As A Queen

1322 Words
Terren duduk di ruang tunggu ganti pakaian, sedangkan Queensha ditemani dua orang pelayan sedang mencari gaun yang dia inginkan. Terren tersenyum dan menyandarkan tubuhnya ke sofa berwarna maroon. Berada di sini, menunggu Queensha yang sedang mencari gaun pengantin, dan nanti akan menilai gaun yang dikenakan Queensha membuatnya merasa seperti dialah yang akan menikah dengan Queensha. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin malam. Maafkan aku adikku sayang. Jika aku tidak melakukan itu, mungkin aku tidak akan duduk di sini sekarang. Dan sayangnya aku tidak menyesal. Terren menyeringai. Flashback Terren sedang berdiri menghadap kaca yang menampilkan halaman belakang mansionnya yang sangat luas. Taman belakang mansion Terren adalah sebuah taman yang cqantik dengan banyak tanaman hias, patung patung penghuni Olympus, tempat untuk barbeque dan sebuah labirin. Terren kini berada dalam ruang kerjanya. Sebuah ruangan serba putih dengan lantai vinyl kayu dan seluruh parabotan dari kayu jati. Sisi kanan ruangan terdapat rak buku yang tinggi menyentuh langit langit. Sebuah meja besar menjadi jarak antara Terren dan Kevin. Kevin Fabregas adalah seorang malang yang memiliki masa lalu yang buruk. Kevin adalah anjing neraka. Pria yang tidak memiliki pilihan lain selain bertarung sampai titik darah penghabisan dalam arena hell shadow. Hell Shadow adalah arena tarung illegal yang rahasia. Para anggota Hell Shadow adalah orang orang berbahaya dari seluruh dunia. Keberadaan Hell Shadow sendiri dirahasiakan oleh CIA, bisa dikatakan kalau Hell Shadow adalah borok bagi Parlemen Amerika. Kevin hidup dan matinya dibeli oleh seorang sponsor dari Hell Shadow. Kevin harus terus berada dalam arena, dipukuli hingga hampir mati atau memukuli hingga hampir mati. Tapi dia tidak pernah menjadi King. Dia selalu kalah dari seorang pria. King adalah sebutan bagi pemenang dalam pertarungan. Dan Terren adalah salah satu penikmat baru acara Hell Shadow. Dia adalah salah satu sponsor yang memiliki banyak uang. Melihat Kevin, Terren merasa tertarik. Terren pintar menilai orang. Mengetahui perasaan seseorang, sifat seseorang dan memanipulasinya adalah berkat dari kelainan mental yang dia alami. Terren membeli Kevin. Memberikan kebebasan dari Hell Shadow dengan imbalan pengabdian Kevin padanya seumur hidupnya. "Apa semua sudah kamu selesaikan?" "Sudah tuan" Terren mengangguk, "Bagaimana dengan Leony?" "Saya sudah membereskan mayatnya. Semua manipulasi TKP sudah selesai. Polisi akan mengira dia kecelakaan setelah berusaha membawa kabur uang gallery" Terren mengangguk puas,"Pastikan Jaksa yang menangani kasusnya tidak melakukan otopsi" "Baik Tuan" Terren tersenyum, walau dia sedikit tidak puas. Rasa puasnya akan sempurna jika dia melakukan semuanya sendiri. Jika saja bukan karena janji yang telah dia buat... "Di mana gaunnya?" "Ini tuan" Terren berbalik dan melihat gaun putih yang dikeluarkan Kevin dari koper. Melihat Gaun itu, mengingatkan Terren bagaimana cantiknya Queensha saat mengenakannya. Queensha bak malaikat. Tapi mengingat Chris yang menemani perempuannya, membuatnya muak dan marah. Iblisnya murka. "Taruh dalam ruangan milikku." Ceklik "APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN TERREN?!" Kevin tersentak melihat Nona Karen masuk ke dalam ruangan dengan kekecewaan yang amat pekat. Air mata membanjiri wajahnya yang cantik. "Kamu yang melakukannyakan?! Kamu merusak pernikahan Queensha!" "Nona.." "Tinggalkan kami Kevin!" Kevin menunduk dan meninggalkan ruangan. "Dia adalah sahabatku Terren! Dan Kamu sudah berjanji!" Karen menangis melihat sang iblis telah kembali. Terren yang kejam yang dan akan melibas siapapun yang menghalangi jalannya. Terren menatap Karen tajam tapi begitu tenang. Ketenangan yang malah membuat Karen semakin waswas. "Aku menepati janjiku. Aku tidak menumpahkan darah dengan tanganku" "Tapi kamu membuat Kevin membunuh untukmu!" Terren tertawa,"Karen sayang, aku tidak berjanji untuk tidak menumpahkan darah dengan tangan orang lain" "Tapi, dia.." Raut wajah Terren berubah, wajah itu kaku dengan aura gelap yang pekat. Tatapannya tajam seolah bisa mencabut nyawa Karen saat itu juga?"Diam! Jangan pernah kamu berani menyebut namanya." Karen tersentak. Badannya bergetar kecil. Rasa takut serasa mencekiknya. Air matanya kembali mengalir dan dia menatap kakak kandungnya penuh dengan kekecewaan dan ketakutan. Terren berjalan mendekat pada Karen. Dan Karen perlahan mundur. Terren terlihat begitu menyeramkan. Semua memori gelapnya kembali. "Terren" Terren menyeringai,"Apa kamu kembali takut padaku adikku sayang?" Karen meneguk salivanya,"Apa... Apa ini karena Queensha?" Terren menyeringai puas,"Kamu selalu pintar Karen" Karen tersentak dan menatap Terren penuh keyakinan," Apa.. Apa kamu yang selama ini terus menguntit Queensha?" Terren menyeringai,"Kamu benar." Karen tidak bisa menahan dirinya, rasa bersalah kembali menghantuinya. Jika saja waktu itu dia tidak memperkenalkan Terren pada Queensha "Jangan sakiti Queensha" Terren tersenyum,"Tidak akan selama kamu mengikuti semua keinginanku adikku sayang" Flashback off "Terren" Terren mengalihkan pandangannya pada Queensha yang memanggilnya. Betapa dia tidak bisa menahan dirinya untuk terpukau. Di sana Queensha tampil begitu cantik bak seorang ratu. Queensha merasa wajahnya memerah ditatap begitu intens oleh Terren dengan tatapan pemujaan yang tidak pernah dia rasakan meski itu dari Chris sekalipun. Queensha mengakui kalau ini adalah gaun terindah yang pernah dia liat. Berkali kali lipat lebih indah daripada gaun yang Chris pilihkan untuknya dulu. "Kamu cantik." Queensha merasa jantungnya berdetak dengan cepat. Saling berkejaran membuatnya merasa jika jantungnya bisa loncat kapanpun. Ya Tuhan apa yang terjadi padaku? Queensha kembali menata hatinya dan mencoba menetralkan debar jantungnya meski terasa sulit. Terlebih ketika Terren tiba tiba maju dan berdiri sangat dekat dengan Queensha,"Kamu sangat cantik. Inilah bagaimana cara memperlakukan seorang ratu yang sebenarnya" _YMO_ Terren dan Queensha sedang makan di sebuah restoran Jepang yang cukup terkenal di daerah Queens. Queensha makan dengan lahap. Dia pecinta sushi tapi Chris benci sushi. Jadi dia sudah lama tidak makan makanan jepang itu. Tapi tadi secara ajaib Terren mengajaknya makan sushi. Ini terasa aneh, dia dan Terren mungkin baru berjumpa beberapa kali dan bahkan hanya mengenal nama saja, tapi dia merasa Terren sudah sangat mengenalnya. Terren memperhatikan Queensha yang makan dengan lahap. Dia tersenyum menikmati momen ini. Momen di mana dia bisa bersama dengan perempuan yang dia puja. Tiba tiba terdengar alunan lagu, dan Queensha berhenti makan. Dia merogoh tasnya dan mengambil smartphonenya. Terren mengernyit tidak suka melihat Queensha masih menggunakan ponsel yang murahan seperti itu. Meski sebenarnya ponsel Queensha bukanlah tipe model ponsel lama, hanya saja Terren ingin Queensha memakai segalanya yang terbaik karena Queensha adalah seorang ratu. "Halo" "..." "Apa? Tapi, kenapa?" "..." "BAgaimana dengan uang penggantian?" "..." "Baiklah. Terimakasih untuk semuanya. Semoga masalahmu cepat terselesaikan" Queensha kembali menaruh ponselnya. Terren menatap raut Queensha yang terlihat sangat kecewa. Matanya terlihat berkaca kaca, bahkan Terren merasa kalau Queesnha bisa menangis saat ini juga. Tapi, Terren tersenyum tipis. Kevin telah melakukan tugasnya dengan baik. "Ada apa Queensha?" Queensha menatap Terren. matanya terasa memanas, tapi dia menahannya,"Toko perhiasan tempat aku dan Chris memesan cincin kebakaran, mereka tidak akan bisa memberikan cincin yang kami pesan" Queensha mengangkat wajahnya menahan air matanya yang terasa mendesak. Kenapa semua kemalangan ini datang bertubi tubi beberapa hari lagi menjelang pernikahannya. Kenapa pernikahan yang selama ini dia impikan berubah menjadi seperti ini. Chris akan marah jika tahu kalau perhiasan pesanan mereka tidak bisa mereka ambil, terlebih hanya lima puluh persen uang yang akan kembali. Terren tersenyum puas. Kevin selalu bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. "Queensha" Queensha menghapus air matanya dan menatap Terren,"Maaf, tidak seharusnya aku seperti ini di depanmu" Terren menggelengkan kepalanya dan menatap Queensha iba,"Aku paham." Queensha tidak bisa menahan dirinya dan kembali menundukkan wajahnya. "Kamu bisa mengatakan semuanya pada Chris. Calon suamimu itu harusnya bisa paham", Terren mencoba menghibur Queensha dengan nada suara yang sarat keprihatinan. Queensha menggeleng,"Chris akan marah. Aku memintanya untuk membeli cincin di toko itu walau aku tahu harga cincin di sana cukup mahal. Aku mengajukan diriku untuk membeli cincin pernikahan kami, tapi Chris menolak, walau pada awalnya dia marah, tapi akhirya dia mengikuti keinginanku dan bahkan melarangku mengeluarkan uang sepeserpun. Chris juga sudah melakukan segala cara agar bisa mendapatkan cuti untuk bisa beli cincin bersamaku." Chris.. Chris.. Chris.. Tangan Terren gatal ingin mencabut kepala pria b******k itu. Rasanya dia sangat amat marah. Iblis dalam dirinya menuntutnya untuk segera melenyapkan pria b******k yang terus mengikat ratunya. "Kenapa menjelang pernikahanku semua masalah datang silih berganti?" Terren tersenyum miring,"Mungkin karena kamu memang tidak berjodoh dengannya" Queensha tersentak dan menatap Terren tidak terima. Tapi Terren tersenyum manis,"Aku hanya bercanda Queensha. Ayo beli cincin bersamaku. Aku yang akan membayar semuanya" Queensha membulatkan matanya dan menggeleng,"Tidak.." "Anggap saja ini hadiah pernikahan dari keluargaku. Aku memaksa Queensha"  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD