2. Pernikahan Yang Harus Terjadi

1285 Words
Satu minggu sudah Rivka berusaha membatalkan pernikahannya dengan Rendy, tetapi hal itu sama sekali tidak berhasil. Ibunya seakan punya seribu satu cara agar Rivka tak lagi-lagi menolak keinginannya, hingga kini Rivka dan Rendy berdiri di atas pelaminan sambil menyalami para tamu undangan yang hadir di pernikahan mereka. Tak banyak sebenarnya, karena Rivka sudah memberikan syarat itu bahwa ia tidak ingin banyak tamu yang hadir. Setelah ijab kabul dilaksanakan, mereka memang langsung berganti pakaian lagi untuk pesta pernikahannya. Rendy tak henti-hentinya mengumbar senyum penuh kebahagiaan sambil mengucapkan kata terima kasih pada tamu undangan yang hadir, sedangkan Rivka menyalami tamu itu dengan senyum penuh keterpaksaan. Hingga acara selesai, akhirnya Rivka bisa bernapas lega karena ia terbebas dari senyum palsunya. Lelah juga ternyata berpura-pura bahagia bersama orang yang tidak kita harapkan menjadi pendamping hidup kita, entah bagaimana kehidupan Rivka selanjutnya. Rivka tidak ingin memikirkan hal-hal yang akan membuatnya sakit kepala, setidaknya ia sudah lega karena ibunya tak menuntut ia menikah lagi. Walau dongkol dan kesal tak terelakkan Rivka rasakan, tetapi mungkin pernikahan ini akan menjadi ajang coba-coba saja baginya. Tinggal menjalani, terlihat bahagia di depan kedua orangtuanya maka semua masalah beres. Tentang status mereka yang berbeda? Oh hanya status di KTP dan buku nikah saja, Rivka masih menganggap Rendy hanya temannya saja. "Uhh, capek banget gue." Rivka merenggangkan otot-otot tangannya sambil berbaring nyaman di atas tempat tidurnya, tadi begitu banyak kelopak bunga di sana. Rivka yang tidak menyukai bunga pun membuang semua kelopak bunga yang berserakan di atas tempat tidur tanpa sisa satu kelopak bunga pun, ibunya ini benar-benar keterlaluan. Memangnya Rivka kuburan apa? Diberi kelopak bunga segala. Rivka memang langsung pergi ke kamarnya setelah acara selesai, ia langsung membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Wanita itu memakai baju tidurnya yang bergambar bola, kesukaannya. Untung tadi periasnya tidak memberikan make-up berlebihan di wajahnya sehingga ia bisa membersihkan riasan itu tanpa air pembersih. Sedangkan Rendy sendiri sepertinya masih di bawah sana, ada beberapa teman Rendy yang datang. Rivka yang sudah sangat lelah dan tidak ingin bergabung pun memilih pergi lebih dulu. CKLEKK ... Suara pintu dibuka dengan perlahan membuat Rivka yang semula terpejam akhirnya membuka matanya dengan perlahan, Rivka langsung terduduk begitu Rendy memasuki kamarnya. Laki-laki itu nampak kelelahan, hal itu terlihat dari gurat wajahnya. Penampilan Rendy terlihat sedikit berantakan, jasnya tersampir di bahunya. Mungkin jika wanita lain yang melihat, mereka akan terpekik karena Rendy nampak seksi dengan penampilannya yang seperti itu. Mirip seperti oppa-oppa berwajah putih dan tubuh yang jangkung, beruntung sekali Rendy memiliki kulit yang putih bersih sehingga pria itu memang begitu cocok jika dijadikan bahan haluan bagi para penggemarnya. Membahas warna kulit, Rivka sering sekali mengejek warna kulit Rendy yang terlalu putih. Bahkan kulit Rivka pun kalah putih dari kulit Rendy, maklum saja Rendy itu memiliki keturunan Tionghoa dari sebelah kakeknya. Tak mengherankan matanya sipit dan tubuhnya yang berkulit putih bersih, Rivka sendiri memiliki kulit cenderung kecoklatan, khas warna kulit seorang gadis Jawa. Hitam bukan berarti jelek, nyatanya banyak sekali pria yang menyukai Rivka karena wajahnya yang manis meskipun sikapnya yang tomboy itu. "Ngapain lo senyum-senyum gitu?" tegur Rivka pada Rendy yang sedari tadi tak berhenti cengar-cengir. "Enggak apa-apa, aku mau mandi dulu." Rivka hanya mencibir, wanita itu mengabaikan Rendy dan kini kembali sibuk dengan ponselnya. Rivka berdecak sebal ketika melihat banyaknya pesan yang masuk dan itu semua rata-rata dari teman kantornya yang mengucapkan selamat padanya karena bisa menikah dengan Rendy, wajar saja banyak yang mengenal Rendy. Rendy itu salah satu youtuber yang cukup hits, lebih tepatnya hits dikalangan gadis-gadis yang doyan cogan alias cowok ganteng. Rivka memilih tak membalas pesan-pesan itu, ia hanya membacanya saja. Bukan bermaksud sombong, ia tidak ingin hatinya semakin kesal ketika nanti bahasan mereka sudah mengarah kepada hal yang aneh-aneh. "Baju aku mana?" tanya Rendy yang sudah selesai mandi, laki-laki itu keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk di sebatas pinggangnya. Rivka cuek bebek saja melihat pemandangan itu, ia sama sekali tak merasa malu ataupun tertarik dengan tubuh kerempeng Rendy. Tidak ada d**a bidang ataupun roti kotak-kotak yang bisa membuat para wanita menjerit histeris ketika melihatnya, toh Rivka juga sudah sangat sering melihat tubuh bagian atas Rendy yang tak mengenakan apapun. Yang belum pernah ia lihat itu bagian bawah sana, ehem ... Rivka langsung berdehem dan merutuki pikirannya yang suka sekali kacau. "Bukannya ada di koper lo, kenapa nanya gue?" tanya balik Rivka ketus. "Aku pikir kamu nyiapin buat aku," ujar Rendy malu-malu, Rivka memutar kedua bola matanya jengah. "Ingat ya, Rendy! Meskipun kita udah nikah tapi untuk urusan remeh kayak gitu alias lo bisa ngelakuin sendiri tanpa gue bantu, kita bisa ngelakuin sendiri-sendiri. Kecuali kalau ada urusan mendesak semacam masang kompor gas, gue baru mau ngerti!?" Rendy mengangguk patuh, sama sekali tidak protes dengan perkataan Rivka. Akhirnya Rendy mengambil pakaiannya di dalam kopernya kemudian tanpa rasa canggung memakainya tepat di hadapan Rivka, beruntung Rendy sudah memakai celana boksernya tadi dibalik handuknya jadi mata Rivka masih suci untuk melihat hal yang itu. "Keringin," pinta Rendy pada Rivka sambil menyodorkan handuknya. "Rivka!" panggil Rendy ketika Rivka tak menanggapi perkataannya dan malah sibuk dengan ponselnya. "Apa sih?" tanya Rivka galak. "Keringin." Akhirnya Rivka mengambil handuk itu kemudian meminta Rendy duduk. "Belajar sendiri dong, udah gede juga. Kalau enggak pake hair dryer," ujar Rivka. Namun, tangannya dengan tangkas mengeringkan rambut Rendy dengan handuk yang ia pegang. Inilah hal yang terjadi jika Rivka menikah dengan Rendy, Rendy akan semakin lengket padanya. Makanya Rivka mati-matian berusaha membatalkan semuanya walau usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil karena ia tetap menikah dengan Rendy. Rendy ini memang sudah terbiasa begini pada Rivka, bahkan sejak dulu. Jadi saat ini, Rivka rasanya bukan lagi memiliki suami, melainkan memiliki seorang bayi. Rivka mau menuruti permintaan Rendy karena Rivka sudah sangat hafal, jika Rendy tidur dalam keadaan rambutnya masih basah maka besoknya dia akan masuk angin dan itu pasti akan semakin merepotkan Rivka nantinya. "Udah, sana! Taro lagi handuknya ke tempat semula," ujar Rivka sambil melemparkan handuk yang tadi ia pegang tepat di wajah Rendy hingga membuat pria itu cemberut. Mereka duduk bersebelahan di atas tempat tidur, Rivka dan Rendy sama-sama sibuk dengan ponselnya. Rivka sibuk membalas chat-chat dari temannya yang tiada henti membanjiri, sedangkan Rendy sibuk menonton Drakor. Ketika adegan sedih, maka laki-laki itu akan menitikkan air mata dan ketika suasana haru, maka ia pun juga menitikkan air mata. Benar-benar kurang kerjaan, batin Rivka. Kalau dia, ketimbang nonton film seperti itu lebih baik ia menonton film bola. Lebih seru dan tidak ada adegan sedih-sedihan, dasar aneh memang si Rendy ini. "Rendy! Bisa matiin enggak itu? Gue mau tidur nih!' teriak Rivka ketika ia sudah akan tertidur harus terganggu dengan suara berisik itu. "Kenapa?" tanya Rendy yang tadi tak mendengar perkataan Rivka dengan jelas. "Matiin itu! Ini udah malem, gue mau tidur!" ujar Rivka bertambah kesal. "Tapi aku udah pake headset harusnya aku enggak ganggu kamu lagi," ujar Rendy sedikit protes. Film yang tengah ia tonton sebentar lagi tamat, ia tidak mau melewatkannya begitu saja. Kalau kata orang sih, nanggung. "Bukan filmnya yang gue permasalahin! Suara lo itu berisik banget, bentar mewek, bentar cekikikan kayak kunti!" Memang benar apa yang Rivka katakan, suara Rendy begitu mengganggu sekali. "Tapi ...." "Kalau lo enggak matiin itu juga, gue suruh lo tidur di sofa, mau!?" Mendengar ancaman itu, Rendy langsung melepaskan headset dari telinganya kemudian mematikan ponselnya dan dengan patuh menaruh ponselnya di atas nakas. "Eh? Mau apa ini!?" pekik Rivka kaget ketika Rendy memeluknya erat. "Mau tidur, Rivka jangan berisik. Ini udah malam," ujar Rendy sambil memejamkan matanya. Akhirnya Rivka diam, ia membiarkan saja Rendy memeluknya seperti seorang anak yang memeluk ibunya. Ia ikut terpejam hingga alam mimpi menghampiri mereka berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD