bc

Persimpangan DILEMA

book_age18+
4.1K
FOLLOW
43.2K
READ
billionaire
dark
sex
dominant
boss
bxg
city
office/work place
secrets
affair
like
intro-logo
Blurb

[Konten Dewasa dan Sangat Sensitif]

Nama baik, kecerdasan, dan kemewahan yang dimiliki sosok wanita muda dengan segudang prestasi dan karir cemerlang nyatanya tidak mampu membuat seorang Naswari Ayudya (25) terbebas dari mimpi buruk yang traumatis.

Kehancuran hatinya berawal dari pengkhianatan Ayahnya sendiri saat tega berselingkuh di belakang sang Ibu.

Tidak hanya itu, kekasih Naswa, dr. Rangga Siregar Sp. JP (34) yang ia harapkan dapat mengembalikan kepercayaannya pada sosok pria dewasa ternyata juga berujung pada kekecewaan serupa.

Kini, hati Naswa seakan membeku sejak dua orang pria dalam hidupnya tega mengkhianati kepercayaannya di waktu yang hampir bersamaan.

Namun setidaknya, masih ada satu pria yang membuatnya nyaman dan bisa ia andalkan, Muhammad Rifai Hasibuan (31) atau akrab disapa Pai adalah seseorang yang selalu melindungi Naswa karena sudah menganggapnya sebagai adik sendiri.

Suatu ketika, Naswa memiliki masalah di perusahaan baru tempat ia bekerja. Beberapa karya yang ia punya diberhentikan secara paksa.

Kejadian demi kejadian seakan tidak berhenti mengusik emosi dan ketenangannya. Naswa geram hingga mengambil keputusan ekstrim sampai ia harus berurusan dengan pemilik dari Dreamer Star.

Kali ini Pai tidak dapat membantu Naswa dan sikap keras kepalanya. Dia tenggelam di sebuah genangan tak berdasar.

Bagaikan buah simalakama, Naswa tidak bisa berkutik saat pemilik perusahaan tempat ia bekerja berusaha mengusik hari dan hatinya dengan segala cara.

Dilema dalam persimpangan antara hati yang masih mengharapkan Rangga meski tahu jika pria itu sudah berkhianat, atau Pai yang selalu ada untuknya, ditambah kehadiran seseorang yang terus berusaha masuk ke dalam hidup dan hatinya dengan beberapa perjanjian membuat Naswa harus menjalani lika-liku takdir tak terduga.

Bagaimana akhir kisah penantian Naswa?

Apakah keteguhan hati Rangga dapat memperbaiki segalanya?

Akankah ia menerima perjanjian dengan pria paling berkuasa yang baru saja dikenalnya?

Atau justru memilih Pai yang sudah ia anggap sebagai kakak laki-lakinya sendiri?

Ikuti kisahku seorang peneliti sekaligus penulis,

Naswari Ayudya.

chap-preview
Free preview
Prolog
Nama baik, kecerdasan, dan kemewahan yang dimiliki sosok wanita muda dengan segudang prestasi dan karir cemerlang nyatanya tidak mampu membuat seorang Naswari Ayudya (25) terbebas dari mimpi buruk yang traumatis.   Kehancuran hatinya berawal dari pengkhianatan Ayahnya sendiri saat tega berselingkuh di belakang sang Ibu. Tidak hanya itu, kekasih Naswa, dr. Rangga Siregar Sp. JP (34) yang ia harapkan dapat mengembalikan kepercayaannya pada sosok pria dewasa ternyata juga berujung pada kekecewaan serupa.   Kini, hati Naswa seakan membeku sejak dua orang pria dalam hidupnya tega mengkhianati kepercayaannya di waktu yang hampir bersamaan.   Namun setidaknya, masih ada satu pria yang membuatnya nyaman dan bisa ia andalkan, Muhammad Rifai Hasibuan (31) atau akrab disapa Pai adalah seseorang yang selalu melindungi Naswa karena sudah menganggapnya sebagai adik sendiri.   Suatu ketika, Naswa memiliki masalah di perusahaan baru tempat ia bekerja. Beberapa karya yang ia punya diberhentikan secara paksa. Kejadian demi kejadian seakan tidak berhenti mengusik emosi dan ketenangannya. Naswa geram hingga mengambil keputusan ekstrim sampai ia harus berurusan dengan pemilik dari Dreamer Star.   Kali ini Pai tidak dapat membantu Naswa dan sikap keras kepalanya. Dia tenggelam di sebuah genangan tak berdasar. Bagaikan buah simalakama, Naswa tidak bisa berkutik saat pemilik perusahaan tempat ia bekerja berusaha mengusik hari dan hatinya dengan segala cara.   Dilema dalam persimpangan antara hati yang masih mengharapkan Rangga meski tahu jika pria itu sudah berkhianat, atau Pai yang selalu ada untuknya, ditambah kehadiran seseorang yang terus berusaha masuk ke dalam hidup dan hatinya dengan beberapa perjanjian membuat Naswa harus menjalani lika-liku takdir tak terduga.   Bagaimana akhir kisah penantian Naswa? Apakah keteguhan hati Rangga dapat memperbaiki segalanya? Akankah ia menerima perjanjian dengan pria paling berkuasa yang baru saja dikenalnya? Atau justru memilih Pai yang sudah ia anggap sebagai kakak laki-lakinya sendiri?   Silahkan simak kisah seorang peneliti sekaligus penulis, Naswari Ayudya. * *   ..**.. Naswari Ayudya, wanita berusia 25 tahun yang saat ini menggeluti profesi sebagai seorang Peneliti dan Penulis di salah satu platform online. Dia masih berstatus single dan bahagia dengan status tetapnya itu. Wanita yang akrab disapa Naswa, dia tidak pernah mengeluh dengan hidupnya tanpa seorang pendamping. Meski dia selalu dinobatkan oleh rekan kerjanya dengan status wanita taat kejombloan. Penelitian adalah bidang pekerjaan yang sudah dia geluti selama hampir 8 tahun lamanya. Itu sebabnya dia tidak mau sembarangan dalam memilih teman. Dalam hidupnya, dia hanya memiliki 1 orang sahabat dan mempercayai beberapa teman saja. Selebihnya, dia hanya menganggap siapapun yang mendekatinya hanyalah racun yang mencoba menjadi benalu. Wanita yang mapan dari segi finansial. Dia juga pekerja keras dan percaya diri. Tidak jarang, orang-orang menjulukinya sebagai wanita yang kharismatik namun terlihat arogan. Tidak menyukai hal-hal yang berbau sia-sia, Naswa sangat membenci keramain atau perkumpulan bermodalkan gosip tidak bermanfaat. Itu sebabnya Naswa lebih sering disebut sebagai wanita sombong penuh harga diri. ---**--- Cemara Clinic Laboratory, Medan, Indonesia., Ruang Laboratorium Patologi Klinik., Malam hari.,             Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.30 malam, namun wanita berusia 25 tahun itu masih tetap fokus pada mikroskop yang tengah dia kuasai saat ini. Hingga seseorang menyebut namanya, dia langsung menegakkan tubuhnya. “Kita bisa melanjutkannya besok pagi, Naswa.” Pria berusia paruh baya itu meliriknya sekilas. Dia berjalan menuju meja kerjanya yang dipenuhi dengan beberapa map hasil penelitian mereka.             Naswa menegakkan tubuhnya, lalu menghela panjang nafasnya. “Haahhh …” Tangannya mulai menurunkan makrometer pada mikroskop dan mengambil preparat yang sejak tadi dia lihat disana. “Aku pikir sediaan ini akan hancur, ternyata tidak sesuai dengan apa yang aku pikirkan, Prof.” Dia melirik pria paruh baya yang sudah mendapat gelar sebagai Professor.             Dia meletakkan preparat itu pada tempatnya semula. Membersihkan lensa objektif mikroskop dengan tissue kering. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Prof. Ben.             Professor Ben, dia tersenyum melirik Naswa. Tidak lupa baginya mengambil 1 berkas yang dibutuhkan Naswa. “Ini, ambil. Kalau kau luang waktu, baca ini sebagai pengisi waktu senggangmu.” Ucapnya menyodorkan berkas itu untuk Naswa yang berjalan mendekatinya. Naswa mengambilnya dengan senyuman merekah di wajah. “Tengah malam aku selalu terbangun. Bahkan aku saja seperti sudah kehabisan bacaan untuk dibaca, Prof.” Dia tertawa geli sembari membuka berkas yang diberikan oleh Prof. Ben.             Professor Ben ikut tertawa mendengar kalimat Naswa barusan. Dia tahu masalah yang tengah dihadapi oleh wanita yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Itu sebabnya dia memberikan beberapa materi untuknya, agar dia tidak memikirkan hal lain selain hobinya dalam bidang penelitian. “Kau bisa mengunjungi WHO, Naswa. Tidak perlu takut habis bacaan. Atau kau bisa mengunjungi perpustakaan seluruh Universitas di Negeri ini.” Dia membalasnya dengan kalimat sindiran bercampur tawa geli.             Naswa hanya bisa tertawa mendengar kalimat dari Professor Ben yang memang memiliki selera humor yang tinggi walau usianya sudah genap 71 tahun. “Terima kasih untuk ini, Prof. Mungkin selama 3 hari aku akan mempelajarinya.” Dia berjalan menuju meja kerjanya yang juga 1 ruangan dengan proa paruh baya itu.             Professor Ben tampak menganggukkan kepalanya. “Ya, Naswa. Aku yakin, kau bisa mempelajarinya dengan cepat. Dan ingat!” “Jangan bersedih dan merasa dirimu sendirian. Karena ada kami yang siap mendengarkan keluh kesahmu. Okay ?” Dia kembali mengingatkan Naswa.             Naswa tersenyum melirik Professor Ben. Dia menganggukkan kepalanya. “Iya, Prof. Terima kasih karena kalian sudah mau menganggapku sebagai anak kalian sendiri,” ucapnya dengan senyuman tipis.             Namun tiba-tiba, seorang wanita berusia 69 tahun. Dia menyahut ucapan Naswa barusan. “Sebenarnya mau dianggap sebagai cucu menantu sendiri. Tapi sayangnya, yang mau dianggap cucu malah gak mau, Prof.” Wanita itu sedikit menyindir dan masuk ke dalam ruang laboratorium, lalu berjalan menuju meja kerjanya.             Naswa melirik ke arah wanita yang akrab disapa dr. Rikha. Dia hanya senyam-senyum saja mendengarnya dan tidak berniat untuk membalas kalimatnya.             Berbeda dengan Professor Ben yang justru mempersulit suasana. “Mungkin ada kekurangan sama cucu kamu, dr. Rikha. Kurang tampan atau kurang tinggi. Atau kurang jantan mungkin.” Professor Ben mengendikkan kedua bahunya ke atas.             dr. Rikha langsung menyelanya. “Husshh! Prof. Ben, kamu jangan begitu! Cucu saya itu rajin olahraga loh! Badannya aja? Hhmm …” Dia langsung memainkan kedua tangannya dan meragakan bentuk tubuh pria yang seksi. Hingga sikapnya membuat Naswa tertawa terbahak-bahak.             Naswa menutup wajahnya saat dia merasa bahwa wajahnya pasti memerah. “Aduh, dok! Jangan aneh-aneh lah!” Dia mulai sebal.             Professor Ben juga ikut tertawa geli mendengarnya. “Ya sudah. Ayo kita siap-siap pulang. Sudah hampir jam 9 malam. Rumah Naswa lumayan jauh.” Dia mulai membereskan barang-barangnya.             Mereka pun membereskan barang masing-masing. Mengingat hari sudah sangat larut. Saat mereka hendak keluar dari ruang laboratorium, ponsel Naswa berdering. Dddrrrttt…             Naswa langsung mengambil ponselnya yang masih tersimpan di dalam tasnya. “Pasti dari ayang bebebnya.” Dr. Rikha menyindir halus. “Eehemm … dari casu yaa …” Professor Ben ikut menyindirnya juga.             Naswa mengulum senyumannya mendengar kalimat mereka, juga melihat nama di layar ponselnya. Bg Rangga is calling…             Benar saja dugaan mereka, Rangga menghubunginya. Jarinya langsung menggeser warna hijau yang ada di layar ponselnya. “Hallo, assalamu’alaikum …” “…” “Ini lagi mau keluar Lab, Bang. Ada apa, Bang?” “…” “Tapi Naswa bawa mobil.”             Professor Ben dan dr. Rikha mulai menggoda Naswa dengan raut wajah mengejek. “…” “Oh yauda. Ini Naswa jalan keluar.” “…” “Iya, Bang. Wa’alaikumsalam …” Tutt… Tutt… Tutt…             Setelah Naswa memutuskan sambungan teleponnya, dia kembali digoda oleh mereka. Namun tidak hanya mereka berdua saja, beberapa staf laboratorium yang lain juga turut menggoda Naswa.             Pasalnya mereka tahu kalau Naswa bukan tipe wanita yang mudah didekati oleh para pria. Apalagi sifat keras kepalanya yang membuat pria mudah putus asa untuk mendekatinya.             Pria yang saat ini tengah menjalin asmara dengan Naswa, mereka juga tahu siapa pria itu. Pria itu merupakan Dokter ahli Jantung Paru termuda di salah satu Rumah Sakit Swasta bertaraf Internasional di kota Medan ini.             Mereka juga tahu kalau hubungan antara Naswa dan Dokter ahli Jantung Paru itu sudah cukup lama. Hanya saja Naswa yang belu mau untuk dinikahi oleh Dokter tersebut.             Setelah puas menjadi bahan guyonan mereka, akhirnya Naswa memutuskan untuk keluar dari laboratorium itu dan menyusul pria yang saat ini tengah menunggunya di parkiran mobil. … Pakiran mobil.,             Pria itu tersenyum melihat Naswa yang masih memakai sabuk pengaman. “Kamu sudah makan, Sayang?” tanya pria itu padanya.             Naswa melirik pria itu dengan senyuman tipis. “Tadi sore sudah makan, Bang. Dr. Andhika ulang tahun hari ini. Jadi dia mentraktir kami. Dia beli makanan dan dibagikan ke orang-orang lab,” jelasnya.             Pria itu, dr. Rangga Siregar, Sp. JP. Pria itu akrab disapa dr. Rangga. Beberapa rekan kerjanya sudah tahu jika dia tengah menjalin asmara dengan Naswa yang memiliki notabene sebagai salah satu peneliti yang namanya tercantum di catatan resmi Negara.             Jalinan asmara mereka sudah genap 2 tahun. Namun Rangga masih harus bersabar untuk mendapatkan hati Naswa seutuhnya, sebab Naswa masih mendalami hubungan mereka terlebih dahulu.             Dia juga masih sabar menanti kesiapan Naswa untuk bertemu dengan keluarganya yang tinggal di Senayan, Jakarta. Karena dia tidak mau memaksa Naswa dalam hal apapun. Sebab ini menyangkut hubungan mereka dalam jangka panjang.             Melihat Naswa sudah siap memakai sabuk pengamannya, dia mulai menginjak pedal di bawah sana. “Jadi ini kita langsung pulang ke rumah aja?” tanya Rangga meyakinkan Naswa sekali lagi, dan segera diangguki iya oleh Naswa. “Iya, Bang. Kita ke rumah aja. Naswa capek sekali hari ini,” jawabnya mengeluh sembari menghela panjang nafasnya.             Rangga tersenyum tipis. Sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu sebentar saja dengan Naswa, meski hanya berkeliling kota Medan. Namun sayangnya, Naswa justru ingin cepat sampai ke rumah. Tidak ada pilihan lain baginya selain mengikuti keinginan wanita yang sangat dia dambakan itu. Dia mulai melajukan mobilnya keluar dari halaman laboratorium terbesar di kota Medan ini.             Tidak mau terpisah mobil, dia sengaja menyuruh supir pribadinya untuk membawa mobil Naswa agar wanitanya bisa satu mobil dengannya.             Selama di perjalanan pulang, Rangga berulang kali melirik Naswa yang hanya diam sembari bersandar nyaman. Tangan kirinya terulur membelai lembut wajah Naswa yang memandang ke arah luar. “Kenapa, Sayang?” Rangga bertanya selembut mungkin pada wanita yang dia tahu tengah memiliki beban berat di pundaknya.             Naswa menolehkan wajahnya ke arah kanan. Dia tersenyum tipis dan mengambil tangan Rangga yang baru saja membelainya. “Gak ada, Bang. Cuma capek aja,” jawabnya bohong, menyembunyikan apa yang tengah dia pikirkan saat ini. Dia menggenggam erat tangan kiri Rangga.             Rangga tersenyum mendengar jawaban Naswa. Tentu saja dia tahu, jika wanitanya menyembunyikan sesuatu darinya. Dia mengambil alih tangan kanan Naswa, menariknya lembut, lalu menciumnya lama. “Kalau ada masalah, cerita sama Abang … jangan dipendam sendirian, hmm …” Rangga meliriknya sekilas.             Naswa tersenyum dan mengangguk paham. Melihat bagaimana cara Rangga mencium tangannya, hatinya sungguh merasa sejuk. “Iya, Bang.” Dia masih betah menjawab dengan kalimat super singkat.             Tapi dia juga sedikit risih jika Rangga terus menyentuh tubuhnya. Dia mengalihkan pembicaraan mereka. Perlahan, dia menarik tangan kanannya kembali. “Abang lihat jalan dulu gih. Macam gak pernah megang tangan Naswa aja,” ucapnya bernada manja.             Rangga mengulum senyumannya dan membelai wajah Naswa lagi. “Iya, Sayang. Iya,” jawabnya mulai memfokuskan kedua tangannya memegang stiur.             Dia membiarkan Naswa termenung lagi, melihat ke arah luar. Dia tahu, kalau seorang wanita tidak bisa dipaksa dalam hal apapun. Dia yakin, Naswa akan bercerita padanya jika wanita itu sudah tidak kuat memendam masalahnya seorang diri.   * * Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
10.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
13.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook