01 - Elmarc

1518 Words
Pagi yang cerah harusnya di sambut dengan semangat pagi, berbeda dengan kediaman rumah keluarga Leo dan Angel yang malah diributkan dengan kelakuan putri mereka yang bernama lengkap Tarisa Leonita Querra. Pagi itu ia merengek untuk tidak masuk sekolah, ia ingin seharian berada di rumahnya karna alasan free class untuk hari ini dan dua hari kedepan. "Tarisa ayo bangun, sekolah dong sayang jangan males" ucap Angel mengayun ayunkan tubuh mungil anaknya. Sang empu tampak tidak mengidahkan, ia malah merapatkan selimut dan membenarkan letak penutup mata yang sedikit bergeser karena kelakuan mamanya. "Taris bangun! Jangan buat mama marah taris. Ayo jangan jadi anak nakal" oceh Angel lagi. "Enggak ma, taris kan kemaren udah bilang hari ini gamasuk, toh gaada pelajaran." Rengek taris tetap pada posisinya. Sebenarnya bukan alasan free class yang menjadi alasan taris untuk membolos. Alasan utamanya adalah Elmarc, pria SMA yang sekolahnya berada di belakang sekolah SMP taris. Hanya di pisahkan oleh satu bangunan toko saja. Alhasil setiap hari taris berangkat sekolah bersama Elmarc atas permintaan Angel yang menyuruh El menjaga taris. Seharusnya ia senang bertemu dengan anak thalia dan kris itu karna siapapun pasti bermimpi satu mobil dengan seorang El. Tapi berbeda dengan Tarisa, gadis itu muak dan ia merasa kesal jika harus satu mobil dengan Elmarc. Baginya, Elmarc adalah pria yang harus ia hindari. "Mama gamau tahu, tarisa kamu mandi. 15 menit mama tunggu di meja makan. Jangan buat kak El nunggu" setelah keputusan Angel yang tidak bisa di ganggu gugat itu, tarisa tetap pada pendiriannya. Ia tidak mau bersekolah yang ujung ujungnya akan seharian bersama Elmarc. Entah Elmarc itu peramal atau bukan tapi dia tahu jadwal tarisa dari pagi hingga malam. Jadi tidak ada rumusnya tarisa bisa membohongi seorang Elmarc Alifiandara. Apalagi sekarang dan dua hari kedepan Tarisa free class. Taris tetap tenang, tanpa berniat untuk bangun. Baru saja, sedikit lagi tarisnya akan terlelap dan masuk ke alam mimpi. Ia langsung tersadar saat pipinya di kecupi berkali kali oleh bibir seseorang beraroma mint. Awalnya Taris menganggap hal itu adalah mimpi, dicium oleh pangeran berkuda putih. Tapi kenyataannya, ia merasakan bibir itu semakin basah menempel di pipinya. Detik demi detik taris mulai sadar, ini bukan tentang mimpi dicium pangeran berkuda putih. Ia tengah dicium iblis. Siapa lagi yang berani mencium dirinya? Siapa lagi yang berhak penuh atas dirinya melebihi kedua orang tuanya. Elmarc. Buru-buru taris mendorong kepala seseorang yang mencium pipinya. Ia melepas penutup matanya dan dengan pencahayaan yang cukup karna tadi Angel sudah membuka gorden kamarnya, tarisa bisa melihat jelas sosok Elmarc yang dengan santainya duduk di pinggir ranjang lengkap dengan seragam yang di kenakannya. "Kak Elmarc ngapain nyium taris?!" Tanya taris dengan suara meninggi tidak suka. "Kalo gue gak nyium lo, emang lo mau bangun hm?" Tanya El tanpa beban. Taris ingin sekali marah, tapi ia tidak mau terbawa emosi oleh seorang Elmarc. Alhasil Taris hanya diam dan mengeratkan selimutnya dengan sedikit menjauh dari sosok pria tampan itu. "Taris gamau sekolah. Kak El berangkat aja. Pokoknya taris mau bolos aja!" Sungut Taris memasang wajah galak berharap El akan pergi. Nyatanya segalak apapun Taris, El tetap tidak akan merubah apapun yang ia ingin dan putuskan. Wataknya terlalu keras untuk mau di bantah. "Mandi sana. Gue tunggu di bawah" "ENGGAK KAK ELMARC! POKOKNYA TARIS GAMAU SEKOLAH! TARIS MAU BOLOS! KAK ELMARC SANA BERANGKAT!" Teriak Taris kesal. Ia sungguh tidak mau berangkat sekolah. Dan untuk ia berteriak kepada El, ia memberanikan diri meski nyatanya ia sudah takut jika El akan mengamuk akan sikapnya. "Mandi!" Tekan El. Memang nadanya pelan, tapi penekanan suaranya ituloh! Bikin orang yang denger lebih milih bunuh diri. "Kak.. Taris gamau. Kak El suka banget sih maksa Taris?" Tanya Taris yang kini sudah memelankan suaranya. Bagaimanapun Taris sudah kalah jika El menekan kata-katanya. Apalagi jika melihat wajah El yang seremnya minta dicium. Bagaimanapun, dalam keadaan apapun dan dimanapun. Wajah ganteng Elmarc bagi Taris adalah bencana. "Mandi sendiri apa gue mandiin?" Tanya El kembali memasang wajah tenang. "Ini hidup Taris ya kak El! Taris yang berhak nentuin apa yang mau taris lakuin. Dari dulu sampai sekarang Taris gapernah bantah diatur-atur sama kak El. Tapi sekarang Taris udah gede! Taris gamau terus terusan di peralat sama kak El. Taris gamau kak El! Jangan paksa Taris! Urus aja hidup kak El!" Ungkap taris. Memang benar apa yang di katakan Taris, Elmarc tidak pernah membiarkannya memilih apa yang ingin ia lakukan. Berteman dengan seorang laki-laki pun tidak El perbolehkan, setiap ada teman laki-laki yang main ke rumah Taris, El selalu menghajarnya, apalagi jika ada yang mengatakan suka. Teman Taris sedikit, semua itu karna perlakuan El yang overprotective, belum lagi Taris sama sekali tidak punya teman laki laki. Karna tentu saja akan dihajar habis-habisan. Taris hidup karna aturan yang El buat, Angel dan Leo tidak pernah tahu hal itu, selain ancaman yang El berikan, orang tua Taris percaya 100% kepada Elmarc. Putra dari sahabat mereka, Kris dan Thalia. "Hidup lo itu punya gue! Lo hidup cuman buat gue! Camkan itu!" Kalimat yang berhasil membuat Tarisa meneteskan air matanya. Terdengar sangat mencekik perasaannya. "Kak El jahat!" "Mandi sendiri atau gue mandiin?" Sekali lagi El bertanya. Taris terdiam. Ia menunduk dan menggeleng lemah. Ia tidak mau berangkat kesekolah. Ia tidak ingin bersama El untuk hari ini. Karna setiap hari bahkan di hari libur El selalu bersamanya. Tarisa benar-benar bosan. El menghembuskan nafasnya dalam. Memejamkan matanya beberapa detik kemudian menatap tajam kearah Tarisa. "Oke kalo lo gamau jawab. Gue udah tahu jawabannya" Elmarc berdiri dan menuju pintu kamar taris. Taris bernafas lega karna El menyerah. Tapi perkiraannya meleset jauh. Tidak ada sejarahnya El mau untuk dibantah. Pria itu menuju pintu Taris dan mengunci pintu tersebut lalu memasukkan kuncinya kedalam saku celana seragamnya. Hal itu membuat taris panik. "Kak El mau ngapain? Keluar kak El!" Elmarc tidak memperdulikan apa yang di ucapkan taris. Ia berjalan dengan santainya menuju ranjang Taris. Kemudian digendongnya Taris bersamaan dengan selimut yang melilit ditubuhnya. Gadis itu sudah meronta-ronta minta diturunkan, ia semakin panik saat El membawanya masuk ke dalam kamar mandi. "Kak El lepas hiks hiks. Taris gamau sekolah. Taris capek" El menurunkan tubuh taris yang sudah pasrah. Ia menyingkap selimut dan menaruhnya diatas closet. Tidak lupa El mengunci pintu kamar mandi, ia melepas kemeja sekolah miliknya lalu digantung hingga menyisakan kaos putih yang dikenakannya. El juga tidak lupa menghidupkan keran di bath up. Taris sibuk untuk menangis sehingga ia tidak sadar. "Buka bajunya" El hendak menyingkap baju tidur yang melekat di tubuh Taris. Karna tersadar taris menahan tangan El. "Enggak! Kak El mau buka baju taris? Malu kak El! Taris bilangin ke mama!" "Lo itu lelet, keburu telat. Kasian tante Angel nunggu di bawah" "Sana kak El. Taris bisa mandi sendiri!" "Gue mandiin apa susahnya sih!" Bentak El. Memang sudah terbiasa jika mereka mandi bersama, tapi itu dulu saat usia mereka anak anak. Saat ini usia El adalah 19 tahun dan taris 15 tahun. Usia yang bisa di bilang memasuki usia remaja. Dan tidak lumrah jika mandi bersama atau di mandikan. Hal itu sangat memalukan apalagi untuk gadis yang baru pubertas seperti taris. El menatap Taris dalam, wajahnya menyiratkan kekesalan. Ia membuka paksa baju tidur taris hingga tubuh Taris sudah terlanjang bulat, entah harus menutupinya menggunakan apa tapi yang jelas taris sudah menangis sesenggukan. "Cengeng banget sih? Udah diem!" "Taris bilangin mama! Ta..ris aduin semuanya ke mama! Hiks hiks" mendengar ancaman Taris membuat rahang El mengeras, tapi kemudian senyum liciknya terlihat. "Lo udah berani sama gue? Lo itu gue atur biar bener! Mau bolos apa maksudnya hah? Lo udah pinter? g****k aja sok sok an mau bolos. Terus lo mau aduin gue karna gue mandiin lo? Emang gue ngapa-ngapain lo? Jadi cewek gausah belagu ya Taris! Gue gasuka!" "Hiks hiks.. kak El udah ngelecehin taris!" El tetap menggosok tubuh taris, ia tidak perduli dengan isak tangis gadis itu. Tapi setelah taris mengatakan melecehkan membuat El ingin tertawa keras. "Ngelecehin? Ngelecehin apa? Lo? Yang tubuhnya kek triplek gini? d**a lo aja masih segede mangkok kecap! gue tanya ngelecehin dari mana?" Fakta, El tidak ada niat untuk melecehkan atau hal lainnya. Ucapannya kasar memang, namun itulah Elmarc. Ia tidak pernah menyaring ucapannya. "Kak El jahat! Hiks hiks" "Cengeng banget sih jadi cewek. Diem gabisa emang?" Selesai El memandikan Tarisa, El mengambil handuk dan menghanduki gadis itu. Tentu saja setelah menguras bath up yang terisi air. Taris tidak berhenti menangis. Ia merasa tertekan dan ingin berontak tapi tidak bisa melakukan apa apa. "Gue keluar ambil seragam lo. Ini keringin badan. Gausah cengeng udah gede juga." Suruh El. "Ambilin, sekarang taris pake almamater" balas taris sudah berusaha untuk tidak menangis tapi sesenggukan gadis itu masih tersisa. "Iya gue tahu. Keringin badannya" Taris mengangguk. Percuma saja Taris melawan, ujungnya El kembali menang. Elmarc, entah sampai kapan Tarisa berada di dalam rengkuhan pria itu. Tubuhnya terlilit erat oleh akar-akar yang El ciptakan. Hingga untuk bernafas saja ia tak sanggup. Elmarc terlalu mengatur ruangnya untuk bergerak. Seolah tubuh Taris di sihir hanya untuk menjadi mainan pria itu. Seolah tubuhnya tidak pernah mendengar apa yang di katakan oleh dirinya sendiri. Sehebat itukah kuasa seorang Elmarc pada tubuhnya? Apa yang diinginkan El pada dirinya? Hal itu masih menjadi teka-teki untuk Tarisa. - To be continue -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD