9. Manjanya Rendy

1025 Words
Rivka dan Rendy pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli barang-barang yang akan diletakkan di rumah baru mereka, rumah baru ini memang belum memiliki perabotan karena satu bulan yang lalu baru jadi. Rumah yang dibuat dari hasil kerja keras Rendy ini sangatlah mewah dengan interior bergaya Eropa yang modern, membuat siapa saja yang melihatnya pasti merasa nyaman berada di rumah mewah ini. Mereka memilih-milih barang yang akan mereka beli nantinya, tidak cukup banyak karena mereka hanya akan membeli barang yang penting terlebih dulu. Waktu yang mereka miliki tidak banyak sehingga hanya memilih beberapa barang seperti sofa, kasur dan juga lemari pakaian. Sisanya akan mereka beli besok karena hari sudah hampir malam. "Biar Rendy yang bayar," ujar Rendy saat Rivka hendak mengeluarkan kartu kreditnya. Rivka membiarkan saja Rendy membayar barang-barang itu, toh Rendy memiliki penghasilan yang cukuplah tinggi sehingga ia tidak perlu takut kalau Rendy akan kekurangan uang setelah membeli barang-barang ini. "Nanti tolong diantar ke alamat ini ya, Mbak," ujar Rivka sambil menuliskan sebuah alamat di secarik kertas yang diberikan oleh penjaga kasir itu. "Iya, Mbak. Nanti akan kami kirim dalam setengah jam lagi," tutur sang penjaga kasir. "Makasih ya, Mbak, ayo kita pulang, Ren." Rivka menarik tangan Rendy dan mengajak lelaki itu untuk pulang. "Rivka, jangan pulang dulu. Kita mampir beli makan, yuk! Rendy lapar, dari siang tadi belum makan," ujar Rendy.. "Loh? Kok bisa? Emangnya hari ini lo ngapain aja?" tanya Rivka keheranan. "Rendy abis selesai syuting buat konten, Rendy nggak sempat makan siang sebelum syuting. Tadinya mau makan setelah syuting, tapi Rendy milih jemput Rivka dulu karena nggak mau Rivka pergi duluan tanpa Rendy," ujar Rendy. "Astaga, bisa-bisanya ya lo tuh. Nanti kalau sakit pasti gue juga yang repot, ya udah ayo kita cari makan dulu deh." Rivka berjalan terlebih dulu melewati Rendy, tetapi lelaki itu kembali memanggil Rivka hingga membuat wanita itu menoleh. "Ada apa?" tanya Rivka. "Rendy mau digandeng, nanti takut Rendy ketinggalan sama Rivka." Tanpa meminta persetujuan dari Rivka, Rendy menggandeng tangan Rivka dan memintanya untuk kembali melanjutkan langkahnya. "Dasar lo tuh ya, gue kayak jagain bocil kalau gini caranya," ujar Rivka. "Nggak apa-apa Rendy dianggap anak kecil sama Rivka, asal Rendy bisa kayak gini ke Rivka," balas Rendy membuat Rivka geleng-geleng kepala dengan tingkah manja Rendy. Rendy memang terbiasa seperti ini pada Rivka, jadi tak heran kalau Rivka seakan tak terkejut dengan sikap lelaki itu. Mereka menyusuri lantai atas yang menyediakan berbagai macam hidangan, pilihan mereka jatuh pada restoran Itali karena katanya Rendy ingin makan pasta. Setelah memesan makanan mereka menunggu dengan sabar pesanan mereka, Rivka sibuk dengan ponselnya sedangkan Rendy sibuk memperhatikan Rivka sambil tersenyum. Saat bersama Rivka, Rendy sama sekali tidak suka memainkannya ponselnya, ia lebih suka menatap wajah Rivka dalam waktu yang lama. Saat sedang menikmati pemandangan cantik di hadapannya, tiba-tiba saja sebuah suara terdengar membuat Rivka yang sibuk dengan ponselnya pun menatap Rendy. Rendy si pembuat suara itu hanya bisa menyengir, itu suara perutnya yang sudah sangat kelaparan. "Maaf, Rivka, Rendy pasti ganggu Rivka ya? Perut Rendy nggak bisa ditahan buat nggak buat suara," ujar Rendy. "Makanya kalau udah waktunya makan tuh ya makan, jangan kerja mulu lo. Bilangin sekalian nanti sama Mbak Kia, kalau lo mau lanjut syuting sebelumnya lo harus makan dulu. Gue nggak mau ya ngurusin lo kalau nanti lo sakit gara-gara telat makan, lo ngerepotin gue banget tahu nggak?" Rendy langsung cemberut, teganya Rivka mengatakan itu. "Padahal Rendy mau coba sakit, siapa tahu Rivka jadi care sama Rendy," ujar Rendy membuat Rivka langsung menatap lelaki itu penuh peringatan. "Jangan ngadi-ngadi ya lo kalau ngomong! Gue lagi banyak kerjaan, nggak ada waktu buat ngurusin lo!" "Rivka jahat, nggak sayang sama Rendy." Rivka hanya diam saja, wanita itu lebih memilih memainkan ponselnya lagi. Membalas pesan dari Bara, orang yang baru hari ini menjadi atasannya. Pria itu menanyakan suatu hal mengenai kantor yang jelas saja tak mungkin diabaikan okeh Rivka. Rendy memperhatikan Rivka yang terkadang tersenyum saat melihat ponselnya, hingga beberapa saat kemudian seorang pelayan membawakan pesanannya. Namun, Rendy sama sekali tidak selera makan, ia penasaran dengan apa yang sedang Rivka kerjakan saat ini. "Rivka, makanannya udah datang," ujar Rendy mencoba mencari perhatian Rivka. "Kalau gitu lo langsung makan sana, biar kita bisa segera pulang." Rivka membalas tanpa menoleh ke arah Rendy, tatapannya masih fokus pada layar ponselnya. Sesekali ia mengetikkan balasan untuk Bara dan teman-temannya yang mengiriminya pesan, Rivka tertawa ketika isi pesan Bara itu sebuah lelucon. Ternyata Bara merupakan orang yang humoris dan Rivka menyukai sifat Bara itu. "Rendy nggak mau makan." Rendy meletakkan sendok garpunya, menatap Rivka dengan merajuk membuat Rivka seketika mengalihkan tatapannya ke arah Rendy. "Kenapa lo nggak mau makan? Bukannya tadi lo sendiri yang bilang kalau lo laper?" "Rendy mau Rivka temenin Rendy makan." "Lo ngomong apa sih? Lo nggak lihat kalau gue ada di depan lo?" "Dari tadi Rivka sibuk terus, nggak nemenin Rendy makan." Rivka menghela napasnya, merasa gemas dengan tingkah Rendy yang mirip anak kecil. Si letoy ini benar-benar menyebalkan kalau tidak dituruti kemauannya. "Ya udah gue temenin, ayo sekarang makan." Rivka akhirnya menyimpan ponselnya dan menatap Rendy sepenuhnya. Rendy tersenyum dan mengangguk, lelaki itu akhirnya makan pasta itu dengan lahap. Rivka menunggu Rendy sambil menikmati cemilan yang ia pesan juga segelas ice coffee Americano, ia memang penyuka kopi maka tak heran kopi yang ia pesan tanpa tambahan s**u ataupun krimer. "Rendy mau cobain itu." Rendy menunjuk piring berisi cemilan milik Rivka. "Ya tinggal ambil aja kalau mau, gue nggak ngelarang juga." Rendy menggelengkan kepalanya. "Nggak sopan kalau Rendy ambil sendiri, Rivka aja yang ambilin buat Rendy." Rivka menghela napas, berusaha sabar menghadapi bocah satu ini yang menyebalkan karena banyak maunya. Rivka akhirnya menaruh satu potong cemilan itu di piring Rendy, tetapi Rendy membuatnya kesal dengan menolaknya. "Ada apa lagi sih, Ren? Tadi lo sendiri yang minta gue ambilin." Jengkel sekali Rivka pada Rendy ini. "Rendy maunya disuapi Rivka," ujar Rendy malu-malu. "Ini namanya lebih nggak sopan lagi lo minta disuapi ketimbang ambil sendiri dari piring," tukas Rivka. Meskipun kesal, tetapi Rivka tetap melakukan apa yang diminta bocah satu ini. Ia menyuapi Rendy hingga membuat Rendy tersenyum senang, dasar si Rendy dan tingkah manjanya yang membuat Rivka gemas ingin melempar Rendy jauh-jauh sampai Mesir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD