bc

You Are My Obsession

book_age16+
119
FOLLOW
1K
READ
billionaire
killer
dark
love-triangle
dominant
manipulative
boss
drama
sweet
secrets
like
intro-logo
Blurb

Dia adalah seorang perempuan muda yang cantik, bersinar dan sukses. Tiga hari lagi pernikahannya yang selalu dia impikan akan terlaksana. Menikah dengan pria yang dia cintai sejak kecil. Tapi semua mimpi indah itu berubah menjadi mimpi buruk sejak pria berhati iblis berparas malaikat datang ke dalam kehidupannya.

***

"Kamu adalah obsesiku. Tidak ada jalan untukmu melarikan diri, karena kamu akan melekat denganku selamanya. Bahkan kematian tidak akan bisa melepaskanmu dariku"

Ini adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan

chap-preview
Free preview
Perfect Stalker
Tatapan pria itu begitu tajam menatap jauh pada seorang wanita muda yang sedang mencoba gaun pengantinnya. Pria itu tidak mendekat. Hanya menatap dari mobil hitam keluaran Italia yang sedang dia kendarai. Pria itu tersenyum kecil, mengingat dia sempat meminta owner WO itu untuk menanggalkan semua tirai yang dipakai untuk menutup kaca dinding tempat itu.  Membuat semua isi WO itu terpampang jelas. Hingga akhirnya, dia berhasil menatap sang wanita.  Wanita itu tampak sangat cantik. Wajah kecantikan khas Eropa yang sangat sempurna. Badannya mungil berbalut dengan gaun pengantin berwarna putih tulang yang membuatnya tampak seperti malaikat. Rambutnya digelung asal ke atas tapi tidak mengurangi sedikitpun kecantikan parasnya.  Wanita itu tampak bahagia. Berputar memamerkan gaun yang dia kenakan pada pria yang akan bersanding dengannya kelak. Pria dari dalam mobil tersenyum dingin, tatapannya penuh dengan kebencian pada sang pendamping pria.  Tidak akan lama lagi saat kamu menjadi milikku Queensha  _YMO_ Seorang wanita muda terlihat mengakhiri kelas yang diajarnya siang itu. Wanita itu cantik dengan wajah khas eropa yang menawan. Iris biru mudanya berpendar cantik dan bersemangat. Tubuh mungilnya dibalut celana kulot hitam dan blazer coklat muda. Rambut hitamnya diikat satu memamerkan leher jenjangnya. Dia tersenyum pada murid murid salah satu senior high school terkemuka di Queens. "Sekian untuk pertemuan kita hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas yang kuberikan" Murid murid mengiyakan bersamaan dan sibuk membereskan semua perlengkapan mereka. "Ms Raffles, apa anda masih ada kelas siang ini?" Wanita muda yang dipanggil Ms Raffles itu mengangguk dan tersenyum pada seorang muridnya di kelas sosial,"Tidak Edrick. Ini kelas terakhirku. Apa ada pelajaran yang tidak kamu mengerti?" Edrick tersenyum dan menggeleng,"Tidak Ms, apa anda akan pergi makan siang?" Queensha mengangguk tersenyum. Edrick tersenyum semakin lebar,"Apa aku boleh menemanimu?" Queensha tersenyum kikuk,"Kamu sangat baik Edrick, tapi tidak. Kamu masih memiliki kelas kalkulus untuk siang ini" Edrick mendesah kecewa tapi dia masih tersenyum,"Baik. Semoga harimu menyenangkan Ms Raffles" Queensha tersenyum dan meninggalkan kelas. Queensha Adelia Raffles, seorang guru muda yang cantik dan cemerlang. Dia satu satunya guru termuda di West High School. Sebuah Senior High School terbaik di Queens. Semua siswa sekolah itu hanyalah kaum jetset New York. West High School tidak sembarang memilih guru, mereka hanya merekrut lulusan terbaik dari unversitas Ivy League dan Queensha salah satunya. Lulusan terbaik Universitas of Columbia. Sebenarnya dia lebih dari sanggup untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik selain menjadi guru. Tidak terhitung banyaknya perusahaan kelas dunia yang memintanya utnuk bergabung tapi dia menolaknya. Dia ingin menjadi guru. Queensha guru yang sangat menarik. Kecantikannya, kepintarannya, kebaikannya menarik banyak murid padanya. Bahkan tidak sedikit murid laki laki yang jatuh hati padanya walau perbedaan usia mereka cukup jauh. Queensha baru berumur 23 sedangkan rata rata murid yang mengutarakan perasaan mereka baru 16 atau paling tua 18 tahun. Bukan hanya murid, tapi para guru pria juga. Queensha berjalan melintasi koridor yang penuh dengan para murid yang hendak berpindah kelas. Banyak murid yang menyapanya saat mereka berpapasan. Queensha bagai permata yang terus bersinar membuat sosoknya mudah ditangkap oleh pandangan siapapun. "Ms Raffles" Queensha berhenti di ambang pintu keluar saat seseorang memanggilnya. Queen berbalik dan tatapannya bertemu dengan sosok Mr Edmund. Seorang guru olahraga West High. Guru yang satu ini tidak pernah lelah mengejarnya. Walau sudah ditolak beribu kali hingga rasanya bibir Queensha lelah untuk menolaknya. Queensha tersenyum,"Ya Mr Ed?" Edmund berdiri tinggi tegap menjulang di depan Queensha, statusnya sebagai guru olahraga membuat tubuhnya kekar,"Mau makan siang bersama?" Queensha menggeleng,"Maaf Sir, tapi aku sudah memiliki janji bersama temanku" Edmund memicingkan matanya,"Apa dia laki laki?" Queensha tersenyum kikuk sedikit tidak nyaman dengan rasa ingin tahu Edmund yang di atas wajar,"Tidak Sir, dia perempuan. Dia bekerja di Rivaldi Company" Edmund menganggukkan kepalanya mendengar nama salah satu perusahaan besar yang paling berpengaruh di dunia itu. Anak perusahaannya berada tidak jauh dari sekolah mereka,"Baik kamu mendapat ijinku. Semoga makan siangmu menyenangkan" Edmund melenggang pergi dan tidak sekali dia berhenti untuk memarahi anak anak di koridor. Queensha menggelengkan kepalanya. Siapa juga yang membutuhkan ijin guru itu. Queensha kembali berjalan keluar sekolah. Dia berjalan ke luar gerbang dan menyusuri pedestrian menuju Baba Cafe. Sebuah cafe terkenal daerah Queens yang menjajakan makanan khas timur tengah. Queensha berjalan berbaur bersama para pejalan kaki lainnya. Tapi, entah kenapa dia merasa seseorang mengikutinya. Berulang kali dia menengok ke belakang tapi nihil tidak terlihat seorang pun yang mencurigakan. Queensha mempercepat langkahnya. Ini terjadi lagi. Sudah lama sejak dia menjadi guru di West High dia merasa diikuti. Ini membuatnya tidak nyaman dan paranoid. Dia pernah menceritakan hal ini pada Chris tunangannya. Tapi Chris bilang itu mungkin hanya perasaannya saja. Dan Queensha mencoba mempercayai tunangannya itu, tapi hal itu tidak membuatnya merasa lebih baik. Smartphone Queensha berdering lembut dengan getaran yang membuatnya membuka tasnya. Dia mengambil ponsel pintar itu dan melihat siapa yang menelponnya. Fairy Gallery Ini telepon dari desainer yang dia dan Chris pilih untuk mengurusi segala hal tentang pernikahan mereka. Fairy Gallery adalah desainer terkenal di Queens. Meski tidak seterkenal desainer lainnya di New York, di kota kecil seperti Queens, gaun pernikahan rancangannya terkenal indah. Queensha menggeser layarnya dan menerima panggilan itu. "Halo" "Halo selamat siang Ms Raffles, saya Leony dari Fairy Gallery." Queensha mengangguk, sadar kalau si penelopon tidak akan melihat anggukannya, dia menawab,"iya, halo Ms Leony, ada apa ya? Maaf apa anda sakit? Suara anda terdengar bergetar" Terdengar kekehan gugup dari seberang telepon. Queensha semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti apa yang terjadi pada perempuan muda yang selalu terlihat kelebihan semangat ini. "Aku.. Aku sedikit tidak enak badan. Ehm, Ms Raffles ada sebuah kabar buruk yang harus kusampaikan. Aku benar benar minta maaf" Queensha terdiam menunggu lanjutan kalimat Ms Leony. "Maafkan saya, saya tidak bisa menjual gaun yang kemarin anda coba kepada anda Nona. Saya benar benar minta maaf." Queensha membulatkan matanya tidak percaya. Bagaimana bisa pihak Galery tidak menjual gaun itu padanya sedangkan pernikahannya sudah di depan mata. "Kamu tidak bisa melakukan itu padaku Ms Leony, bukankah kami sudah memesannya" "Aku benar benar minta maaf Ms Raffles. Gaun itu sudah terjual." Queensha tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bagaimana bisa pihak Galery menjadi begitu picik seperti ini? Sejak kapan gaun yang sudah dia pesan bisa dijual pada orang lain? "Anda tidak bia melakukan itu pada saya Ms Leony, pernikahanku su.." "Maaf Nona, jika anda tidak menyukai keputusan gallery, anda dan Mr Chris bias mencari gallery yang lain. Selamat siang" _YMO_ Leony memutuskan sambungan teleponnya. Dia meletakkan ponselnya perlahan dengan lengan yang masih bergetar. Air mata melunturkan riasan matanya. Badannya bergetar kecil. Rasa takut mencekiknya dengan begitu erat. Dia bahkan kesulitan untuk bisa bernafas dengan normal. "Aku.. Aku sudah melakukan apa yang kamu mau" Pria di depannya mengangguk puas dan menurunkan senapan di tangannya,"Kerja bagus Leony. Sekarang berikan gaun yang kemarin" Leony mengangguk. Dia berbalik dan berjalan perlahan ke arah lemari kaca yang memajang gaun pernikahan yang harusnya dikenakan Queensha minggu depan. Leony melepaskan gaun itu dari manekin dan memasukkannya ke dalam plastik laundry. Dia berbalik dan memberikan plastik berisi gaun itu pada pria di depannya. Pria di depannya mengambil pakaian yang diberikan Leony. Dia tersenyum puas, luka sayatan di pinggir kiri bibirnya membuat senyumnya tampak menyeramkan. Matanya menatap Leony,"Kerja bagus. Ini uang untuk gaun ini" Pria itu mengangkat sebuah koper di sampingnya dan melemparkannya di depan Leony membuat suara berdebam yang keras. Leony terpekik dan kembali menangis ketakutan. Seumur hidupnya dia tidak pernah berada di situasi seperti ini. Di situasi di mana hidupnya dipertaruhkan. Pria itu merogoh saku belakangnya. Mengeluarkan sebuah ponsel mode lama dan menelpon seseorang. Saat sambungan panggilan berhenti menandakan sambungan teleponnya diangkat, dia langsung berbicara,"Gaun itu sudah diamankan Tuan. Apa yang harus saya lakukan sekarang?" Terdengar suara berat seorang pria yang terdengar halus dan menyenangkan tapi mengintimidasi di saat yang sama ,"Apa dia melihat wajahmu?" Si penelpon menatap Leony dan tersenyum saat mengerti ke arah mana pembicaraan mereka akan berakhir,"Iya tuan. Dia melihat wajahku" "Sayang sekali. Fairy Gallery harus mencari pemilik baru sekarang. Hapus dia Kevin" "Baik tuan" Pria bernama Kevin itu kembali menaruh ponselnya. Dia lalu kembali mengangkat senapannya dan tersenyum lebar,"Terimakasih dan selamat tinggal". _YMO_ Queensha menolehkan kepalanya ke seluruh bagian cafe yang tidak terlalu ramai siang itu. Saat dia melihat seseorang melambaikan tangannya, Queensha berjalan ke arah perempuan itu dan duduk di depannya. "Maaf aku terlambat Karen" Perempuan yang dipanggil Karen itu tersenyum dan mengibaskan lengannya,"Tidak usah kamu pikirkan aku juga baru" Queensha mengangguk. Dia memanggil waiter dan memesan makanan favorinya di sini. Setelah itu, dia kembali menatap sahabatnya itu. Karen Derryl Rivaldi. Sahabatnya dari sejak dia masih kuliah di Columbia. Karen berbeda dengannya. Karen berasal dari keluarga yang kaya raya. Kakanya adalah salah satu pengusaha sukses terkaya di Amerika . Kini Karen memegang anak perusahaan Rivaldi Company yang letaknya tidak jauh dari West High. "Bagaimana persiapan pernikahanmu?" Queensha menggeleng kecewa mengingat pembicaraan dia dan Leony tadi,"Aku kacau Karen. Fairy Galery membatalkan pesanan gaunku. Mereka bilang gaun yang kuinginkan telah terjual pada orang lain" "Apa?!" Karen menatap tidak percaya pada sahabatnya itu. "Kamu pasti bercanda. Galery itu bisa dituntut!" Queensha mengangkat bahunya pasrah,"Jangan memperkeruh suasana Karen, kamu tahu kalau ibu Chris benci keributan yang tidak perlu" Karen berdecak,"Tante gendut cerewet itu memang menyebalkan dia banyak menuntut ini itu sama seperti Chris. Aku tidak habis pikir apa yang kamu lihat dari pria itu Queensha?!" Chris Ridwan Martin adalah sahabatnya dari kecil. Pria berdarah Indonesia Perancis itu sudah merebut hatinya sejak mereka masih duduk di sekolah dasar. Chris selalu menjadi pembelanya saat banyak anak laki laki yang mengganggunya. Chris gurunya baik dalam pelajaran di sekolah maupun dalam kehidupan. Chris orang yang bijak dan dewasa. Bersama dengan Chris membuatnya lebih tenang dalam menghadapi kehidupan yang terkadang tidak adil. Chris bukanlah pria kaya raya yang mengendarai mobil mewah pabrikan italia. Dia bukanlah pria berjas yang menghadiri meeting meeting penting bersama orang orang penting. Chris bukan dokter, bukan pengacara, ataupun jaksa. Chris hanyalah seorang staff keuangan di sebuah perusahaan kecil. Tapi Chris memperjuangkan semuanya untuk Queensha. Saat Queensha harus berhenti kuliah karena tidak memiliki biaya, Chris memberikan semua bayaran yang dia terima dari perusahaannya untuk Queensha agar Queensha bisa melanjutkan kuliahnya. Chris menentang ibunya demi bisa bersama Queensha. Chris adalah satu satunya pria yang ada dalam kehidupan Queensha. "Aku mencintainya Karen." Karen berdecak, "Dan kamu bisa sarapan besok dengan semangkuk cinta." Queensha tersenyum tidak menanggapi sarkastik dari Karen. "Bagaimana dengan harimu Queensha? Apa kamu masih merasa diikuti?" Mendengar Karen membahas itu membuat Queensha kehilangan senyumnya dan mengangguk. "Ck! Itu pasti salah satu orang dari sekolah. Kamu tahu kalau kamu sangat populer di sana, Aku berani bertaruh. Stalker yang mengikutimu pasti si guru berbadan Hulk itu. Atau salah satu murid laki laki yang pernah menyatakan cinta padamu. Kehidupanmu sebelumnya normal sebelum kamu menjadi guru di sana" Queensha tidak menjawab. Dia menundukkan kepalanya. "Keluar dari sana Queensha, dan kerjalah di perusahaan kakakku. Kamu akan menerima bayaran yang lebih besar dari pada di West High." "Aku jurusan Sosiologi di Columbia, aku bisa jadi apa di perusahaan besar seperti itu Karen?" "Aku akan memaksa Terren menerimamu sebagai sekretaris pribadinya" Queensha terkekeh dan menggeleng,"Terimakasih tapi tidak" "Terima saja Queensha dan kakakku ada di sini" Queensha membulatkan matanya tidak percaya dia berbalik mengikuti arah tatapan Karen dan tatapannya bertemu pada sesosok pria yang memasuki cafe. Pria itu amat sempurna. Dengan badan tegap dan tinggi. Jas berwarna navy yang dipadu dengan kemeja hitam elegan dan celana denim, membuatnya tampak lebih menawan. Iris hitamnya begitu dingin menusuk menatapnya. Wajahnya bagai mahakarya para dewa begitu sempurna tanpa sedikitpun kekurangan. Aura intimidasi menguar darinya, begitu menakutkan tapi memukau. Sesuatu dalam diri pria itu terasa menyeramkan tapi anehnya begitu memikat seperti dosa yang nikmat. Membuat sosoknya menjadi bintang di tempat itu. Tidak hanya satu atau dua orang yang melemparkan tatapannya pada sosok itu. Pria itu terus berjalan ke arah Karen dan Queensha tanpa sekalipun melepaskan tatapannya dari Queensha. Saat dia sudah berada di depan mereka, Pria itu tersenyum kecil,"selamat siang nona nona" Terren Derryl Rivaldi Pria sempurna yang terkenal sebagai iblis dalam dunia bisnis. Sangat ambisius hingga tidak segan segan menggulingkan semua saingannya. Yang mereka tidak tahu kalau dia memang iblis. Salah satu iblis berparas malaikat yang lain.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
99.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook