Ring

1911 Words
You don't know how long I have wanted to touch your lips and hold you tight,oh You don't know how long I have waited and I was going to tell you tonight But the secret is still my own and my love for you is still unknown Alone -Celine Dion Alone- Terren mengajak Queensha mendatangi sebuah butik perhiasan Alaric Jewellery yang terletak di pusat Kota Queens. Karena permintaan Terren, Queensha tidak bisa menolaknya. Entah apa yang dimiliki pria itu hingga Queensha tidak berani membantah satupun kata laki laki itu. Pintu kaca otomatis terbuka di depan mereka, Terren melangkah memasuki butik perhiasan itu. Queensha mengekor di belakangnya. Jajaran lemari kaca terbentang dari ujung ke ujung berisikan banyak perhiasan cantik. Seorang pelayan toko berambut pirang menghampiri mereka. Pelayan itu masih muda mungkin baru menginjak Sembilan belas. Pelayan itu berhenti di depan Terren dan sedikit terpesona melihat Terren.  “Halo selamat siang Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?” Terren tersenyum kecil,”Kami mencari cincin pernikahan” Pelayan itu terlihat sedikit kecewa, tapi tidak lama dia tersenyum,”Mari ikut saya Tuan, Nona” Pelayan itu mengarahkan mereka ke arah sebuah lemari kaca berisikan cincin cincin cantik,”Silahkan Tuan, Nona ini koleksi terbaik kami” “Ijinkan aku memilihkannya untukmu Queensha” Queensha beralih menatap Terren yang sedang menatapnya lekat dengan jarak yang sangat dekat. Iris Terren begitu gelap, membuat Queensha terjebak dalam kegelapan itu berusaha menggapai apa yang dipantulkan dalam kegelapan itu. Queensha mengangguk tanpa sadar. Terren tersenyum kecil dan kembali mengangkat wajahnya menjauh dari Queensha,”Pilihan bijak” Terren beralih menatap pelayan muda itu,”Aku mau Queen Ring” Pelayan itu terlihat terkejut. Pemilik Gallery berkata bahwa nanti akan datang sepasang pasangan yang akan mengambil cincin pesanan mereka. Itu adalah Queen Ring sebuah cincin yang langsung didesain oleh desainer terbaik mereka. Harga cincin itu sendiri sangat fantastis,”Tunggu sebentar” Pelayan itu pergi ke dalam dan keluar dengan sebuah kotak buludru hitam yang terlihat mewah. Kotak itu lalu diberikan pada Terren. Terren membukanya dan terlihat puas dengan cincin di tangannya. Dia lalu memperlihatkannya pada Queensha.  Queensha terperangah menatap cincin itu. Sangat cantik dan mewah. Dengan warna berlian yang unik. “Kamu menyukainya?” Queensha mengangguk. Terren mengambil sebelah cincin itu dan mengangkat lengan Queensha, dia lalu meloloskan cincin itu ke jari manis Queensha. Pas dan terlihat semakin cantik di jari manis Queensha. “Sebuah cincin yang pantas untuk seorang ratu” Queensha terpana melihat cincin di jari manisnya, seperti sihir yang membuatnya terus terpaku pada cincin yang begitu indah itu. Terren tersenyum puas melihat Queensha menyukai cincinnya. Alunan merdu dari Beethoven mengganggu suasana yang terasa magic itu. Queensha mengerjapkan matanya dan segera merogoh sakunya. “Halo?” “Kamu di mana?” Suara ketus Chris membuat hatinya serasa dicubit. Beberapa hari lagi pernikahannya, dan tadi yang berada di pikirannya hanyalah Terren. Bukan Chris. “Aku… Aku di Alaric Jewellery, Apa kamu sudah mendapat telpon dari toko perhiasan cincin kita?” Queensha menggigit bibirnya merasakan getaran yang amat kentara dalam suaranya. Berada di tempat ini bersama pria yang bukan calon suaminya membuatnya merasa berdosa pada Chris. Lama tidak ada jawaban, hingga membuatnya merasa tambah bersalah. Jika saja dia tidak meminta cincin di toko itu. “Chris Maaf..” “Jangan minta maaf Queensha, semua sudah berlalu. Semoga kamu menyadari di mana kesalahanmu” Hati Queensha kembali merasa dicubit. Dia menganggukkan kepalanya,”Maafkan aku” “Apa yang kamu lakukan di Alaric’s?” “Aku sedang beli cincin untuk pengganti cincin kita” Kembali tidak terdengar jawaban. Queensha yakin Chris pasti marah besar. “Kenapa kamu tidak pernah mendengarkanku Queensha? Aku tidak mau kamu mengeluarkan uang sepeserpun untuk pernikahan kita. Biar aku yang mengeluarkan uangnya. Lalu kenapa kamu berada di Butik perhiasan mahal itu? Apa kamu sudah merasa hebat?” Queensha menggigit bibirnya menahan rasa ngilu yang menghantam hatinya,”Karen, Keluarga Karen membelikan cincin untuk kita sebagai hadiah pernikahan” “Kemarin gaun, sekarang cincin. Apa kamu pikir aku bodoh?! Kamu membeli gaun dengan harga yang fantastis belum lagi cincin. Apa kamu pikir aku akan percaya kalau semua itu adalah hadiah?!” “Ini keluarga Karen yang sedang kita bicarakan. Kamu tahu kalau aku dekat dengan Karen” Terren tersenyum kecil melihat emosi yang terpancar dari wajah Queensha penuh dengan rasa bersalah dan frustasi. Dia yakin kalau Chris pasti sangat marah atas semua yang telah Terren lakukan dan itu pasti akan mengganggu ego Chris sebagai pria. Terren melangkah mendekat pada Queensha dan mengambil ponsel yang sedang digunakan perempuan itu. “Halo Chris” Lama tidak ada jawaban, sampai terdengar geraman tertahan Chirs,”Ini siapa?” Terren tersenyum kecil,”Namaku Terren. Aku adalah kakak laki laki Karen. Aku menemani Queensha mencari cincin dan gaun saat kamu tidak bisa menemani calon pengantinmu” Chris terdiam. Amarah terasa sampai ke ubun ubunnya membuatnya hendak meledak. Siapapun pria yang sedang menjawab telponnya terlihat jelas sedang memancingnya. Semua yang dikatakan pria itu benar benar melukai sisi laki laki Chris. “Berikan telponnya pada tunanganku.” Terren tersenyum puas merasa kalau pancingannya berhasil saat mendengar suara Chris yang terasa bergetar entah karena amarah atau sakit hati. Terren beralih menatap Queensha yang menatapnya cemas. “Kenapa kamu menjawab telponku Terren?” Terren tidak berekspresi apapun saat Queensha memelas padanya. Terren hanya menyerahkan telponnya pada Queensha,”Dia mau berbicara padamu” Queensha dengan tergesa mengambil ponsel itu. Terren diam dan menatap datar pada Queensha yang terlihat sangat panik. Melihat kepanikan dalam wajah Queensha membuat Terren yakin akan satu hal, kalau Queensha sangat mencintai pecundang itu. Tapi, itu tidak masalah. Sejauh ini rencananya berjalan sempurna. Semuanya sudah dia pertimbangkan baik baik. Ini adalah rencana yang sempurna sampai Queensha akan jatuh dalam genggamannya. Jika dia tidak bisa memiliki Queensha, maka tidak ada yang bisa memilikinya bahkan mungkin dunia pun tidak berhak memiliki Queensha. Queensha berbalik menatap Terren. Ponselnya sudah dia masukkan ke dalam tasnya. “Terren?” Terren menatap Queensha datar,”Ada apa Queensha?” Queensha menggigit bibirnya merasa bersalah. Dia ingin menyampaikan semua yang dikatakan Chris padanya tadi. Semua kalimat pedas yang menyakiti perasaan Queensha. Tapi, apa dia sanggup mengatakannya pada Terren? Terren tersenyum kecil. Wajah Queensha adalah buku yang terbuka. Semua yang berkecamuk dalam benak perempuan itu bisa dengan mudah ditangkap Terren. “Dia marah padamu?” Queensha menganggukan kepalanya,”Maafkan aku. Harusnya aku tidak pernah menerima semua pemberianmu” Terren tersenyum manis,”Itu bukan pemberian Queensha sayang. Itu adalah hadiah. Hadiah artinya aku turut berbahagia atas kebahagiaanmu. Lagipula semua uang yang kukeluarkan itu tidak seberapa bagiku” ”Aku berterimakasih padamu. Tapi Chris tidak menyukainya. Dia bilang itu semua harusnya adalah tugasnya. Dia akan mengembalikan semua uang yang telah kamu keluarkan” Terren tersenyum kecil meremehkan. Apa yang bisa diberikan pecundang itu? Setahun gaijnya pun tidak akan bisa menggantikan semua uang yang sudah dikeluarkan Terren untuk gaun maupun cincin,”Aku tidak mengharapkan penggantian sepeserpun, seperti yang telah kukatakan kalau itu adalah hadiah. Sebenarnya uang yang hendak dibayarkan Chris lebih berguna untuk kehidupan kalian setelah pernikahan….” Terren menghentikan kalimatnya. Jika itu memang ada tentunya. “Tapi jika harga diri lebih penting bagi Chris. Aku bisa menerimanya.” Queensha menggigit bibirnya tidak nyaman dengan pembicaraan ini, karena walau tidak suka dengan apa yang dikatakan Terren, tapi Queensha tidak dapat membantahnya karena Chris memang seperti itu. Harga diri Chris terlalu tinggi bahkan jika itu dengannya sekalipun. “Maafkan aku Terren, Chris akan membayar semuanya dengan mencicil.” Terren tersenyum kecil. Tentu pecundang itu tidak akan mampu,”Tidak apa. Aku tidak terlalu mengharapkan penggantian apapun. Aku lebih mengharapkan kebahagiaan kalian. Biar nanti uang yang diberikan oleh Chris kutransfer ulang ke rekeningmu” Queensha tertegun mendengar penjelasan Terren. Pria ini sangat baik. Dia sudah salah sempat berprasangka buruk tanpa sebab yang jelas. Karen beruntung memiliki kakak sebaik Terren. Tapi Queensha tidak bisa menerimanya meski Terren bilang akan mengembalikan uang Chris, karena jika Queensha melakukan itu, harga diri Chris akan semakin terluka,”Terimakasih. Tapi, tidak. Aku menghargai keputusan Chris” Terren mengeraskan rahangnya mendengar Queensha masih saja membela pecundang itu. Chris memang tidak pantas untuk bersanding Queensha. Terren tersenyum manis,”Aku menghargai keputusanmu. Kita pulang sekarang?” Queensha menggeleng, “Kurasa kamu harus pulang sendiri. Chris bilang dia akan menjemputku” Pria itu benar benar menguras kesabaran Terren. Iblis dalam dirinya memberontak. Menuntut Terren untuk segera memberikan hukuman yang sangat buruk melebihi kematian pada Chris. Keinginan itu sangat kuat, membuat kepala Terren berdenyut. Tapi Terren tersenyum,”Kalau begitu, mari kutemani kamu menunggu tunanganmu”  Terren memiliki kontrol emosi yang luar biasa. _YMO_ Terren menginjakkan kaki ke dalam mansionnya. Seluruh kejadian tadi sore masih terekam jelas dalam ingatannya. Terpatri hingga ke detail terkecilnya. Bagaimana pria itu masuk ke dalam kedai tempat dia dan Queensha menunggu kedatangannya. Bagaimana pria itu menghampiri mereka dan mengajak Queensha pulang tanpa mengatakan apapun. Kesombongan yang tidak pantas dimiliki hama sepertinya. Harga dirinya yang terlalu tinggi membuat Terren ingin sekali menarik pelatuk handgun yang terselip di saku jasnya saat itu juga. Jika saja kontrol emosi Terren tidak sempurna, mungkin dia sudah merusak semua rencana sempurna yang telah dia persiapkan. Terren melangkah melewati ruangan demi ruangan mansionnya yang mewah. Interior mansion didominasi warna putih, hitam dan perabot dari kayu terbaik. Walau mansion itu mengagumkan, tapi rasa dingin menyelimutinya. Mansion itu bukan rumah yang menyambut pemiliknya. Tidak ada siapapun di sana. Para pelayan hanya akan datang di saat Terren tidak ada di mansion. Terren menyukai kedamaian dan kesendirian. Terren menaiki tangga melingkar ke lantai dua menyusuri lantai hingga sampai ke pintu yang terletak paling ujung. Terren mengeluarkan sebuah kunci yang terbuat dari emas dari sakunya dan membukanya. Dia melangkah ke dalam dan tersenyum puas melihat isi ruangan itu. Dia menutup matanya dan menarik nafasnya panjang menikmati aroma yang sama percis dengan parfume yang digunakan Queensha. Dia kembali membuka matanya dan iris itu penuh dengan obsesi yang sangat gila. Ruangan itu berbentuk segi empat. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tidak ada jendela di sana. Dindingnya yang dicat putih penuh dengan foto foto Queensha yang menempel tidak beraturan. Semua foto berukuran R4 itu candid. Hasil seorang pengintai yang telah dibayar Terren untuk mengikuti Queensha. Tidak ada sedikitpun space yang bebas dari foto itu kecuali bagian tengah dinding. Di sana terdapat sebuah foto yang amat besar. Besarnya hampir menutupi dinding. Foto Queensha yang sedang tersenyum di sekolah tempatnya mengajar. Di samping foto itu terdapat dua buah vas besar berisi banyak bunga mawar berwarna merah. Di salah satu sudut ruangan terdapat sebuah manekin yang mengenakan gaun pengantin yang asalnya akan dikenakan Queensha di pernikahan nanti. Terren menengadahkan kepalanya dan tersenyum pada sebuah lukisan. Lukisan wajah Queensha yang dibuat oleh seorang seniman terhebat dunia. “Ratuku” Terren menundukkan wajahnya. Bertahanlah sebentar lagi sayang. Aku akan menyelamatkanmu dari tangan pencundang itu. Kamu akan bahagia denganku. Aku akan memperlakukanmu sebagaimana layaknya seorang ratu. Terren berlutut di depan foto besar Queensha. Menatap potret cantik Queensha. Aku sudah menunggumu sangat lama. Bergumul dalam kesedihan dan kesendirian yang tidak ada habisnya. Waktu berjalan dengan amat lambat saat aku masih menantikanmu. Dan kini kamu berada tepat dihadapanku. Aku akan membawamu kembali tepat ke sampingku. Tidak ada siapapun yang bisa menghentikanku. Bahkan jika itu kematian. Ponsel Terren bergetar lembut. Terren mengambil ponselnya dan melihat unknown number. Dia tersenyum kecil. “Halo?” “Nona Queensha sudah tiba di flatnya Sir. Dia sendirian sekarang” Terren tersenyum puas,”Kamu boleh pergi Kevin. Aku akan menemuinya sekarang” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD