai aneka permen pun ada. KRAK! Cessss! Loki membuka tutup botol miras dengan tangan kosong. Benar-benar monster. “Air ini …” Loki menuangkan miras ke dalam cawan ringan berwarna hitam, “adalah air pertama yang aku teguk di Kota Anggur yang dingin ini. Aku berharap dengan air ini, segala sesuatu yang gelap, semoga dicerahkan. Dan segala yang cerah, semoga dilancarkan tanpa kendala yang berarti. Doaku di malam ini adalah tentang … YOU ONLY LIVE ONCE! CHERS!” Loki mengangkat gelas tinggi-tinggi, kemudian meneguknya dalam sekali tegukan. Hangat. Melayang. Wajah Loki mendongak, matanya terpejam. Meresapi setiap tetes air haram yang merasuk ke setiap sel-sel di tubuh. “Mari kita nikmati malam ini dengan santai dan canda tawa, kawan-kawan.” Loki berkata dengan suara ringan, seraya menatap satu persatu orang yang hadir. “Lek Rohman, monggo.” Loki menyerahkan cawan dengan tangan kanan ke Rohman yang ada di samping kanannya. “Suwun, Tole.” Rohman menerima cawan, mengangkatnya sebatas d**a. “Aku angkat, ya, semua.” Semua orang, termasuk Loki mengangguk. Dan, putaran minuman dengan Loki sebagai bandarnya mengalir, sampai kembali kepadanya. Waktu cepat berlalu. Semua makanan yang ada hampir tewas. Puntung rokok berserakan di alas terpal. Suasana yang mendayu-dayu mengantakan para pemabuk itu pada putaran ke sebelas. “Hyukkk ….” Terdengar suara Ragil bersendawa, wajahnya merah padam … mabuk.” “Sudah tinggi kamu, ndut?” Loki mencibir, wajahnya masih terlihat santai. “a*u kon. Hyuk … aku sek tatak … lanjut terussss!” Ragil mengepalkan tangan kirinya ke udara, sampai tak sadar rokok yang juga berada di tangan yang sama jatuh mengenai pahanya yang hanya menggenakan celana pendek. “Hahahaha.” Semua orang tertawa melihat adegan itu. “Le, gimana kamu ke depannya?” Rohman bertanya sambil menghisap rokoknya. “Rencananya ya aku mau nyari kerja di sini, Lek. Apa aja yang penting gajinya besar.” Loki berujar dengan wajah polos. “Paklek yo mau nek gitu caranya, Le, bahahaha.” Rohman terbahak-bahak. “Ngerampok aja, Mas, gajinya besar!” celetuk Wahyu—pemuda yang rumahnya hanya berjarak 3 rumah dari rumah Ragil—. “Bosen.” Loki bertopang dagu. “Lah, emang sampean sudah sering ngerampok, Mas? Wahyu bertanya, kepo. “Nggak punya HP kamu?” Loki mencibir. “Sering-sering baca berita makanya.” “Hei, hei. Yu, Wahyu, lihat ini.” Teman Wahyu berbadan ceking yang ada di sebelah kirinya menggoyangkan-goyangkan tangan pemuda itu sambil menyodorkan ponselnya. “Ini ada berita terbaru hari ini ….” Wahyu dan temannya membelalakkan matanya. Mereka berdua melongo seperti orang bodoh. “Sa-sampean beneran ngerampok sultan kota ini, Mas?” Wahyu tergagap, tak percaya. “Ah, iya. Siapa itu namanya, oh iya … Rheo.” “Theo, Mas. Ini Theo lo, sultan yang punya salah satu kacamata yang harganya bisa bikin nangis, dan kacamata itu cuman ada 5 di dunia!” Wahyu semakin histris, wajahnya semakin kalap mengetahui kenyataan itu. Loki mengernyit, tangannya merogok sesuatu dari saku jaket levisnya. “Maksudmu ini?” HAH?! WONG GENDENG!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD