Rey sudah pulang, ia kini berada di rumah ibunya. Winda mencium seluruh wajah putra semata wayangnya itu dengan gembira. "Ibu kangen kamu, Rey. Gimana kabarmu selama di sana?" "Rey baik, Bu." "Syukurlah, lalu, bagaimana dengan pasien mu?" tanya Winda. "Dia ... dia baik dan dia juga sudah sembuh dari kanker nya," jawab Rey. Winda terlihat semakin bahagia mendengar jika putranya mampu menyembuhkan pasien kanker itu berkat kerja kerasnya. "Kamu hebat, bisa menyembuhkan penderita kanker. Jarang ada dokter yang sanggup mengobati penyakit mematikan seperti itu terkecuali kamu, Nak. Ibu bangga sama kamu." Winda menepuk-nepuk pundak Rey dengan bangga. Ia sudah berhasil membuat anaknya berbakat dan yang lebih utama, tanggung jawab yang besar sebagai seorang dokter. "Tidak, bu. Aku h

