BAB 2 : Intinya, dia hanya ingin hidup santai tanpa beban pikiran

1042 Words
BAB 2 : Intinya, dia hanya ingin hidup santai tanpa beban pikiran [Rinai : Pendaftarannya udah diterima. Untuk tenggat waktu pengiriman karya ada dalam kurun waktu 6 bulan lagi. Rinai belum tahu mau nulis apa Bang Jack. Mungkin Bang Jack bisa kasih saran?] Rinai baru berani memberitahu Bang Jack tindakan impulsifnya pagi ini. Ia hanya menjelaskan dengan singkat bahwa pendaftaran sudah diselesaikan. Tanggapan Bang Jack tentu saja bahagia. Ia sudah mulai menyerah tentang membujuk Rinai saat waktu pendaftaran habis, dan halaman lomba yang flamboyan itu menghilang dari platform. Siapa sangka, kekeraskepalaan Rinai mencair di detik-detik terakhir. Bang Jack merasa bahwa usahanya selama ini untuk meyakinkan Rinai membuahkan hasil yang sepadan. [Bang Jack : Tema seperti apa yang Rinai mau tulis?] [Rinai : Nggak tau. Rinai nggak ada inspirasi.] Hari-harinya hanya diisi dengan kerja. Lembur hari ini, lembur kemarin, lembur lagi besok. Lusa juga masih lembur. Pagi siang sore hanya menginput faktur dan membuat SPK (Surat Penjualan Kendaraan). Rinai tidak memiliki inspirasi apapun dengan jenis pekerjaan monoton seperti ini. [Bang Jack : Mungkin bisa cerita dari hal yang paling dekat dengan kita dulu, yaitu diri sendiri.] Menceritakan tentang diri sendiri? Rinai bisa membayangkan ribuan untaian tinta hitam yang akan mengulang kata 'lembur' puluhan juta kali. Ia merinding. Tidak, terima kasih. Pembaca mana yang mau membaca cerita yang berisikan curhatan pekerja lembur dalam setiap bab? Oke, skip! [Bang Jack : … Atau lingkungan sekitar kita.] Rinai memandang ke sekitar dealer. Itu adalah dealer mewah dengan pencahayaan yang baik dan sirkulasi udara yang bagus. Di stand unit berdiri motor-motor gagah dan mahal. Jenis keluaran terbaru dan merek terkenal. Tipe yang akan selalu muncul di jarak satu meter di jalan raya. Kalau Rinai membuat cerita tentang tempat kerjanya, bukankah ini hanya akan menjadi promosi gratis untuk dealer mereka. Rinai mungkin juga harus ikut bootcamp yang berseliweran di twitter dan mempelajari kiat-kiat menjadi konten writer untuk menunjukkan dedikasi. Oke, next! [Bang Jack : … Mungkin juga untuk menceritakan kisah hidup inspiratif orang-orang yang berada di sekeliling kita.] Rinai menoleh ke orang terdekat dari meja admin. Bang Dewa sedang mengetik dengan fokus sambil sesekali kepalanya mengangguk-angguk, mengikuti hentakan musik yang diputar rendah dari speaker. Rinai menelusuri ingatannya, hal inspiratif apa yang bisa didapatkan dari Bang Dewa? Ia ingat hari-hari pertama ia bergabung dengan dealer ini, portal penjualan main dealer error dan dealer mereka tidak bisa menginput penjualan. Ia dengan panik mendatangi seniornya itu dan menjelaskan kalau mereka tidak membuka SPK hari ini, motor yang dipesan tidak bisa diantar. Kalau motor tidak diantar ke rumah konsumen hari ini, konsumen cancel pembelian. Bang Dewa hanya tertawa ringan dan berkata, "Ya udah, antar aja motornya. Input SPK bisa besok." Rinai menyanggah dengan cepat, "Tapi Bang, kalau cetak kwitansi dan SPK beda tanggal, klaim hadiah bawaan motor bakal ditolak oleh pihak main dealer." "Ya bilang aja sama orang klaimnya, portal kalian yang error, minta lah tanggung jawabnya sama IT kalian. Kalau kami nggak kirim hari ini, penjualan kami yang bakalan batal." Kalau di dalam anime, Rinai bisa mendengar suara 'krek' dengan layar yang robek dua. Apakah alasan ini bisa dipakai? Tidak. Apakah ini bisa dijadikan alasan? TIDAK! Rinai hanya akan mati kena bentak dan caci maki oleh pihak klaim dari main dealer. "Ya kalau portal penjualan error, emang kamu gak bisa hubungin IT? Gak bisa pakai SPK manual?" – Main Dealer. Oke, Rinai akan dipecat sebelum masa trainingnya selesai. Ada juga saat-saat Rinai salah input nama pemesanan. Seorang konsumen membeli motor untuk hadiah ulang tahun anaknya, jadi dalam pengajuan SPK; nama pemesan adalah nama bapak, dan nama STNK di input nama anak. Setelah penginputan SPK, Rinai bisa melakukan proses cetak buku servis untuk servis gratis secara berkala. Setiap kali servis gratis, voucher yang tersedia di dalam buku akan dirobek dan diklaim setiap bulan, untuk mendapat ganti rugi uang servis dari main dealer. Namun naasnya, setelah buku servis dicetak, Rinai mendapati nama pemesan yang tercetak di buku adalah nama anak. Jantung Rinai menggigil. Ia khawatir kalau nama STNK akan tertukar dengan nama bapak. Untungnya, itu masih nama anak. Dia sangat takut keteledorannya akan menghancurkan hadiah kejutan ulang tahun yang mengharukan, dan merusak hubungan bapak-anak yang harmonis. Setelah menyerahkan buku servis ke driver, Rinai mendekati Bang Dewa dengan langkah-langkah pendek dan lambat. Ia menceritakan kekhawatirannya tentang nama pemesan di SPK yang salah input. Dan tanggapan Bang Dewa … "Udah, gak usah takut. Biarin aja dulu. Nanti kalau pihak main dealer ngehubungin Rinai, dan bilang itu salah, ya tinggal diperbaiki. Ngapain dipikirin kali?" Akhirnya Rinai tahu, bagi Bang Dewa hidup itu kalau tidak santai, yang santai banget. Kalau salah, ya salah. kalau harus diperbaiki, ya udah perbaiki. Gak bisa, ya udah gak bisa. Yang pasti, kerjain aja dulu. Mau salah atau kena gas sama main dealer, nanti aja kalau telepon dari main dealer udah datang. Kalau nggak datang-datang? Ya bagus. Artinya kesalahan kita gak fatal. Kalau gitu, kenapa masih dipikirin? Prinsip hidup Bang Dewa yang terlalu bebas dan terlalu santai ini membuat Rinai bertanya-tanya, jenis tokoh utama macam apa yang akan dia lahirkan? Dengan sikap santainya, kalau dia menjadi tokoh utama dalam novel romantis, ia pasti akan kalah dari tokoh pria kedua. Kalau ia masuk ke dalam novel detektif, hal pertama yang harus ia selidiki adalah karakternya yang bermasalah. Dan jika ia menjadi tokoh utama dalam cerita anak tidak sah dari keluarga kaya yang ingin membuktikan diri, ia pasti akan mengosongkan seluruh tabungannya, menggelar tikar di tepi pantai, menyeruput air kelapa muda, dan mulai menghitung diameter gulungan ombak. Intinya, dia hanya ingin hidup santai tanpa beban pikiran! Menikmati angin sepoi-sepoi dan sinar matahari yang hangat. Rinai menggeleng kencang. Tidak, tidak, tidak! Jika tokoh utama Rinai memiliki karakter seperti Bang Dewa, ia bisa menyelesaikan cerita di satu bab pertama. Mungkin premis cerita akan berbunyi, 'Seorang pemalas yang menjalani hidup dengan santai tanpa beban pikiran, terpilih menjadi penyelamat dunia dari serangan alien. Dengan keberaniannya, ia mengajak semua manusia untuk mengabaikan alien itu selama mereka tidak mengganggu, tidak membuang sampah sembarang, tidak telat bayar pajak, tidak menerobos lampu merah, ataupun tidak membuat akun open BO di twitter." Tamat. Rinai mengetuk layar telepon dan mengetik kepada Bang Jack … [Rinai : Nggak banyak hal hebat dalam hidup Rinai, ataupun di sekitar Rinai. Nanti Rinai bakal searching aja, kali aja bisa dapat inspirasi.] Yang jelas, Bang Dewa pastinya tidak menginspirasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD