Sang Idola
Kilat cahaya dari kamera memenuhi ruangan yang penuh sesak oleh wartawan selebriti. Ya, malam ini adalah malam yang penting bagi seluruh aktris dan aktor serta sutradara dan produser dalam industry per film an. Apalagi kalau bukan Global Awards.
Karpet merah sudah ditebar dan banyak aktris cantik berbusana elegan dan sexy hilir mudik bersama pasangan mereka pastinya actor yang tampan. Tampak wajah mereka yang berseri dengan pulasan make up yang terbilang cukup tebal dan dibalut gaun hasil karya desainer terkenal. Entah berapa banyak yang mereka habiskan untuk tampil sempurna dalam acara ini. Tak lupa banyak pria tinggi berbadan besar dan tegap menjaga batas garis antara reporter atau fans dengan tamu undangan.
Tidak ketinggalan, hadir seorang aktris yang sedang naik daun karena debutnya di film layar lebar. Hanya sekejap mata, parasnya yang begitu cantik dan tubuhnya yang elok menjadi sorotan seluruh penjuru negeri. Falisha Yassika, wanita berusia 25 tahun yang baru saja melakukan debut dalam film bergenre action dan romance langsung berhasil memikat penonton dalam dan luar negeri. Rasa percaya dirinya yang tinggi membuatnya sudah menyiapkan diri untuk berpidato di podium. Kepercayaan dirinya membuat Falisha semakin memukau mata semua orang yang melihatnya.
Wanita cantik dan terkenal, itulah arti dari namanya. Seakan kedua orang tuanya yang memberi teladan tidak baik untukku itu tahu jika nantinya gadis cantik berambut hitam legam itu akan mengikuti jejak Ibunya dan menjadi aktris terkenal. Kenapa? Kedua orang tua Falisha adalah aktris terkenal dan model papan atas yang terkenal pada masanya. Karena mementingkan nama besar mereka, kelahiran Falisha pun ditutupi dari dunia entertainment. Takut membuat skandal yang menurunkan pamor.
Sudah cukup perkenalannya karena kini Falisha atau yang sering disapa icha sudah tidak sabar untuk maju ke podium itu dan menerima berbagai penghargaan. Hadiah atas segala kerja kerasnya selama ini. Wanita yang tengah dijuluki Ratu Akting itu akhirnya masuk berbagai nominasi dalam acara bergengsi itu.
Akun media sosial Icha pun kini penuh dengan tawaran endorse setiap harinya. Sungguh candu kehidupan aktris seperti ini. Pantas saja orang-orang berlomba untuk menjadi terkenal.
'Malam panjang dan gemerlap ini pasti akan kunikmati setiap detiknya' dalam hati Falisha membatin. Membuat kedua orang itu menyesal menutupi kehadirannya di dunia ini.
Suara MC yang begitu semangat pun membuyarkan lamunannya.
“Dan sambutlah pemenang dari kategori Aktris Utama Pendatang Baru, Falisha !! Silahkan naik ke podium” Seru pembawa acara yang bergengsi itu lengkap dengan tuxedo modis berwarna hitam.
‘Huft, tenang kamu sudah mempersiapkan semuanya bahkan pidato pun sudah kamu hafal dengan baik. Jangan salting dan naiklah dengan elegan cha!’ Falisha mencoba menenangkan diri. Walaupun perutnya merasa ada banyak kupu-kupu disana.
Beberapa kamera langsung diarahkan kepada Falisha yang masih duduk di kursi penonton. Terlihat ekspresi gembira namun tidak terlihat berlebihan. Sudah semalaman Falisha berdiri di depan kaca mencoba membuat ekspresi bahagia tetapi terlihat berkelas. Suara tepuk tangan gemuruh di studio. Barisan penggemarnya yang kebanyakan pria itu bersorak menyerukan namanya.
Idola yang sedang naik daun itu pun berdiri dan mulai berjalan kearah panggung untuk menerima piala penghargaan untuk kerja kerasnya. Selama dia berjalan ke arah panggung, terlihat beberapa aktris dan aktor yang berperan bersamanya dalam film layar lebar itu memberinya ucapan selamat. Hatinya sedang melambung tinggi, sepertinya sampai ke planetnya Asg*rd.
Terangnya sorotan lampu studio tidak membuatnya merasa panas. Tangannya tetap terasa dingin. ‘Sebagai aktris professional aku harus tetap tenang. Kamu sekarang sudah jadi idola cha, jangan kecewakan fans mu’ Falisha mencoba menenangkan diri untuk kesekian kalinya.
“Umm.. jujur saya cukup tegang, karena pertama kali tampil live tanpa ada script yang harus saya hafalkan,” Ucap Falisha yang disambut tawa penonton di studio. Sambil mengatur nafas dan jantungnya yang berdegup kencang, Icha memulai pidatonya kembali.
“Tapi yang pasti saya tidak bisa disini tanpa kalian semua” lanjutnya dengan kalimat khas yang diucapkan semua orang di podium. Tapi kali ini jeda ucapannya cukup panjang.
Matanya yang indah tiba-tiba membulat dengan sempurna. Betapa tidak, matanya menangkap sosok sepasang aktris paruh baya yang sangat ia benci. Ya, kedua orang tuanya. ‘Tidak heran mereka mendapat undangan karena mereka masih eksis di dunia perfilman dan senior di bidang ini.
Memutuskan tidak berlarut-larut, wanita cantik dengan rambut panjangnya yang berkilau tidak kalah dari kalung berlian yang dikenakan di leher jenjangya itu pun melanjutkan pidatonya. Sedikit tergugup menahan amarah dan kebencian yang seakan mau meledak. Terlihat ekspresinya yang mulai berubah tapi dia tetap berusaha tersenyum senatural mungkin.
“Terima kasih kepada mentor yang selalu mengajari berbagai macam hal padaku yang awam ini. Serta seluruh aktris dan actor yang juga membantu saya mendalami seni peran dengan baik,” ucapnya. Kemudian sang ratu akting itu menyambungnya kembali.
“Oh, tidak lupa untuk kedua orang tuaku. Terima kasih untuk gen yang bagus sehingga saya terlihat begitu mempesona di depan kamera.” Tutupnya sambil mengibas rambut berpura-pura sombong, yang disambut dengan tawa kecil MC dan penonton serta tepuk tangan yang meriah.
*****
Penghargaan ternama yang selalu dinanti itu pun selesai. Walaupun aku yakin akan naik ke podium itu, aku tidak menyangka akan menyabet separuh dari penghargaan untuk aktris terbaik di seluruh kategori. Perasaan puas dan bangga memenuhi relung hati dan pikiranku. Rasa kantuk karena tidak bisa tidur semalaman dan lelah yang kutahan pun menyerang.
Aku memilih untuk tertidur di bangku limosinku yang sangat nyaman itu. Tak pernah kusangka bahwa malam setelah kebahagiaanku itu, hal buruk langsung menghampiriku tepat setelahnya. Mungkinkah karena aku durhaka? Karena aku sengaja mengucapkan kalimat itu untuk menyindir orang tuaku yang mengacuhkan aku selama aku hadir di dunia ini?
Banyak hal terlintas dalam kepalaku. Tapi kurasa itu tak lagi penting. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Aku hanya berharap diberikan kesempatan kedua. Jiwaku merasa tidak adil. Kenapa disaat aku meraih kebahagiaan, justru direnggut dengan sangat cepat? Aku merasa penulis takdir mempermaikanku.
Bersambung